Intermezzo: Kehidupan di Training Pengajar Muda
Yuriza Primantara 8 Mei 2011
Ini adalah bagian tercecer dari jurnal mingguan saya, kisah ini terjadi saat sedang training di Ciawi...
Saya mengerjakan selayang pandang minggu ke 5 di musola ditemani dua manusia ajaib yang diberi label aheng dan babeh, oh iya satu lagi dengan seorang perempuan yang keibuan, selain karena usianya mendekati usia ibu-ibu, ia memiliki kadar kedewasaan yang melebihi rekan sejenisnya di Indonesia Mengajar. Saya akan menceritakan pengalaman mingguan menurut hari, semoga sahaja bisa dijadikan perenungan walaupun mungkin lebih cocok untuk diacuhkan. Minggu ini dimulai dengan pelatihan HSE dan diakhiri dengan PMR pada hari sabtu.
Minggu yang cerah, minggu yang lain dari biasanya, kenapa?karena minggu ini para pengajar muda tidak bisa menikmati waktu berpesiar. Waktu pesiar itu disubstitusi dengan materi Health Safety and Environment, bahasa gampangnya latihan nyelamatin diri. Khusus untuk materi ini, PM berjalan ke luar camp menuju villa ratu dengan pakaian kotor..pakaian kotor?iya benar itu pakaian yang tidak bersih, ini berkat panitia berinisial.. maaf karena sangat rahasia sebut saja Mr. Sus yang memberikan anjuran nan sesat bahwa PM tidak perlu mandi dan ganti pakaian kotor selepas kerja bakti karena di villa ratu pun akan ada sesi pembersihan. Kerja bakti untuk pembangunan kantor kepala desa telah berhasil membuat pakaian PM kotor dan mendadak muka berkosmestikan semen. Namun ini merupakan pengalaman pertama kami berinteraksi dengan masyarakat sekitar dalam hal gotong royong.
Selama kami dikarantina, interaksi dengan masyarakat jarang terjadi karena peraturan yang ketat. Dan ketika saya mendengar ucapan dari salah satu warga yang mengobrol dengan saya bahwa ia belum pernah melihat PM di lingkungannya, betapa sedihnya saya... ya sudah tidak apa-apa semoga saja dengan adanya kehadiran kami di kerja bakti ini bisa membuat masyarakat tahu keberadaan kami di sini walaupun beberapa PM jadi korban terjangan ember semen. Materi HSE mengajarkan pada kami cara untuk melakukan penyelamatan dan menyelamatkan diri. Materi yang paling ditunggu oleh PM adalah saat sesi nyemplung ke kolam tapi nampaknya tidak bagi aheng. Sahabatku aheng seperti baru mengenal benda cair yang bernama air, saya tidak bisa menyalahkan guru SD aheng yang mungkin luput mengenalkan jenis-jenis benda selain benda gas dan padat di mata pelajaran IPA. Materi ini telah memberikan pemahaman baru untuk keselamatan PM, semoga saja ini hanya terjadi di latihan dan tidak terjadi di daerah penempatan, amin!
Hari Senin, esok hari
Yaseeek, setelah 4 minggu dikarantina akhirnya PM merasakan hiburan walau sesaat. Rafting dan Paint ball!! PM akan dijajal kemampuannya untuk bisa surviveee!!haha berlebihan. Rafting dan paint ball dilaksanakan di Citarik, suatu daerah di Sukabumi, cukup jauh dari camp. Sekitar jam 10 rombongan PM sampai di tempat berpetualang dengan keadaan sehat kecuali sahabatku Hasan yang mual-mual. Briefing dan pembagian kelompok telah PM lakukan sebagai proses sebelum terjun menjadi pelayar tangguh. Saya bersama kelompok saya yang terdiri dari Gilang, Sahabat (Ridwan), Nova, Fatia siap mengarungi derasnya sungai sepanjang 9 km dengan panduan dari Kang Lukman. Kang Lukman adalah pemandu rafting kami yang bertugas menenangkan kami, menyelamatkan kami jika kami hanyut, dan menangkap buaya dan anaconda yang menyergap kami...oke yang terakhir bukan jobdesk sebenarnya. Petualangan kami di sungai menurut Kang Lukman dipredikisi akan memakan waktu satu setengah sampai dua jam, kami bersiap diri dengan memegang dayung, memakai helm dengan apik, dan berdoa supaya masih bisa lihat daratan. Okee kami meluncur, satu dua tiga kali dayung dikayuh dengan keras dan perahu pun melesat cepat. Kelompok kami paling cepat pergerakannya dan meninggalkan perahu-perahu PM yang lain. Seru sekali! Kami melewati derasnya sungai dan menerjang bebatuan sungai yang berukuran besar. Perahu pun sering goyang dan oleng ke kanan dan ke kiri yang menyebabkan kami berdisko darurat di atas perahu.
