Berkah Hari Ini

Yuhda Wahyu Pradana 15 Oktober 2016

Terik sekali siang itu. Musim panas sudah dimulai. Bulan Oktober yang panas. Saya pulang dari SD berjalan dengan cepat agar tidak terlalu lama dibakar di bawah sinar matahari. Sampai rumah sudah ada Bapak Kepala Sekolah yang sudah pulang terlebih dahulu.

“Aduh, katong (kita) makan apa siang ini? Seng (tidak) ada ikan lai (lagi). Seng (Tidak) ada orang pi (pergi) laut” ucap Bapak. Saya hanya tersenyum mendengar ucapan beliau.  

Empat bulan sudah tinggal disini, saya memang tidak tinggal dengan Bapak atau Ibu piara. Saya tinggal di rumah guru yang dibuat oleh desa. Di rumah guru itu saya tinggal bersama Bapak Kepala Sekolah dan beberapa guru lain yang bukan orang asli desa Elo. Karena yang tinggal di rumah ini semuanya adalah guru, jadi tidak ada yang menyiapkan makan siang sepulang sekolah. Kami harus menyiapkan makan siang sendiri selepas pulang sekolah.

“Aduh kasian e Mas, jauh-jauh dari Jawa, tapi tidak ada yang menyiapkan makan siang disini,” Bapak menggoda saya. Lalu tawa pun keluar dari mulut kami berdua.

Bapak Kepala Sekolah adalah pribadi dengan sejuta petuah dan ilmu kehidupan. Beliau bukan orang asli Elo. Beliau adalah orang Mahaleta, desa tetangga Elo yang berjarak sekitar 12 km. Setiap hari Bapak tinggal di rumah guru bersama saya dan beberapa rekan guru yang lain. Lalu, di akhir pekan, beliau akan pulang dengan sepeda motor milik beliau yang dikendarai oleh sepupunya. Beliau belum bisa naik motor meski menjadi orang pertama yang beli motor di desanya tahun 2013 silam. Sebelum ada motor, beliau akan berjalan kaki 12 km setiap akhir pekan untuk pulang ke rumahnya di Mahaleta.  

Suatu siang, selepas saya mencuci piring, beliau mengajak saya untuk duduk di para-para (tempat duduk santai terbuat dari bambu).

“Mas percaya tidak kalau selalu ada berkah yang cukup dari Tuhan untuk kita setiap hari?” tanya beliau.

Sebelum saya sempat menjawab, beliau sudah meneruskan kembali kalimatnya. “Bapak selalu percaya kalau selalu ada berkah untuk kita tiap hari. Di agama Bapak itu semua sudah ada di doa Bapak Kami. Mas, sering dengar doa itu kan?” ucap beliau. Saya hanya mengangguk.

“Maka dari itu seng (tidak) perlu khawatir akan rejeki dan berkah hari ini. Akan selalu ada berkah setiap harinya dari Tuhan. Dan jangan sia-siakan berkah hari ini. Habiskanlah karena masih ada berkah hari esok tersendiri,” ucap beliau sambil tersenyum.

Saya tersenyum juga lantas membenarkan apa yang beliau katakan. Memang sudah ada berkah tersendiri untuk kita setiap harinya asal kita sudah berusaha mencarinya. Tak perlu pula khawatir hari ini akan makan apa dan terlalu memikirkan berkah hari esok. Jikalau sudah berusaha dan berproses, akan selalu ada berkah untuk kita setiap harinya.

Senang sekali bisa selalu belajar kehidupan seperti ini setiap hari. Sebuah hal yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Sebuah kesempatan berharga yang akan membuat saya selalu bersyukur setiap harinya.

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua