Langit Impian, pesawat ilmu pengetahuan dan langit impian....

Yunita Ekasari 6 Januari 2011
Hari itu saya sebenarnya bingung mau mengajar dengan metode apa agar pelajaran IPS di siang hari menjadi menarik bagi mereka, karena mengajar yang dadakan maka jadilah aku si guru tanpa RPP. Sembari menatap mereka satu persatu, aku kemudian berpikir ice breaking yang ampuh di siang itu. Salah satu dari mereka menginspirasi aku, anak itu sehari-harinya sulit untuk duduk diam di bangkunya, dia sering pindah bahkan keluar masuk kelas dengan alasan yang tidak jelas, ferry nama anak itu. Mungkin ferry anak yang kecerdasannya kinestetis atau bahkan hyperactive, aku belum bisa menerjemahkannya. Sesaat aku lalu menyuruh mereka untuk mencari selembar kertas, sekarang kita bermain,,HORREEEEE....jawab mereka dengan meriah, sekarang buatlah pesawat dari kertas apapun, aku. Kaget ketika melihat ferry dengan sangat serius melipat kertas. Belum pernah, sejak pertama saya masuk ke kelas ini melihat dia begitu seriusnya mengikuti. Beberapa anak-anak lelaki lainnya juga sibuk, namun tak seserius ferry, yah every children is different. Tidak ada satupun anak yang bodoh ataupun nakal sebetulnya. Cuma letak kecerdasannya saja yang berbeda. Mereka memiliki keunikan masing-masing. Aku larut dalam pikiranku tentang mereka. Tiba-tiba, salah satu dari mereka membuyarkan lamunanku, dia berkata begini bu pesawat saya ada dua, sayap nya berbeda model ada yang gerakannya lebih cepat dan ada yang lambat. Seketika aku semakin kagum, waw    mereka hanya terbatas dari akses informasi dan fasilitas, mereka juga BISA. Jadilah pameran pesawat kertas kelas waktu itu. Ferry tak mau kalah, dia membuat pesawat model jet tempur (sssst, baru kali ini aku melihat model pesawat kertas seperti itu). Ku sampaikan pujian ku kepada anak itu, wah kamu hebat yah, model pesawatnya bagus seQkali. Aku bertambah kaget ketika dia berkata saya buat lagi yah buat ibu, terharu jadinya. Kusampaikan pujian bukan hanya untuk ferry tapi untuk seisi kelas. Aku kemudian bertanya kepada mereka pesawat itu ada namanya gak?secara bersamaan mereka menjawab ya adalah bu, biasanya di badan pesawat bu. Yah, kalian memang benar, ayo sekarang kalian tulis di sisi kiri dengan nama kalian dan sisi kanan dengan cita-cita kalian. Dengan cepat mereka menuliskannya. Sudah bu, teriak mereka bersamaan. Setelah itu aku menggambarkan langit impian dan awan kosong yang akan diisikan cita-cita mereka. Sekarang, mereka bersiap-siap untuk lari dan kemudian menerbangkan peswat-pesawat itu ke arah langit impian. Mereka melakukannya dengan penuh antusias, ada yang melakukannya berulang-ulang karena pesawatnya tidak tepat pada gambarnya, hingga akhirnya aku kerepotan sendiri untuk menyuruh mereka duduk ke tempat duduk masing-masing. Sesaat kemudian mereka akhirnya bisa duduk diam meskipun bukan di tempat. Mungkin mereka merasa cukup lelah (dan aku berharap saat itu merupakan keadaan alfa mereka). Sesaat keadaan menjadi sunyi dan tenang, aku kemudian bertanya, ayo apa cita-cita kalian. Dreeeeggg, aku terperangah, mereka berebutan menjawab dengan jawaban-jawaban di luar dugaan ku, ada yang menjawab astronot, arsitek, insinyur, professor, peneliti, dosen, bahkan ada yang menjawab mau keliling dunia. Aku bertnya lagi kemudian, kalau kalian mau dekat dengan langit biasanya bagaimana?? Mereka menjawab lagi, terbang bu. Tapi kalian kan tidak punya sayap?? Tanyaku lagi,,mereka kemudian menjawabnya lagi kan ada pesawat bu. Nah, kalo kalian mau dekat dengan langit impian, kalian harus punya pesawat ilmu pengetahuan. Oh,iyya ya bu, mana mungkin bisa kalau kami tidak punya ilmu yah bu. Aku tersenyum, lalu??kami harus rajin belajar bu, dan tidak boleh menyerah bu seperti lagunya d'masiv. Wah, what a great statement it is. Hari itu aku kemudian betul-betul disadarkan bahwa dibagian negeri manapun, semua anak-anak sama RUARRRR BIASANYA, mereka juga punya langit impian dan awan cita-cita, walaupun mereka hidup dalam keadaan yang terbatas dari segi fasilitas. Disinilah peran para guru,bagaiman membuat mereka mampu merancang pesawat ilmu pengetahuan agar pesawat itu mampu terbang hingga mereka mampu mencapai langit-langit impian mereka. Ku tulis atas kekagumanku terhadap mimpi-mimpi mereka, anak-anak yang hidup di pelosok negeri..

Cerita Lainnya

Lihat Semua