Hadiah tahun baru

Yunita Ekasari 16 Januari 2011
Hari ini pertama kalinya saya mengajar di sekolah cabang,bangunannya betul-betul darurat dan seadanya. Ruangan hanya dua namun harus dibagi menjadi 4,ruang pertama disekat dengan papan hampir rapuh menjadi kelas 3 dan kelas 4 sedangkan ruang ke dua disekat menjadi kelas 1,2 dan ruang guru. Kelas 1 dan 2 bergantian menggunakan kelasnya. Satu lagi, papan tulisnya masih papan tulis kapur.. Tiga guru wanita hebat menyambut saya dengan sumringah.Mereka juga meminta saya memaklumi keadaan yang seadanya. Kujawab dengan santun kalau hal itu tidak menjadi masalah bagi saya. Ketika jam mengajar saya selesai dan anak-anak kelas satu waktunya pulang sekolah,saya keluar menghirup udara segar dan menikmati pemandangan eksotis padang ilalang, deretan pohon akasia dan pohon karet di depanku. Lalu Aku bersama seorang anak perempuan kemudian bercengkrama,bercerita tentang kegiatannya dan cita-citanya. Tiba-tiba, di tengah padang ilalang aku melihat seorang anak laki-laki yang menurutku bukan kelas satu ataupun dua. Kelas berapa yah dia?kok jam segini ada di tengah padang ilalang itu,seharusnya kan dia bersekolah jam segini pikirku. Ku tanyakan tentang anak itu ke uswa,anak perempuan yg sedang bersamaku. Uswa lalu menjawab kalau anak lelaki itu bernama surip,seharusnya dia kelas tiga sekarang namun tidak bersekolah lagi. Aku kemudian menggenggam erat tangan uswa dan berlari mengejar sambil memanggil nama surip. Ku rendahkan tubuhku sambil bertanya kepadanya "kenapa kamu tidak sekolah?" dengan polos dia menjawab "saya tidak punya buku tulis,tas dan sepatu bu, untuk beli sayur ibu saya saja susah makanya saya tidak usah sekolah saja lah bu" ingin rasanya menangis saat itu. Kemudian saya bertanya lagi "kalau gede,cita-citanya apa?", "ya gak ada lah bu",jawbnya dreg, sebulir air mata benar-benar membasahi pipi, cepat-cepat ku usap air mata, saya tidak mau terlihat cengeng di hadapan dia. Kumintanya untuk mengantarkan ke rumahnya. Selain uswa, ada juga rio yang menemaniku saat itu... "Ayooo buuu" sorak uswa dan rio. "rumah surip gak jauh kok bu,depan rumah gedongan depan" kata mereka. Uswa dan rio pun menarik tanganku sambil berkata "ayo bu kita ke sana sekarang" wah,kami ber empat pun berlari kegirangan sambil bernyanyi-nyanyi melewati kebun-kebun,jalan-jalan setapak yang berlumpur, juga melewati halaman-halaman belakang rumah penduduk sekitar. Kami pun tiba di jalan besar dan mendapati sebuah rumah yg cukup besar dengan dua mobil di pelataran parkiran. Dan tepat di depan rumah itu berdiri sebuah rumah papan beralaskan tanah, keadaan yang benar-benar kontradiksi. Dan ternyata itu rumahnya surip. Wah,aku harus kuat kali ini gak boleh nangis batinku. Aku tidak sempat masuk dan bertemu orang tua surip (dan aku benar-benar menyesal karena tidak sempat ketemu dengan orang tua surip). Karena tiba-tiba ada seorang guru yang memanggilku. Kubalikkan badanku dari surip sambil berlari melambaikan tangan dan berteriak "sampai ketemu besok di sekolah ya surip" dari kejauhan sekilas aku melihat dia hanya diam. **** esoknya aku tiba di sekolah, disambut anak-anak kelas dua yg sedang menunggu jadwal pergantian kelas mereka dengan adik-adik kelas satu. Mereka bermain di padang rumput dan ilalang. Satu hal yang membuatku kagum dari semua anak-anak ini,mereka selalu bisa tertawa lepas dengan segala keterbatasan, mereka selalu datang lebih awal ke sekolah dan bahkan nyaris tidak pernah terlambat, dan juga..mereka selalu bersemangat belajar. Tuhan memang selalu adil,dan Tuhan menghadirkan kebahagiaan di hati dalam bentuk yang abstrak,hanya bisa dirasakan bukan di materi dalam bentuk yang bisa dilihat secara kasat mata ataukah dapat disentuh. Mereka bahagia tanpa alasan apapun. **** Tiba saatnya aku mengajar, hari ini aku mengajar bahasa indonesia. Ku ceritakan tentang singa raja hutan kepada murid-muridku. Sementara bercerita dari balik pintu ada yang berkata "katak itu hewan yang hidup di dua alam,bisa di air bisa juga di darat" aku menoleh... Seolah-olah ada yang berkata kepadaku entah dari mana "suprise"... Surip ada di depan mataku berseragam lengkap dan berkata kalau besok ia akan datang ke sekolah lagi...kebahagiaanku saat itu betul-betul tak bisa kubendung,aku hingga kegirangan sendiri, dan anak-anak kebingungan... Seumur hidup aku tak pernah mendapatkan hadiah tahun baru karena sama sekali bukan tradisi dikeluargaku ataupun sahabatku.. Tapi kini, aku merasa baru saja menerima hadiah tahun baru dari-NYA...surip kembali ke sekolah setelah hampir setahun dia tidak belajar..surip sekarang juga sudah punya cita-cita..surip berani bermimpi saja sudah menjadi anugerah terindah bagiku di awal tahun ini... Dan.. anak-anak indonesia, mereka memang berhak bermimpi.. Dimana dan bagaimana pun keadaan mereka... Selamat tahun baru surip dan seluruh anak-anak indonesia di seantero nusantara... Kalian harus terus berani bermimpi... Demi bangsa yang lebih baik... asahan, 6 januari 2011 Tulang Bawang Barat Lampung,Indonesia

Cerita Lainnya

Lihat Semua