Biarkan Dirimu Bebas dan Kamu akan Melihat Lebih Banyak

Tri Zaini Sarah 1 September 2014
Saya tidak pernah menyangka bahwa di satu titik dalam hidup saya akan diisi dengan menjadi seorang guru SD. Terkadang, saat saya sedang terdiam dalam suatu waktu, saya masih suka terkejut dengan apa yang saya lakukan sekarang. Dunia sebelum ini adalah dunia yang sangat berbeda. Setiap pagi saya bangun di kamar saya, berberes untuk segera pergi ke kantor, melalui kejamnya kemacetan Jakarta, dan melaksanakan pekerjaan hingga petang menjelang. Kolega saya adalah para pegawai yang terdiri dari berbagai rentang usia, namun pada umumnya adalah orang-orang yang lebih berpengalaman dibanding saya. Jam 12 siang adalah istirahat makan siang dan jam 4 sore adalah saatnya istirahat menikmati teh di pantry. Hari itu lalu ditutup dengan (sekali lagi) melalui kemacetan Jakarta untuk menuju rumah yang dihuni bersama orang tua saya. Namun sekarang semua berbeda. Saya masih bangun pagi di kamar saya, hanya di rumah yang berbeda. Saya lalu pergi mandi (bila sedang ada air) dan berberes untuk segera pergi ke “kantor” baru saya. Tidak ada kemacetan yang harus saya lalui saat saya menuju “kantor” ini, bahkan hanya dengan berjalan kaki selama 5 menit saya sudah menginjakkan kaki di tempat tersebut. Disana kolega-kolega saya menunggu, namun kali ini rentang usia mereka semua berada di bawah saya. Kolega yang paling muda berumur 6 tahun dan yang paling besar berumur 12 tahun. Ya, kolega saya adalah anak-anak SD yang sudah tidak sabar menunggu ruang kelas mereka untuk dibuka. Biasanya saya dan kolega-kolega saya akan berkumpul di sekitar penjual nasi di sekolah sambil menunggu bel “kantor” berbunyi. Itulah pagi saya yang baru, pagi yang baru saja saya jalani selama kurang lebih 2 bulan terakhir ini. Kantor tersebut telah berubah menjadi sosok yang baru, yaitu sekolah SD di Desa Bajo Pulau. Kolega saya telah berubah menjadi anak-anak SD yang selalu berkumpul di pagi hari, dan partner kerja saya adalah guru-guru lain yang siap untuk berbagi pengalaman mereka selama bertahun-tahun. Perubahan yang drastis? Lumayan. Apa saya pernah merencanakan perubahan ini? Mungkin pernah dan mungkin juga tidak. Jujur, menjadi seorang guru tidak pernah terlintas di benak saya secara khusus sebelumnya. Memang saya menyukai anak kecil dan tertarik dengan fenomena sosial. Namun kenyataannya menyukai anak kecil dan menjadi seorang guru SD tetap saja merupakan dua hal yang sangat berbeda. Keputusan untuk bergabung bersama Indonesia Mengajar dapat dikatakan satu keputusan yang cukup impulsif. Terkadang saya masih tidak percaya bahwa saya berani mengambil langkah besar ini. Meninggalkan keluarga, teman, dan segala yang telah saya dapatkan di kota tempat saya tumbuh besar selama 22 tahun terakhir. Apakah saya merindukan keluarga? Tentu saja. Apakah saya menyesal? Tidak sama sekali. Hari-hari yang saya lalui memang berubah total, namun saya melihat lebih banyak dari apa yang saya kira. Saya melihat bahwa orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, walau mungkin terkadang dengan cara yang berbeda. Saya melihat bahwa pasir dapat menjadi mainan yang sangat menghibur, tidak kalah dengan boneka-boneka di toko. Saya melihat bahwa panas matahari dapat menjadi media untuk bersenang-senang. Saya melihat bahwa pada dasarnya guru-guru selalu menginginkan muridnya untuk menjadi lebih baik. Saya melihat bahwa kebahagiaan seorang tetangga merupakan kebahagiaan untuk tetangga yang lain, begitu juga dengan kesedihannya. Saya melihat bahwa apa yang terjadi di setiap hari kita adalah pembelajaran yang sangat berharga.Saya melihat bahwa anak kecil terkadang dapat menjadi lebih dewasa dari yang kita kira. Saya melihat bahwa kehadiran seorang teman dapat menjadi sebuah titik terang di terowongan yang gelap. Saya melihat bahwa hidup tidaklah selalu hitam dan putih, benar dan salah, atas dan bawah. Saya melihat dan saya belajar bahwa untuk memahami sesuatu maka kita harus melihat secara mendalam. Bahwa sesuatu terkadang tidak seperti yang terlihat. Bahwa apa yang kita anggap benar terkadang berlawanan dengan realita yang ada. Bahwa terkadang kita semua hanya berusaha untuk sesuatu yang lebih baik. Bahwa perbedaan-perbedaan yang ada membuat kehidupan kita berwarna dan membuka pikiran kita terhadap hal-hal yang tidak kalah berharganya. Jika ada yang berkata bahwa saya terlalu cepat menilai, saya rasa tidak. Justru hal-hal tersebut sangat kuat sehingga saya dapat menyadarinya dalam waktu yang singkat. Terkadang kita terlalu menutup pikiran-pikiran kita dengan asumsi yang telah tumbuh sebelumnya. Apa itu salah? Saya lebih memilih untuk menyebut itu manusiawi. Namun manusiawi bukan berarti kita harus terus melakukannya. Saya mungkin memang tidak pernah merencanakan untuk menjadi seorang guru SD sebelumnya, namun saya bersyukur keputusan tersebut saya ambil. Menjadi guru bukan hanya berarti saya membuka wawasan anak-anak disini, namun juga membuka wawasan saya mengenai dunia yang lain, dunia yang mungkin tidak pernah saya anggap ada sebelumnya, dan saya terinspirasi olehnya.

Cerita Lainnya

Lihat Semua