catatan dari suatu subuh di asahan

Yunita Ekasari 2 Agustus 2011

26Juli 2011

Halo dunia... Sudah bangunkah kalian yang sejak semalam tidur di atas kasur super empuk dan disejukkan oleh pendingin ruangan? Semoga saja sudah, jika belum berarti bisa kalah dengan ayam bapak saya yang sudah berkokok sejak jam empat tadi. Tepat di belakang kamar saya, ada sekitar dua puluh ekor ayam peliharaan bapak dengan berbagai jenis yang diletakkan ke dalam ruang-ruangan yang menyerupai kamar. Saya sendiri sering menyebutnya dengan kamar-kamar ayam bapak. Jadi tentunya saya akan segera terbangun apabila ayam-ayam tersebut mulai berkokok karena kalau saya ingin melanjutkan tidur bisa jadi saya akan bermimpi dibangunkan ayam *konklusi yang aneh*. Kurang dari empat bulan lagi, masa indah dibangunkan ayam pukul empat, bangun dan mengetik sesuatu waktu subuh dengan sumber penerangan cahaya dari layar leptop  akan berkahir =,(. Yah, saya akan merindukan semua itu. Saya akan merindukan saat-saat saya harus tidur sebelum genset dimatikan, saat menunggu jam enam untuk mencharge semua media elektronik (suplai listrik disini hanya dari pukul 6-11 malam), ataukah saat terbangun dalam keadaan gelap gulita lalu berusaha mencari letak lampu cahrge yang dengan penerangan seadanya yang akan menemani berjalan untuk mengambil air wudhu di waktu subuh. Rasanya tidak ingin segera mengakhir masa-masa ini, tidak ingin mengakhiri ke sekolah dengan sepeda melalui setapak-setapak hijau ditemani canda tawa priya, feri, rijal dan rifli, juga tidak ingin mengakhiri romantisme dibonceng ibu dengan sepeda tuanya ke sekolah sambil mendengar beliau curhat tentang kehidupannya ataukah saat seperti ini, saat ketika saya menulis sesuatu ditemani kegelapan dan riuhan kokokan ayam di luar sana . But, life must go on. Yang mampu menghentikan waktu hanyalah Yang Maha Kuasa, lalu haruskah saya berdoa agar waktu kemudian berhenti ataukah berjalan lambat agar saya masih tetap bisa menikmati masa-masa indah ini? Tidak, saya tidak ingin kemudian menjadi manusia yang egois. It’s not my own earth. Ada anak-anakku di dalamnya juga, yang sedang berlari demi mencapai impian-impian indahnya. Minggu ini saya meningkatkan kobaran mimpi saya. Tapi sebelumnya saya ingin bercerita bahwa saya disini adalah PM, yang sering saya singkat dari dua kata Pengobar Mimpi. Mengapa saya kemudian saya berkata bahwa saya adalah seorang  Pengobar Mimpi?? Pertama, saya sangat percaya bahwa apapun itu yang terjadi berawal dari mimpi (heh, kok kayak video motivasi aja =)..). Bagi saya seseorang tanpa mimpi di hidupnya adalah bagaikan berkendara namun tidak memiliki tujuan. Kedua, mimpi adalah semangat hidup itu sendiri, karena itu saya apabila saya bertemu seorang anak ataukah remaja saya senantiasa bertanya apa mimpi kalian?, karena Tuhan sudah menciptakan kita sedemikian hebatnya, Tuhan tidak pernah mengatur kalau kita harus bermimpi seperti ini ataukah seperti itu. Andrea Hirata pun berkata bahwa Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu. Bermimpi bahkan dapat meningkatkan kualitas hubungan kita denganNya. Ketika masuk ke kelas 8 SMP sore tadi, ada seorang remaja putri yang bercerita bahwa impiannya ingin menjadi seorang dokter, namun ibunya kurang sepakat dengan keinginannya itu. Alasannya sederhana saja "lebih baik duit buat kuliah di kedokteran dibelikan ladang saja daripada mahal-mahal kuliah di kedokteran". Saya kemudian mencoba menjawabnya "masih ada waktu buat kamu untuk berdoa kepadaNya agar DIA membalik hati ibunda, pemilik hati kan DIA...maka teruslah berdoa". Berdoa? apapun isinya akan mendekatkan kita dengannya dan mampu meningkatkan kualitas hubungan kita denganNya. Ketiga, karena saya sangat paham kalau siapapun berhak bermimpi. Entah itu mereka tinggal di desa ataukah di kota, desanya ada listrik atau tidak, kaya ataupun miskin. Bermimpi adalah sesuatu yang sama sekali tanpa syarat kecuali menciptakan dan memiliki mimpi itu sendiri. Dan tentunya setiap impian adalah hal yang positif, hal yang membuat kita terus berjuang dan tetap bertahan hingga impian tersebut diraih. Keempat, karena hal yang paling sering saya tanyakan ke anak-anak disini ketika bertemu pertama kali adalah "what is your dream?" Dan dini hari tadi, tiga orang pemuda desa berangkat menuju tanjung karang demi mimpi-mimpi mereka.  Tiga orang yang bersedia menjadi target dari kobaran mimpi yang saya amukkan. Selalu teringat dengan jelas di benak saya tentang apa yang biasanya saya katakan ke mereka “kalau mau hidup yang cenderung berbeda dengan lainnya maka bermimpilah”.Itu kalimat sederhana yang sering saya lontarkan akhir-akhir ini ke mereka. Dan mimpi-mimpi itu terus mengantarkan mereka, mimpi-mimpi mereka membuka pintu untuk menuju ke kehidupan yang tidak lazimnya. Menuju hidup yang bukan hanya ketika selesai SMA lalu menjadi penyadap karet dan kemudian menikah, lalu itu menjadi kebahagiaan setelahnya dan kemudian selesai. Mimpi-mimpi mereka mengantarkan mereka kepada sebuah proses perjuangan hidup, tapi kali ini bukan demi materi tapi demi hidup mereka yang hakiki yang bukan hanya materi. Kali ini saya belajar membuktikan bahwa kalimat “selalu ada jalan bagi orang-orang yang tak berhenti berusaha”  adalah kalimat yang tidak salah. Keajaiban terjadi kali ini disini. Bagaimana mungkin para pemuda desa itu kemudian tiba-tiba bisa memperoleh kesempatan untuk mengikuti tes itu padahal jadwal tes wawancaranya sendiri telah berlalu sejak seminggu yang lalu hanya karena pengumumannya melalui media internet dan mereka....jangankan mumpuni, memegang komputer apalagi menggunakan internet saja tidak. Ya banyak hal yang terjadi di luar kemampuan manusia. Mungkin itu salah satu caraNya menunjukkan tentang kebesaranNya. Bagaimana kemudia saya berkata seperti itu? Kemarin malam hanya karena berniat untuk mengambil borang kemudian secara tidak sengaja menemukan nama-nama kalian masuk dalam salah satu yang dinyatakan lolos seleksi berkas di website universitas negeri ternama di propinsi ujung selatan sumatera ini. Dan kita terdiam hanya karena melihat pengumuman itu terkesan sudah kadaluarsa selama seminggu. Lalu melalui proses negosiasi dan diplomasi yang panjang dengan pihak di ibukota propinsi sana hingga akhirnya kalian diberikan kesempatan paling lambat pagi nanti. Maka Alhamdulillah adalah kata yang pas untuk anugerahNya kali ini. Berangkatlah...jemputlah mimpi-mimpi kalian... Jangan lupa... Yakin bahwa DIA akan membayar usaha keras kalian selama ini, maka teruslah bermimpi dalam keyakinan yang kuat. Doaku bersama kalian adik-adik... Hati-hati di jalan, semoga wawancara kalian berjalan dengan baik...

Cerita Lainnya

Lihat Semua