karena SAKIT maka SEPI

Yunita Ekasari 1 Februari 2011
Cuaca lagi ekstrim di desa ini. Pagi dan siang terasa sangat panas ibarat padang mahsyar (sedikit lebbay). Malam terasa sangat dingin ibarat lagi musim dingin di eropa (yang ini juga sedikit lebbay). Kalau di luar sana orang-orang pada sibuk membicarakan climate change, global warming atau apalah namanya itu, saya sedang merasakan dampaknya disini. Sebagian warga disini mungkin tidak pernah mengetahui istilah-istilah itu (bahkan mungkin mendengar istilah itupun tidak pernah). Yang mereka tau, cuaca lagi gak bagus katanya. Ketika cuaca lagi "gak bagus", menurut mereka akan berdampak pada kualitas panen singkong banyak yang jelek. Kalau hujan terus dan ini bener-bener gak tentu, sulit diprediksi (karena hujannya turun semau dia saja tanpa ikutin musim), getah karet harus diberi cuka agar karetnya gak mencair dan pergi bersama air hujan dari wadah yang ditempelkan di batang pohon karet. Satu lagi, banyak yang sakit. Ya, sekarang saya sakit. Cuaca yang ekstrim membuat radang tenggorokan saya kambuh, suhu badan meningkat, lemes, dan yang paling utama lehernya sakit kalau menelan dan agak sakit kalau lagi berbicara (oh GOD gimana bisa ngajar). Itu saya rasakan sejak kemarin, semalam saya diantar oleh adik angkat ke salah satu bidan desa. Jaraknya kurang lebih 7 km dan gelap tentunya. Diberilah saya obat dan dianjurkan untuk istirahat. Dan hari ini sungguh menyedihkan, saya gak berangkat ke sekolah (it means tidak bisa bertemu dan berhaha hihi dengan mereka =(.....). Saya tertidur, mungkin pengaruh obat. Siang saya terbangun. Hari ini saya seharusnya memberikan les persiapan olimpiade sains kuark di sekolahan induk untuk kelas 3 dan kelas 5, namun saya masih harus istirahat untuk memulihkan suara dan kondisi tubuh agar fit. Saya benar-benar merasa sepi, sunyi kalau harus tidak bertemu mereka. Bagi saya mereka memiliki magnet yang begitu yang begitu besar buat saya. Saya sangat menyayangi mereka. Biasanya siang hari seperti ini mereka telah datang memenuhi ruang mimpi (istilah salah satu ruangan yang saya buat untuk mereka, semacam rumah baca). Suara-suara mereka biasanya membangunkan dari istirahat siangku selama satu jam. Tapi kali ini, saya tidak mendengar suara mereka satu pun, seeeeppppiiiii batinku. Saya tau mereka mungkin sangat mengerti kalau saya sedang sakit dan butuh istirahat (karena semalam ketika saya ke bidan desa beberapa dari mereka masih ada di ruang mimpi). Entah mengapa saya sangat membenci keadaan ini.. SEPI DAN HAMPA... Seketika saya merasa harus sehat agar tidak merasa kesepian lagi dan kemudian bisa tertawa lagi bersama mereka. Dalam sepi ini, saya kemudian berdoa : "Ya ALLAH saya tidak mau sakit lagi, entah kenapa sekarang saya berpikir kalau sakit itu berbanding lurus dengan sepi. Sakit adalah musuh saya, jangan Engkau mendekatkan dia kepada saya, amiiieeeennnnnn".

Cerita Lainnya

Lihat Semua