Belum beberapa meter dari garis start, terjadi peristiwa yang tidak kami duga-duga dan menggemparkan...Sahabat Ridwan terhempas dari perahu!!! Ia tenggelam!! Kami pun yang masih di atas perahu panik, kami harus menolong Sahabat!! Tetapi sebelum kami menolongnya, kami masih sibuk berpikir dan merenung....mengapa mesti sahabat yang jatuh dari perahu?saya dan gilang pun mengeluarkan teori yang berbunyi “tingkat kesolehan seseorang tidak berpengaruh pada terjaminnya seseorang tidak terhempas dari perahu” tentunya teori ini masih harus dibuktikan agar teruji. Setelah berhasil mengeluarkan teori di atas perahu, kami langsung berusaha menolong sahabat Ridwan, dengan bersusah payah kami berhasil menangkap Sahabat Ridwan dan hebatnya lagi, sahabat Ridwan masih tersenyum tidak terlihat sama sekali gurat kesedihan dan ketakutan di mukanya...Subhanallah sahabat!!takbir!!! kami pun meluncur kembali, kayuh kayuh dan kayuh. Sebelum kami menyentuh garis tempat peristirahatan, kembali...peristiwa menggemparkan untuk kedua kalinya terulang....Sahabat jatuh (lagi)!!! Pada saat kami memasuki zona yang sangat oleng-able, kami semua mengangkat tangan, tiba-tiba sahabat menghilang dari penglihatan saya..sahabat ada di bawah perahu!! Sebelum kami menolongnya, kami kembali terlebih dahulu merenung, dan untuk para pencetus teori yaitu saya dan gilang ini merupakan kebanggaan tersendiri karena teori kami sudah teruji. Kami bertendensi untuk mengubah teori kami menjadi berbunyi “ Semakin soleh seseorang maka semakin sering ia jatuh dari perahu” tapi kami tidak jadi mengeluarkannya setelah dinasehati oleh nova dan fatia dengan argumen nanti bakal kualat. Sahabat pun kami tangkap dan duduklah ia dengan tenang, perahu pun meluncur kembali.
Setelah permainan rafting selesai, PM memasuki arena peperangan Paint Ball. Singkat cerita banyak darah yang tumpah di arena ini, dan arena ini menjadi ajang pembuktian para manusia-manusia yang sering menjadi target Bullying untuk naik tingkat rantai makanan. Mas Susilo dan Ijem berhasil merebut bendera kemenangan untuk timnya. Semua orang terkejut dan semuanya senang kecuali satu orang yang menjadi bahan tertawaan yaitu Aheng. Aheng terkena tembakan “ga niat” dari Senior Asril di bagian kepala.
Hari-hari berikutnya, PM menerima materi seperti budaya, refleksi diri dari DDI dan PMR tetapi ada bagian yang sangat menarik dan menyentuh hati saya, yaitu ketika saya bertemu dengan anak-anak SD di sesi kunjungan sekolah dan kunjungan anak-anak SD ke camp. Pada saat kunjungan ke sekolah yang kedua kalinya ke SD Cikereteg 2 saya tidak menyangka akan disambut sedemikian meriahnya oleh para anak-anak SD. Ka Rizaaa, ka Hasaaan panggilan-panggilan itu keluar dari mulut mereka dan tangan kami pun diserbu untuk kemudian dicium oleh mereka, sungguh lucu sekali melihat anak-anak itu menyeruduk tangan kami, tubuh yang mungil itu..oh lucu sekali anak-anak ini. Pada saat observasi ke kelas pun mereka dengan antusias bertanya pada saya, “Ka Riza, mau ngajar?katanya tanggal 25?asiiik” dan ada yang menyahut, “ Ka Riza, duduk sama aku yuuuk” Siswa kelas 3 SD ini sangat menggemaskan dan lucu-lucu sekali. Saya pun terharu dengan perhatian mereka, ketika saya mengobservasi cara mengajar guru kelas tersebut saya merasakan rasa kantuk. Ketika saya larut dalam rasa kantuk saya tiba-tiba ada suara kecil menyapa saya “Ka Riza ngantuk ya?hehe” suara itu milik seorang siswi yang tepat duduk di sampin saya, bernama Zahra. Seketika saya merasa terharu dan kikuk karena saya malu terlihat mengantuk tetapi satu hal yang membuat saya terharu, rasa antusiasme mereka tidak surut.
Sabtu siang, kembali camp kami didatangi oleh rombongan kurcaci-kurcaci SD Pancawati 1 untuk ke sekian kali dan hari itu adalah terakhir kali kami menyambut mereka oleh karena itu kami ingin memberikan acara perpisahan yang menarik untuk bocah-bocah itu. Dan kunjungan kali ini ada yang berbeda karena kami pun dikunjungi oleh kru metro tv yang datang untuk menyorot kegiatan kami. Acara permainan dibagi menurut pos-pos yang setiap posnya memiliki permainan berbeda-beda. Dengan jumlah anak yang sekarang membludak yaitu sekitar 250 anak atau naik sekitar 3 kali lipat dibanding kunjungan biasanya, kami sempat kewalahan menanganinya tetapi berkat koordinasi dan kerjasama yang apik, kami berhasil menanganinya. Acara berlangsung seru dan menyenangkan apalagi ditambah dengan kehadiran kamera metro tv menambah semangat untuk bermain dan narsis. Acara pun sudah hampir berakhir, sesi penutup adalah acara menonton video cuplikan-cuplikan foto selama acara kunjungan anak-anak berlangsung dari minggu pertama hingga terakhir. Video itu pun berisi kata-kata terima kasih dan kata-kata betapa kami para PM sangat menyayangi mereka, awalnya saya tidak yakin mereka bisa mengerti pesan yang kami bawa untuk mereka karena selama mereka menonton mereka tertawa ceria dan cengengesan tetapi menjelang video berakhir di mana terdapat kata-kata terima kasih dari kami, kami sayang kalian, semoga ini bukan perjumpaan terakhir, dan kami ingin menjadi sahabat kalian selamanya, tiba-tiba mereka menetaskan air mata.
Pemandangan ini membuat saya merasa aneh dan terkejut, saya tidak menyangka mereka sebegitunya kepada kami. Pertemuan yang hanya dilakukan mingguan ini ternyata berbekas pada mereka..we not only teach them, we touch them...
Saya dikejutkan lagi, sebelum mereka pulang, mereka meminta untuk menyanyikan lagu. Ya ampun ternyata mereka menyiapkan lagu untuk kami!para PM pun mendengar dengan antusias. Awalnya kami hanya mendengar nyanyian lagu sekolah mereka tetapi beberapa menit kemudian mereka menyanyikan lagu terima kasih guru dengan mengubah kata guru menjadi kakak. Mereka menyanyikan dengan suara sesegukan, lagi.. anak-anak ini menangis. Semua menangis tanpa terkecuali, air mata itu membasahi pipi mungil mereka. Kami tak kuasa menahan haru melihat mereka menangis dan menyanyikan lagu terima kasih guru, lagu biasa yang kami nyanyikan untuk guru kali ini kamilah yang dinyanyikan. Pengajar muda menangis, Aheng yang memiliki kelakuan yang “behave” pun menangis, bahkan sampai sedikit meraung-raung. Kurcaci-kurcaci itu pun meninggalkan kami, saya berbisik pada diri saya sendiri “saya benci momen ini, dan saya tidak suka dengan acara nangis-nangisan” saya berbisik seperti itu hanya untuk menghibur diri bahwa saya akan ketemu lagi dengan mereka..saya tidak mau berpisah dengan mereka.
Satu pertanyaan mencuat dalam benak saya, apakah saya akan tahan menghadapi perpisahan dengan murid yang akan saya ajar selama setahun dan bertemu hampir setiap hari...
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda