i will be your own teacher till anywhen...
Yunita Ekasari 19 Juni 2011
Malam-malam kelaparan, belum sempat makan malam, lampu udah di matiin sama si Tuan yang empunya diesel. Tadi asyik bikin soal bahasa Inggris, ngerapel nilai raport bocah-bocah kebanggaanku.
Mau tidur tapi biasanya kalo perut lagi nge-Rock gak jelas agak susah ngantuknya apalagi tidur. Mending nulis aja sampai mata minta untuk diistirahatkan tanpa menghiraukan perut yang yang lagi kriuk-kriuk karena sedang berokestra (sebenarnya lagi berdemonstrasi karena hak nya tidak diberikan oleh si pemilik tubuh).
Hari ini, hari pertama ujian akhir semester dua. Sedih, senang, bahagia, terharu teraduk-aduk menjadi satu.
Sedih??
Bukannya kata teman-teman saya memang hobinya menggalau =).
Kalau udah ujian, artinya proses belajar mengajar sudah usai. Saya yang mengajar di kelas dua selama ini tidak mengajar mereka lagi (lha??kok di bolak balik??). Sedih karena proses KBM itu sudah berakhir (hihihi...bukannya mau sok-sok an rajin). Karena dengar-dengar semester depan saya akan di beri tanggung jawab mengajar di kelas 5. Sekolah lokal jauh tahun ini tidak mengirimkan murid yang menginjak kelas 5 ke sekolahan induk lagi. Alasannya banyak, ini juga salah satu cara agar tidak ada lagi yang putus sekolah karena alasan jarak sekolah sangat jauh dari rumah.
Kekurangan guru...kekurangan guru...sekolah kami kekurangan guru. Lima rombel di depan mata dan hanya ada empat guru (nah kalo aku undeploy??....arrgggghhh,,sedih membayangkannya)
Semoga waktu yang tersisa sebelum undeploy bisa optimal, hanya itu yang saya harapkan saat ini.
Sedih karena....
Kabar kalau saya akan mengajar di kelas lima semester depan, sudah sampai di telinga murid-murid kelas dua sejak beberapa waktu yang lalu. Waktu itu ada yang bilang seperti ini "yah bu yuni gak ngajar kita lagi bentar, jadi siapa yang ngajar kita??". Ada juga yang bertanya "bu yuni tetap guru kita kan bu biar gak ngajar kita?"
Saya diam mendengar pertanyaan itu, lalu menjawab dalam hati saja "I am still your own teacher, your own mom when you are in school, even I didn't teach you anymore. You are in here, in my heart, till anywhen, even when I didn't live here".
Lagi-lagi mereka meracau dengan polosnya. Tingkah mereka memang selalu mengukir senyum di wajah walaupun terkadang kondisi hati lagi mendung.
They have their own way...
Selain kekurangan guru, sekolah lokal jauh juga kekurangan ruangan (dulu). (Sekarang) setelah kekurangan ruangan selesai, eh, kekurangan kursi.
Jadi, baru saja sebuah ruangan kelas jadi walaupun belum sepepnuhnya jadi, lebih tepatnya mungkin hampir jadi. Belum ada pintu dan jendela (emang bakal ada? Gak janji deh....lihat entar =>). Ruangan baru itu rencananya akan ditempati kelas besar (jumlah muridnya banyak). Ruangan itu dibangun dari hasil swadana para orang tua murid (lha kan ada dana BOS? Konon katanya Dana BOS dan bantuan ternyata tidak berlaku untuk pembangunan, perbaikan gedung sekolah dengan status lokal jauh).
Murid-muridku melihat itu sebagai ruangan "kantor". Heheheheh. Sebagian dari mereka mengusulkan kalau ujiannya di ruangan baru itu saja, tapi kan ruangan itu belum ada kursinya. Huuuuuuuuuu....
Ada saja usul dari mereka. Akhirnya mereka menyelesaikan ujian mereka dengan tanpa meja dan kursi seperti sekolah pada umumnya. Memang secara standar sarana dan prasarana sekolah, ini tidak sesuai. Tapi apakah mereka mengerti? Saya tak ingin mengekang ekspresi dan imajinasi mereka. Biarlah terus melambung dan melambung jauh. Mereka memiliki hak untuk memperoleh kenyamanan selama menyelesaikan sederet soal-soal yang dibuat dengan standar yang sama dengan semua sekolah, tanpa mempertimbangkan keadaan mereka.
Bahagia dan senang....alhamdulillah...
Karena...
Minggu ini minggu mereka ujian, saatnya saya sebagai guru merefleksi dan mengevaluasi seberapa besar mereka menyerap materi yang saya sampaikan ke mereka. Walaupun ini bukan indikator utama.
Yang perlu digaris bawahi mereka tidak memiliki modal buku pelajaran yang dimiliki oleh anak-anak SD gedongan, namun sumber soalnya sama.
Dan yang terjadi adalah...
Si feri, melahap soal-soalnya mendekati angka 10. Di semua mata pelajaran. Saya menggeleng-geleng kagum memeriksa ujiannya.
I believe that I will find "mutiara" here. And it's proved, I've found feri and his friends.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda