tulisan tanpa judul
Yunita Ekasari 24 Mei 2011
Kegalauan itu menggerakkan...
Lagi-lagi galau..
Episode galau saja minggu ini..
Tapi malam ini bintang memenuhi langit, pertanda kecerahan esok pagi. Semoga ini juga pertanda kecerahan keadaan.
Indah skali memang langit itu terlihat dari sini. Subhanallah Ya Allah.
Saya ingat kebiasaan saya tahun lalu pada jam yang sama. Biasanya saya dan adik-adik sedang asyik menonton berita di malam hari tentang keadaan ibu pertiwi. Biasanya diselingi dengan tukar pendapat hingga debat tentang berita tersebut.
Saya rindu mereka saat ini, saya rindu masa-masa itu. Saya rindu ketika kami kelaparan tengah malam setelah debat panjang tadi dan harus mencari makanan (dan biasanya berakhir di tenda nasi goreng favoritnya yudi) keluar kompleks perumahan dan mencari-cari alasan ke satpam kompleks yang menatap kami seolah-olah bertanya "hey, kalian mau ngapain di luar jam segini hah??" agar bisa keluar dan masuk lagi beberapa jam kemudian.
Tapi sekarang, di jam yang sama saya sudah mengantuk, tanpa tv, entah sudah berapa lama saya tidak menonton berita itu. Kupastikan mereka sedang menonton berita itu. Tunggulah, beberapa bulan lagi kita akan berdebat lagi tentang peliknya negeri kita ini. Mungkin waktu itu saya akan menanggapinya tidak terkesan menyalahkan lagi. Karena saya sudah semakin sadar kalau menyalahkan hanya akan membuang waktu saja. Dan saya tidak mau hidup saya hanya membuang waktu saja. Cukup dengar nurani kita, karena kita semua memilikinya. Dengarlah nurani, dan kita tidak akan membuang waktu. Karena isi nurani itu sendiri adalah kebaikan, kebaikan dan kebaikan. Kebaikan-kebaikan yang mendorong kita untuk berbuat bukan menyalahkan.
Oh,,iya langit disini selalu nampak indah. Siang hari,awan-awannya selalu nampak putih melindungi langit biru muda. Semuanya nampak jernih tanpa asap polusi yang terkadang membuat langit nampak keruh dan kelabu. Namun, terkadang realita yang saya hadapi tidak secerah langit-langit itu. Hanyalah membuang waktu ketika kita mencari siapa yang menyebabkan awan dan langit itu nampak keruh. Saya hanya ingin membuat awan dan langit yang terlanjur terlihat mendung dan keruh terlihat lebih sedikit cerah dan putih.
Cerita malam ini tentang "kegalauan" melihat siswa-siswa SMP beberapa sore yang lalu..
SMPN 2 Way Kenanga adalah sekolah yang baru dibuka setahun yang lalu. SMP ke 2 di kecamatanku dan kebetulan diletakkan di desaku. Muridnya baru satu angkatan. Jumlahnya pun tidak banyak, hanya sekitar 30 orang murid. Sekolah ini belum memiliki gedung, hanya menumpang pada gedung SD Induk tempatku mengajar. Dan mereka menggunakan ruangan kelas enam di siang hari. Semua gurunya berstatus honor kecuali kepala sekolah. Guru-guru ini pun tinggal jauh di luar wilayah desa Indraloka 2. Maka, jadilah SMP ini sering mengalami kekosongan guru. Anak-anak sering tidak belajar karena gurunya tidak datang. Pulang lebih awal dari jam pulang seharusnya. Selain itu mereka terlihat lebih banyak bermain di luar dibandingkan belajar di dalam kelas.
Ini bukan sok mulia, pernyataan saya berikut jujur dari dalam diri saya dan karena perasaan itulah saya menulis kali ini. NURANI SAYA TERLUKA MELIHAT KEADAAN ITU. Sebenarnya sudah beberapa kali saya bertanya kepada mereka tentang keadaan ini. Sebenarnya saya sudah pernah berbicara panjang lebar dengan kepala sekolah. Namun, saya belum berani memulainya.
Hingga di suatu sore....
Lagi-lagi mereka berkeliaran di halaman sekolah hari ini. Saya bingung karena di saat yang sama saya harus mengajar IPA untuk kelas 4. Saya mengajar tapi pikiran saya ada pada siswa-siswa SMP yang ada di lapangan. Les untuk kelas 4 selesai, saya menengok ke luar. Masih saja, murid-murid SMP itu berkeliaran.
Ada gejolak batin melihat mereka.
Saya tidak ingin menyalahkan siapapun, tapi juga saya tidak ingin hanya diam mematung melihat mereka.
Plisss ya ALLAH beri saya ide dan kekuatan untuk masuk ke kelas mereka hari ini.
Tiba-tiba Mia memanggil memintaku agar masuk ke kelas mereka. Awalnya ragu, karena tiba-tiba dan pengetahuan tentang bagaimana menghadapi remaja masih sangat terbatas. Arrggghhh, terasa ada 'beruang' yang menambah berat langkah menuju kelas, arah mia memanggil.
Menarik napas dalam-dalam lalu memantapkan langkah.
Satu, dua, tiga...
Assalamu Aalaikum dan selamat sore..
Saya membuka pertemuan dengan salam.
Yang saya siapkan kali itu, hanyalah mental, menerima keadaan yang lebih kacau balau ketika mengajar anak-anak SD =). Ternyata, saya salah menduga. Keadaannya justru lebih tenang, mereka lebih gampang diatur. Legaa. Ada banyak ide yang kemudian muncul dan berjalan-jalan di kepala saat itu.
Hmm, sekarang naikkan kertas selembar ya, perintah saya.
Mereka mengikuti, walaupun ada beberapa yang bergurau "untuk apa sih bu??"
Saya hanya diam dan senyum. Saya teringat tentang permainan pesan positif. Mereka akan menuliskan satu pesan positif kepada teman yang namanya tertera bagian paling atas kertas. Setelah itu, akan dioper pada teman di sebelahnya. Begitu seterusnya hingga pada orang kelima. Setiap orang akan menuliskan lima pesan positif pada lima kertas yang berbeda-beda. Dan mereka juga tentunya akan menerima lima pesan positif dari teman-teman mereka sendiri.
Ekspresi mereka berbeda-beda menerima kertas yang bertuliskan nama mereka masing-masing.
Ada yang senyum,ketawa bahkan sedikit tidak percaya. Suasana menjadi hening tanpa dikondisikan. Entah..
Ouuwww...ouwww...ouww...
Saya grogi jadinya =).
Mau ngapain lagi ya??
Katanya ada salah satu dari mereka yang bercita-cita jadi vokalis band, wahyu nama anak itu.
Mereka meminta wahyu menyanyi, hm, kecerdasan interpersonal dan leadership (walaupun setengah jam kemudian barulah wahyu memulai untuk bernyanyi)...
Sore yang indah di tanggal 2 mei 2011...
Semoga mereka senantiasa berkata dan berperilaku positif setidaknta di antara mereka setelah hari ini. Tidak banyak yang bisa kuperbuat. Hanya yang saya yakini, sore ini sungguh luar biasa bagi saya karena bisa berkenalan dan berbagi dengan mereka.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda