Digugu dan Ditiru
Yuhda Wahyu Pradana 8 Oktober 2016Waktu pagi itu sudah menunjukkan pukul 07.00. Saya lalu bergegas memakai sepatu dan pergi berangkat ke SD. Di SD Kristen Elo-Gerwali, Maluku Barat Daya, tempat saya menjadi Pengajar Muda selama setahun, siswa masuk pukul 07.00 dan akan memulai pelajaran pukul 07.15. Rentang waktu 15 menit digunakan untuk apel pagi yang disampaikan oleh guru jaga. Semua guru kecuali Kepala Sekolah akan bertugas menjadi guru jaga selama satu minggu secara bergiliran. Guru jaga harus berangkat sebelum pukul 07.00 untuk memberikan apel dan pengarahan pagi untuk siswa. Sedang guru lain yang tak bertugas harus sudah berada di sekolah paling lambat pukul 07.15.
Saya lalu berjalan meniti jalan setapak menuju SD saya. Pukul 07.05 saya sudah sampai di tanjakan terakhir sebelum naik ke bukit tempat SD saya berada. Samar-samar saya liat sudah ada guru jaga yang sudah memberi apel dan pengarahan pagi untuk siswa. Tapi kali ini aneh, karena bukan guru yang seharusnya bertugas yang sedang memberikan apel. Ternyata Bapak Kepala sekolah yang sedang berada di depan para siswa.
Saya cukup kaget karena Bapak Kepala Sekolah memang tidak bertugas untuk memberikan apel. Sudah ada pembagian guru tugas jaga secara rutin. Tak lama berselang, saya baru tersadar kalau guru yang harusnya bertugas sebagai guru jaga datang terlambat. Bapak Kepala Sekolah yang datang ke sekolah sebelum pukul 07.00 lalu dengan sigap mengganti posisi guru jaga ini.
“Guru itu kan digugu dan ditiru to? Jadi Bapak sebagai pimpinan hanya ingin memberikan contoh teladan kepada semua guru- guru di SD ini. Makanya Bapak selalu berusaha datang tempo(awal) biar guru-guru yang lain juga lebih disiplin,” terang beliau saat saya ajak berbincang.
Apa yang beliau katakan tentang digugu dan ditiru terus berputar-putar di kepala saya sampai pada akhirnya saya tersadar bahwa pagi itu saya diberi kehormatan untuk mendapatkan pelajaran langsung tentang konsep digugu dan ditiru secara langsung. Menyenangkan sekali rasanya bisa setiap hari berada dalam kerumunan orang-orang positif yang akan selalu siap menyuguhkan pelajaran-pelajaran berharga setiap waktu.
Saya kira semua guru yang ada di SD saya punya pikiran yang sama. Kami juga seharusnya bersyukur memiliki pimpinan yang selalu menjadi teladan dan contoh tanpa kami minta. Renungan saya ini seketika berhenti oleh bel tanda masuk kelas. Tanpa pikir panjang, saya langsung bergegas masuk kelas, tanpa membiarkan anak-anak saya menunggu terlalu lama.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda