Mendadak Cantel

Yunita Ekasari 5 Maret 2011
Mungkin benar apa yang sering aku dengar bahwa kita bisa berpikir OUT OF THE BOX ketika melakukan sesuatu hal yang positif dan dilakukan dengan tulus =)... Tiba-tiba getaran hp ku terasa dari dalam tas ketika aku dan anak-anak kelas dua sedang asyik bermain di lapangan. Rupanya getaran itu adalah getaran tanda sms masuk dari guru kelas 4, isi pesannya berbunyi bahwa beliau tidak bisa hadir untuk mengajar hari ini karena anaknya sedang sakit dan tidak bisa ditinggalkan. Informasi itu mungkin bukan yang esensial dari pesan itu. Yang esensial adalah dia meminta aku untuk mengajar di kelasnya hari itu. Siap tidak siap harus mau, mau nggak mau harus siap. Tidak ada pilihan lain. Kami hanya berempat di sekolah itu, dan hari ini berarti kami hanya bertiga. Ku tengok dua guru lainnya sedang asyik mengajar di kelas satu dan tiga. Kumantapkan langkah menuju kelas 4. Murid kelas 4 tergolong kelas kecil,jumlah mereka hanya 14 orang, selain itu mereka memiliki behaviour yang cukup baik, amanlah. Nilai-nilai positif yang perlahan-lahan kutanamkan dapat tertancap dengan baik dalam waktu yang cukup singkat. Assalamu Alaikum.. Wa alaikum salam  jawab mereka. Rupanya buku telah mereka letakkan di atas meja masing-masing. “Kalian belajar apa sekarang?”, tanyaku M A T E M A T I K A bu Teriak mereka serempak. OK, kataku dalam hati. “Kami belajar bilangan romawi, gampang kok bu”, kata mereka. Hm, sepertinya mereka perlu untuk kutantang agar mereka belajar untuk tidak menyepelekan ilmu apapun itu. Aku lalu memberi mereka beberapa angka untuk diterjemahkan ke dalam bentuk angka romawi. Yes, mereka jawab dengan mudah dan dalam waktu yang cukup singkat. Hasilnya? Mereka nyaris benar semua. Aku berikan lagi, dan ternyata hampir sama dengan keadaan sebelumnya. WAWWWWWWWW....mereka memang hebat ya. Tapi upppsss, ketika aku berjalan ke arah Rio aku melihat ada tabel-tabel angka romawi, hmmmm, rupanya mereka berbuat sesuatu yang mengganjal dan hampir semua murid memiliki tabel tersebut. Mereka menjawab semua soal yang kuberikan dengan menggunakan tabel tersebut. JIIIIAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH. Tabel ini bisa-bisa menimbulkan pembodohan massal pikirku. Baik, selanjutnya aku meminta mereka untuk mengumpulkan tabel-tabel tersebut. Mereka sedikit takut dan gugup ketika mengumpulkan tabel tersebut ke meja guru. Lucu juga wajah mereka ketika gugup. Mereka pikir aku akan marah karena mereka menjawab soal-soal yang kuberikan tadi menggunakan tabel-tabel itu. Namun sebenarnya mereka juga tampak bingung mengapa aku harus marah jika mereka menggunakan tabel-tabel itu untuk menjawab sederet soal-soal yang kuberikan tadi. Guru mana yang tidak senang apabila murid-muridnya menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikannya. Bukankah itu pertanda bahwa materinya dapat “nyantol” pada bocah-bocah itu?. But that’s not the point. Mungkin apabila tujuanku datang dari pulau nan jauh di sana ke sini hanya untuk membuat mereka tahu, persoalan itu selesai. Mereka tahu angka romawi, dan mereka bisa menjawab soal yang kuberikan walaupun menggunakan cara yang tidak benar bukan tujuanku ke sini. Learning is just not know but understand, setuju??, that’s my main purpose here. Membuat mereka MEMAHAMI memang tak semudah membuat mereka sekedar TAHU. Everything is difficult but nothing is impossible.. Tidak ada yang salah dengan tabel itu, tabel itu sudah memberi pengetahuan mereka. Yang salah apabila mereka tidak dibimbing dengan baik untuk menggunakan tabel tersebut. Ok, back to story.... Setelah tabel-tabel tersebut terkumpul rapi di atas mejaku. Aku bertanya angka-angka dasar kepada mereka. Aku bertanya angka romawi dari angka 5 dan 10. Tidak ada satupun dari 14 orang anak yang mampu menjawab pertanyaanku. Mereka terpaku diam dan membisu (oh..oh..oh lebbay =p). Aku kemudian bertanya kepada siti yang konon katanya sering menjadi langgana juara kelas, dia pun tidak mampu menjawab pertanyaanku barusan. Aku kemudian berkata ke mereka “kata kalian tadi gampang”. Pernyataan ini sama sekali bukan karena aku bermaksud untuk menyepelekan mereka. Aku hanya ingin menanamkan kepada mereka bahwa belajar, sekolah bukan hanya sekedar mengejar nilai-nilai kuantitatif yang sering mereka perebutkan ketika Kegiatan Belajar Mengajar setiap harinya. Seisi kelas terdiam termasuk aku. Aku pun sebenarnya bingung ingin menjelaskan bagaimana cara yang tepat dan efektif untuk menerjemahkan angka-angka latin tersebut ke dalam bentuk angka-angka romawi. OH GOD!!! Kupercayakan diri mengambil kapur dan menuju papan tulis. Aku mulai menulis angka-angka dasar bilangan latin 5, 10, 50, 100, 500 dan 1000. Sambil meenulis aku membaca mantra-mantra meminta pertolongan dariNYA untuk melepaskanku dari jerat kebingungan yang akan membuatku terlihat bodoh di hadapan mereka. Belum selesai aku menulis angka-angka itu. Tiba-tiba JRENGGGG, AHAAAAAA, JRENGGGG....... Kepikiran pak bobi dengan cantelannya ketika di emtese. Tiba-tiba ingat dengan nyanyian Visual-Auditory-Kinestetik. Great Thankful, aku tiba-tiba merasa seperti menemukan oase di tengah gurun kalahari. Yaaaa, anak-anak akan paham dengan mudah apabila ketika ke-tiga unsur tersebut digabungkan. Kutulis angka-angka romawi dasar itu tepat disebelah kiri masing-masing angka latin sesegera mungkin. Salah seorang dari murid kelas empat itu bertanya kemudian, “bu guru itu ditulis ya?” Aku menjawab jangan dulu menulisnya, kita akan bermain. Mereka bingung. Aku hanya meminta mereka mengulangi apa yang aku ucapkan dan mengikuti gerakanku. I itu 1 àJUARA (sambil mengacungkan jari telunjuk ala tagline Indonesia Mengajar) 5 itu V à Vas bunga (sambil membentuk vas bunga di udara dengan dua tangan) 10 itu X àXtra super (sambil bergaya ala popeye kalau habis makan bayam) 50 itu L àLembut (sambil bergaya ala iklan pelembut pakaian) 100 itu Cà Cantik sekali (sambil senyum-senyum ala tuan putri) 500 it Dà Dekat di hati (sambil memegang dada) 1000 itu Mà Manis Senyuman (sambil meletakkan jari telunjuk kiri dan kanan di pipi) Waaaaaahhhhhhhhhhhh kata mereka. Pena’ ternyata to bu (gampang ternyata ya bu) sambil mengangguk-ngangguk tanda mengerti dan setuju. Alhamdulillah ya ALLAH, batinku. Ternyata mereka mengulanginya hingga beberap a kali. Aku hanya tersenyum tipis melihat mereka. Ketika aku bertemu mereka pas istirahat aku spontan bertanya 50?? Benny menjawab DàDekat dihati (sambil memegang dadanya). 100??Rio menjawab Cà Cantik sekali (sambil bergaya ala tuan putri). Hehehehehehehehehehehe. Aku menahan tawa melihat mereka sedang menggerakkan jari-jari sambil melakukan gerakan yang aku ajarkan sebelumnya. Ketika aku masuk ke kelas 4 keesokan harinya aku mendapati ayu sedang menulis angka-angka dasar romawi itu sambil mengucapkan cantelan-cantelan kemarin. Semoga cantelan dadakan itu bermanfaat bagi mereka. Terima kasih pak Bobby =).

Cerita Lainnya

Lihat Semua