Festival Pendidikan Desa Elo
Yuhda Wahyu Pradana 18 Mei 2017“Pak guru, Festival Pendidikan yang kemarin katong (kita) gelar di Elo itu beta (saya) rasa punya manfaat yang besar sekali par katong pung anak-anak (untuk anak-anak kita),” kata Roberth Petrus Palpialy, seorang pengusaha lokal di suatu siang yang terik di atas tanjung samping desa saat kami sama-sama sedang menadah sinyal telepon yang kadang ada kadang tidak.
Salah satu anggota Majelis Jemaat GPM Elo yang lebih akrab dipanggil Om Petu ini lalu membeberkan satu-persatu rasa syukur bisa ikut terlibat dalam festival yang baru kali pertama digelar di desa pesisir ini. Beliau jadi salah satu Inspirator di Hari Inspirasi, menyebarkan semangat dan motivasi kepada anak-anak Elo melalui bidang yang ia tekuni, yakni pengusaha. Hari Inspirasi menjadi satu dari banyak agenda yang digelar pada rangkaian Festival Pendidikan Desa Elo, 25 – 26 April 2017.
“Seperti motonya, membangun mimpi anak Elo, beta (saya) rasa itu benar-benar su (sudah) bisa menyemai mimpi bagi anak-anak di Elo. Terima kasih banyak Pak Guru,” lanjut beliau.
Festival yang digelar dua hari ini adalah sebuah ikhtiar bersama dalam memperingati Hari Kartini 21 April sembari menyongsong Hari Pendidikan Nasional 2 Mei. Selama dua hari penuh, anak-anak, guru, pemangku kepentingan desa dan warga masyarakat diajak untuk merayakan turun tangan di bidang pendidikan dengan berbagai kegiatan seperti lomba cerdas cermat, lomba PBB (Peraturan Baris Berbaris), dan lomba bola voli dan gawang mini di hari pertama. Upacara bendera, karnaval dan hari inspirasi, flashmob poco-poco, makan bersama menjadi kegiatan di hari kedua.
Keriuhan dan euforia festival ini sudah terasa semenjak beberapa hari sebelum pelaksanaan festival. Semangat siswa TK, SD dan SMP yang ada di Elo dalam mempersiapkan festival ini menjadi alasannya. Tak perlu diceritakan betapa semangat dan lucunya anak-anak TK dalam berlatih tarian dan syair sebagai penampilan persembahan untuk acara pembukaan festival ini. Pula dengan betapa giatnya anak-anak SD dan SMP dalam berlatih baris-berbaris, menghafal lagu baru dan urutan lagu untuk karnaval, berpikir keras dan kadang berdebat sampai urat menegang dalam menentukan busana apa yang harus mereka kenakan saat baris-berbaris, atau berlatih poco-poco sampai lepas malam meski penerangan urung memadai.
Penampilan tarian dan syair anak-anak TK Ralmida Elo menjadi persembahan yang manis saat membuka gelaran festival ini. Dengan busana adat, tenun dan hiasan kepala membuat gerak-gerik tangan dan kaki mungil mereka menambah keriuhan acara pembukaan ini. Persembahan ini juga sukses menorehkan senyum lebar dari Bapak UPTD Kecamatan Mdona Hyera dan Bapak Pengawas UN dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Maluku Barat Daya yang berkesempatan membuka festival ini.
Kesempatan kedua menjadi milik anak-anak SD kelas 4, 5, 6 dan SMP kelas 7, 8, 9 dalam beradu kepintaran dalam lomba cerdas cermat yang dibagi menjadi tiga sesi. Kuis Ranking Satu menjadi pembuka di sesi pertama. Lalu disusul dengan Kuis Eat Bulaga di sesi kedua dan Kuis Tebak Gaya yang menjadi pengundang gelak tawa sekaligus penutup lomba cerdas cermat ini.
Salah satu yang paling ditunggu di hari pertama adalah lomba PBB (Peraturan Baris Berbaris). Ajang ini menjadi pertaruhan segala lelah dan peluh latihan yang telah masing-masing tim lakukan beberapa hari menjelang festival digelar. Ketrampilan dasar berbaris, kerapian, variasi gerakan dan kekompakan busana menjadi menu penilaian dari dewan juri. Beberapa orang dari pihak desa dan majelis jemaat diberi kehormatan untuk menjadi juri sebagai wujud ikut terlibat dan turun tangan di pendidikan.
Kegiatan perlombaan olahraga menjadi penutup hari pertama. Lomba bola voli untuk SMP dan sepak bola gawang mini untuk SD menjadi dua nomor yang dipertandingkan di sore hari pertama. Kegiatan olahraga ini juga mengundang antusiasme warga desa yang datang menonton sembari memberikan semangat ke tim yang sedang bertanding.
Hari kedua dibuka dengan upacara bendera. Bapak UPTD Kecamatan Mdona Hyera berlaku sebagai inspektur upacara.
“Semua harus berawal dari mimpi. Kalian tahu, salah satu walikota Tual itu ada yang tidak punya kesempatan untuk mengecap pendidikan tinggi. Tapi dengan kerja keras dan mimpi yang selalu ada di kepala, ia bisa membuktikan semuanya. Kalau beliau bisa, kalian juga harus bisa,” ucap Bapak UPTD memberi motivasi saat amanat upacara. Karnaval keliling desa digelar setelah upacara selesai berlangsung.
Hari Inspirasi adalah puncak acara di hari kedua ini. Berbagai macam profesi yang ada di seputaran kecamatan Mdona Hyera diundang untuk masuk ke kelas-kelas, menceritakan profesi, sambil menyebarkan inspirasi kepada anak-anak di desa Elo. Mereka yang datang berasal dari berbagai profesi seperti polisi dari Polsek Mdona Hyera, Mantri dan Sanitarian dari Tim Nusantara Sehat, Kepala Desa, UPTD, PNS Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten, Pendeta dan Pengusaha. Di penghujung hari inspirasi, para inspirator memandu anak-anak untuk menuliskan cita-cita pada selembar daun kertas dan menempelkannya pada pohon cita-cita.
Gelaran festival yang pertama kali sepanjang sejarah pendidikan di desa Elo ini sukses digelar meski hujan sempat mengguyur. Namun, kondisi alam yang menantang tak menyurutkan antusiasme seluruh lapisan masyarakat dalam menyambut festival ini.
Bergerak bersama
Ikhtiar semua pihak menjadi kunci digelarnya festival ini. Tiga batu tungku yang terdiri dari pendidikan, pemerintahan dan keagamaan, ditambah dengan warga masyarakat yang berasal dari orang tua murid bahu-membahu membuat festival ini sukses digelar. Ini adalah pesta bersama, hal itu yang mendasari semua.
Perumusan konsep festival menjadi buah pikiran dari bidang pendidikan tak akan lengkap rasanya tanpa bantuan dari kepanitiaan orang tua murid yang mengurus konsumsi selama dua hari penuh pesta pendidikan ini. Desa berperan juga dalam menyiapkan festival ini. Kerja-kerja bakti pembersihan rumput di sekitar SMP N 3 Mdona Hyera dan jalan-jalan yang dilalui oleh peserta lomba PBB dan karnaval menjadi bukti dari itu semua. Bidang keagamaan mengambil peran dalam memimpin doa dalam setiap rangkaian kegiatan. Selain itu, semua membaur turun tangan saat sama-sama menjadi inspiratory bagi anak-anak di Elo.
Semangat itu menular
Kabar digelarnya festival ini juga sampai di desa sebelah. Salah seorang yang diundang menjadi inspirator adalah Pak Dedi, syahbandar atau petugas pelabuhan dari dermaga Mahaleta, desa berjarak 9 km dari Elo. Meski akhirnya belum berkesempatan menjadi inspirator di hari inspirasi karena festival digelar bersamaan dengan sandarnya beberapa kapal di dermaga, beliau menyampaikan percikan euforia akan kegiatan seperti ini.
“Sayang sekali, kemarinbeta (saya)seng (tidak) ikut hadir di hari inspirasi karena ada kapal. Padahal momen seperti itu yang beta (saya) tunggu-tunggu, bisa ikut menyebarkan semangat ke anak-anak. Kegiatan seperti ini bisa digelar di Mahaleta juga kah? Kalau perlu nanti koordinasi dengan sekolah dan desa di Mahaleta sini.” ujar beliau sehari setelah Festival Desa Elo digelar. Ternyata betul kalau semangat kabaikan itu menular.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda