Berkenalan dengan mereka

Yunita Ekasari 15 Juni 2011
Enam bulan yang lalu saya berkenalan dengan mereka. Mereka segerombolan yang berjumlah delapan belas anak. Usia mereka sekitar delapan hingga sembilan tahun. Mereka, sewaktu saya mulai mengajar sedang duduk di kelas dua semester kedua.  Setelah membicarakan dengan guru-guru yang ada, saya diberi kehormatan untuk mengenal mereka, berbagi dengan mereka selama satu semester. Saya dedikasikan tulisan ini kepada mereka atas coretan yang telah mewarnai hidup saya, atas pelajaran hidup yang telah mereka ajarkan secara tidak langsung, tentang kesetiaan, ketulusan, kejujuran dan banyak hal lainnya yang susah untu diungkapkan. Ini bukan justifikasi saya terhadap mereka. Tapi saya ingin memperkenalkan mereka kepada siapapun yang membaca tulisan ini. Kepada setiap guru. bahwa tidak satupun anak yang bodoh. Mereka hanya memiliki letak kecerdasan yang berbeda-beda. Bahwa setiap anak yang dilahirkan oleh orang tua dimanapun, adalah anak-anak hebat. Namun membutuhkan orang tua dan guru untuk membimbing mereka memperoleh keadaan terbaiknya (munif chatib), demi menjadikannya manusia yang mampu mengembangkan kecerdasan masing-masing secara optimal. Siapakah mereka? Ahmad Nurkholis, senantiasa mampu mengungkapkan apa yang dia rasakan secara verbal. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan secara verbal.  Di kelas aku menjulukinya sebagai bapak polisi. Dia bercita-cita sebagai polisi. Dia kurang tertarik dengan kegiatan menulis ataupun berhitung. Dia lebih tertarik pada kegiatan-kegiatan yang memiliki banyak gerakan. Dugaan sementara kecerdasan si kholis adalah auditory dan kinestetik. Anis Mahmudah, Cita-citanya sebagai guru. Ibu guru anis aku memanggilnya sehari-hari di sekolah. Dia sangat tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan hitungan (bahkan dia meminta setiap hari untuk belajar matematika). Dalam menjawab soal-soal hitungan relatif cepat dibandingkan dengan teman-temannya. Anaknya cukup pendiam, lebih tenang dan kurang tertarik dengan kegiatan yang memiliki banyak gerak. Dugaan sementara buat bu guru anis bahwa dia memiliki kecerdasan logis-matematis. Dimas Huda Prayoga. Dimas panggilan akrabnya. Dimas belum lancar membaca dan menghitung seperti relatif anak-anak kelas 2B. Namun, ia sadar dan mampu memahami tentang keadaan dirinya. Sepertinya dimas memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik. Selain itu, ia sangat sabar mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Selain itu ia peka terhadap ekspresi-ekspresi yang ditunjukkan oleh teman-temannya kepadanya. Anak ini memiliki kecerdasan interpersonal juga. Dina Agustin. Teman-temannya sering melaporkan kepada saya tentang kenakalan Dina. Pernah suatu waktu dia menangis karena semua temannya mengolok-olok dia dengan berteriak secara serempak “dina nakal”. Namun, seperti yang selalu saya yakini bahwa tidak ada satupun anak-anak yang nakal, anak-anak tersebut gagal membentuk stigma saya terhadap Dina (maaf ya nak). Sejauh ini, kecerdasan interpersonal dina terus berkembang. Walaupun tidak berkembang dengan sangat baik, namun kini Dina sudah tidak sering dipanggil “nakal” lagi oleh teman-temannya. Eka fitriani. Anak ini dipanggil fitri sehari-harinya oleh teman-temannya. Dalam kegiatan belajar mengajar anak ini lebih senang menggunakan suara (verbal). Fitri juga lebih tertarik ke kegiatan belajar yang berhubungan dengan suara dan gerak, dia kurang begitu tertarik dengan perhitungan. Selama kurang lebih lima bulan saya mengenal dia di kelas Fitri lebih tertarik dengan pelajaran yang menyangkut aspek linguistik dan verbal. Tidak jarang dia meninggalkan pelajaran yang berhubungan dengan kecerdasan logis-matematis. Ferry Setiawan. Si mister multiple intelegence. Saya sempat bingung menilai kecerdasan anak ini. Dia selalu saja bisa mengerjakan apa yang saya minta. Tapi sisi yang paling menonjol dari anak ini adalaha logis-matematis. Namun kemampuan linguistik verbalnya cukup bagus.  Ferry sangat tertarik terhadap hal-hal yang terkait dengan hitungan ataupun hal-hal  tentang runut atau proses. Namun, anak ini kurang begitu tertarik terhadap hal-hal visual seperti belajar melalui gambar. Sangat tertarik terhadap pelajaran IPA dan Matematika. Gustiani. Anak kedua dari bungsu di keluarganya. Anak perempuan yang cukup pendiam. Lebih tertarik kepada hal-hal yang terkait linguistik. Selain linguistik juga tertarik kepada hal-hal yang berkaitan dengan logis-matematis. Hal tersebut dapat saya lihat dari keteraturannya. Anak ini juga tertarik pada hal-hal visual,namun lebih ke arah “perempuan” seperti menggambar bunga. Anak perempuan ini dapat menjadi salah satu bukti bahwa kecerdasan perempuan cenderung majemuk, tidak fokus terhadap satu hal saja. Hendi Nur Aprianto. Hendi adalah anak tunggal di keluarganya. Ia merupakan salah satu murid pindahan tahun lalu dari sebuah daerah perbatasan palembang-jambi. Ia kini tinggal bersama kakek neneknya. Ia tergolong anak yang pendiam. Ia tidak terlalul tertarik dengan atau tidak terlalu bisa pada hal-hal yang terkait dengan linguistik-verbal, namun sangat tertarik pada hal-hal yang terkait dengan matematis, hitungan. Anak ini pendiam, mungkin karena masih merasa menjadi murid baru di sekolah ini.  Namun, saya tidak ingin mengatakan bahwa anak ini tidak memiliki kecerdasan interpersonal yang kurang baik, hany perlu diasah dan terus dilatih. Ibnu mansur. Anak ini, juga merupakan anak tunggal, namun berbeda dengan Hendi yang tidak tinggal bersama orang tuanya. Kemampuan logis-matematis anak ini cukup baik dan kemampuan linguistik-verbal juga tak kalah baiknya. Tidak terlalu tertarik terhadap hal-hal hyang terkait dengan hal-hal yang mencakup aspek kecerdasan kinestetis. Anak ini bercita-cita sebagai Polisi. Saya menjadikannya sebagai polisi kelas yang bertugas mendamaikan dua orang temannya atau lebih apabila sedang terlibat perkelahian. Kecerdasan verbal dan interpersonal yang baik yang ia miliki membuatnya mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik. Ketut Susane. Anak ke-empat dari empat bersaudara. Si moody. Mungkin karena anak bungsu di keluarganya. Namun memiliki kecerdasan interpersonal yang cukup baik. Sane, nama panggilan anak yang bercita-cita jadi dokter ini memliki kecerdasan linguistik verbal. Ia sering mengungkapkan perasaannya dalam bentuk surat dan verbal. Maria Purnamasari. Sari, anak ke dua dari dua bersaudara. Sangat tertarik dengan hal-hal visual. Hobinya menggambar bunga. Memiliki kecerdasan interpersonal yang cukup baik. Selain itu, memiliki kecerdasan linguistik-verbal yang cukup baik pula. Namun, kurang tertarik terhadap hal-hal yang teratur dan runut serta yang terkait hitungan (logis-matematis). Kecenderungan ketertarikannya adalah terhadap hal-hal yang berbau seni. Melitasari. Meli, anak ragil di keluarganya. Walaupun anak ragil, anak ini bisa bersikap mandiri terhadap hal apapun yang ia hadapi saat itu. Kecerdasan intrapersonalnya cukup baik, ini terlihat dari sikapnya yang tenang menghadapi kondisi apapun. Selain kecerdasan intrapersonal yang cukup baik, anak ini juga memiliki kecerdasan lingustik-verbal yang cukup baik. Meli selalu menyampaikan sesuatu melalui komunikasi tulisan dan verbal. Nanda Safitri. Saya biasa menyebutnya anak perempuan yang cukup agamais. Anak kelas dua, dengan tubuh berukuran kecil dan periang sudah berpikir betapa penting bagi seorang perempuan untuk menutup aurat. Tak pernah sehari pun ia tak menggunakan kerudung ke sekolah. Sangat tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan kinestetik dan verbal. Nengah Sariasih. Si anak perempuan yang pendiam. Kurang tertarik dengan hal-hal lingustik-verbal, dan logis matematis. Namun, sangat tertarik pada hal-hal yang bersifat visual dan musikal. Mungkin, perkembangan otak kanan anak ini lebih maaju dibandingkan otak kiri *semoga saja tidak salah*. Kelak dia akan menjadi seorang seniman perempuan yang luar biasa dari desa indraloka. Nurul Hidayah. Apabila nengah sariasih sangat tertarik dengan hal-hal yang berbau seni (musikal dan visual). Nurul, sangat tertarik dengan hal-hal yang bersifat linguistik verbal dan logis matematis. Dia senang mempelajari tentang proses terjadinya sesuatu, kemudian menyampaikannya baik secara tulisan maupun verbal. Rahmini. Si anak pendiam, yang tertarik terhadap hal-hal yang bersifat visual. Tidak terlalu tertarik terhadap hal-hal yang bersifat logis maupun verbal. Menggambar bunga adalah salah satu yang sangat menarik minat anak perempuan tunggal ini. Rendi Saputra. Si kinestetis. Murni, fokus. Mengenali anak ini di awal, bikin baju saya selalu basah karena keringat. Ia jarang untuk duduk diam dalam belajar. Ia sangat tertarik dengan olahraga. Olahraga apapun itu. Mulai dari lari sampai sepakbola. Ia jarang merasakan lelah, walaupun aktivitas yang sudah ia lakukan cukup menguras energi. Saya ingat ketika belajar di luar kelas, dia memanggilku dan saya kebingungan mencari arah datangnya suara Rendi. Ternyata eh ternyata di ada di atas pohon pepaya, memanjat sambil menulis. Suprapti. Anak ini yang paling tua usianya. Karena ikut orang tuanya yang sering berpindah, ia pun tinggal kelas beberapa kali karena harus pindah-pindah sekolah. Tapi alhamdulillah, untuk tahun ajaran ini, ia sudah tidak pindah sekolah lagi. Kecenderungan minat anak ini adalah terhadap hal-hal yang berkaitan dengan linguistik verbal. Sangat tertarik dengan Bahasa Indonesia. Dia sangat senang apabila ku minta mereka untuk menulis sebuah surat dengan isi yang bebas. Mungkin karena usianya, anak perempuan yang bertubuh paling besar di kelasnya ini, sudah mampu menyampaikan sesuatu secara terstruktur.

They Have Their Own Way to Conquer The World, Conquer Their Life,

And Solve Their Own Problem.

Nah, seperti apa kecerdasan putra, putri dan anak didik anda. Siapapun yang dilahirkan ke dunia ini pasti memiliki potensi. Semua diciptakanNya dalam keadaan terbaik. Dibutuhkan usaha untuk menemukan dan mengembangkan setiap potensi yang ada. Asahan, Minggu 12 juni 2011, sehari setlah menyelesaikan  pengisian raport mereka.

Cerita Lainnya

Lihat Semua