Banggalah melalui keTULUSan....
Yunita Ekasari 2 November 2010
Kutitipkan pendidikan bangsa ini kepadamu.....(Ki Hajar Dewantara)
Satu kalimat yang tertulis di tembok ruang guru SD cikereteg 03, ciawi,
Sebenarnya kalimat itu terlihat begitu sederhana, hanya seperti sebagai properti ruang guru yang terdapat pada sekolah lazimnya...Tapi bukankah si penulis di tembok itu pastinya memiliki maksud tertentu untuk menulis kalimat tersebut??..........
Saya kemudian berdialog dengan diri saya sendiri,,
Saya : Kenapa kutipan kalimat tersebut yang tertulis di tembok itu padahal masih banyak kutipan hebat lainnya dari seorang Ki Hajar Dewantara??
Hati : Huh, pertanyaan yang tidak relevan,,tapi coba saya jawab yah....
Hm,,mungkin karena guru-guru di sekolah ini masih muda...
Saya : Yahh,,jawaban yang sangaaaaaaaatttttttt tidak relevan
Hati : hm,,kini giliran saya yang bertanya...kenapa hanya tulisan itu yang membuat kamu tercengang??padahal di sekolah ini banyak tulisan-tulisan serupa?? Apakah karena kamu begitu mengenal siapa ki hajar dewantara (jika kamu menjawab ya,,maka sangat jelas bahwa kamu telah berbohong)
Saya : hanya bisa diam seribu bahasa, tak mampu menjawab satu pun pertanyaan tersebut (padahal hal tersebut datang dari saya sendiri??)
Hati : Ayo, mana jawaban “relevan” nya
Saya : Maaff....maaf...maaf....
Hati : itu bukan jawaban, kalaupun kamu merasa telah menjawabnya itu sangat tidak “relevan”
Saya : saya meminta maaf
Hati : untuk apa?? Kalau begitu kamu hampir sama dengan lazimnya banyak orang di negeri ini,,hanya bisa memeinta maaf setelah menemukan inspirasi, kemudian sadar sesaat, lupa dan kemudian meminta maaf lagi ketika menemukan hal yang baru lagi??begitu seterusnya tanpa menyadari bahwa waktu telah jauh meninggalkan kita...
Saya : Saya meminta maaf...
Hati : STOP...itu akan hanya membuang waktumu...mulailah dengan MULAI SEKARANG...bukan NANTI dan NANTI sampai kau akhirnya meminta maaf kesekian kalinya.
Percayalah kalau hanya dengan MULAI kamu bisa membuktikan kebanggaan mu kepada Ki Hajar Dewantara,kekagumanmu terhadap pengorbanannya untuk menuturkan Tut Wuri Handayani.
Sebuah dialog yang singkat namun sungguh bermakna buat saya. Kalau biasanya dialog ini hadir sebagai pengantar tidur di heningnya malam yang biasanya orang-orang katakan sebuah proses internalisasi diri, introspeksi, refleksi diri atau segala macamnya...Namun hal ini, hadir di sini, di tengah hiruk pikuk jam istirahat SDN cikereteg 03, ditengah tawa ceria anak-anak bangsa, anak-anak yang memiliki sejuta harapan tentang indahnya masa depan. Introspeksi memang tidak harus dilakukan di keheningan, dan inspirasi memang bisa datang kapan saja dan darimana saja. Kembali saya memanjatkan syukur dan terima kasih, kepada DIA atas kesempatan berharga ini, kepada Indonesia Mengajar dan Pengajar Muda tentunya yang telah memberikan banyak inspirasi selama enam minggu terakhir ini. Benar yang dikatakan salah satu saudara di Indonesia Mengajar, Kak Sofwan, hKETULUSAN akan selalu menggerakkan. Dan KETULUSAN itu kini bukan hanya menggerakkan bahkan menginspirasi, karena KETULUSAN lah aku berada disini, yang pada awalnya hanya untuk bergabung di kelompok lain sebagai pendukung kegiatan ekstrakurikuler namun kemudian menemukan kalimat sederhana yang menggugah hati.
Saya bangga karena seorang guru HEBAT, menitipkan sebuah kalimat sederhanaI yang membuat kecintaan terhadap ibu pertiwi semakin bertambah, karena di rahimnya lahir seorang Ki Hajar Dewantara yang semangatnya terus hidup dulu, kini dan nanti. Bukan hanya itu, namun hanya dengan kalimat sederhananya, ia mampu menggerakkan hati para generasi muda Indonesia.
Indonesia pastinya bangga memiliki seorang Ki Hajar Dewantara, dan saya jauh lebih bangga karena amanah besar itu dititipkan kepada kami. Teringat wajah wajah para siswa SDN Cikereteg 2, ketika PPM yang penuh harapan, impian dan cita-cita.
Kebanggan itu harus diwujudkan dalam bentuk meneruskan harapan mereka, agar pesan Ki Hajar Dewantara terus berkesinambungan.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda