Ferdy dan Tembelek Ayam

Yanthi Charolina Simanulang 9 Oktober 2014

Di suatu pagi, setibanya saya di sekolah, anak-anak kelas III mengerumuni saya sambil membawa laporan.

 

A                             : “Bu, ada surprise, Bu. Ada kejutan!”

Saya                      : “Kejutan apa?”

B                             : “Di kelas III ada kejutan!”

C                             : “Bu, ono tembelek!”

D                             : “Jijik, Bu. Jijik...”

Saya                       : “Tembelek apa?”

E                             : “Tembelek singa, Bu!”

F                              : “Bu, banyak tembelek ayam di kelas, di meja juga.”

Saya                       : “Siapa piket kelas hari ini? Ayo dibersihkan bersama. Yang lain ikut bantu ya.”

G                            : “Ah emoh, Bu... Yang piket juga nggak mau, Bu.”

Rame-rame         : “Hiiiii... Jijik...jijik...”

 

Sementara anak-anak merasa jijik dan tidak mau membersihkan kotoran ayam di kelas, muncullah Ferdy. Ferdy yang sedari tadi tidak bicara sepatah kata pun, mengambil daun-daun kering dan plastik bekas bungkusan makanan. Dia membersihkan kotoran-kotoran ayam yang ada di lantai maupun meja-meja kelas. Melihat Ferdy yang tanpa rasa jijik membersihkan kelas, meskipun hari itu bukan jadwal piketnya, beberapa anak lainnya mau ikut serta bergotong royong membersihkan kelas. Ternyata Ferdy punya daya tular yang baik!

Ya, kita membutuhkan sosok pemimpin yang punya  inisiatif tinggi. Terlalu banyak bicara biasanya tidak menghasilkan apa-apa. Pada akhirnya, solusi hadir dari bekerja secara nyata. Bukan hanya bisa mengomentari dan menganalisis permasalahan yang ada, namun lebih dari itu, mau turun langsung, bekerja dan menjadi teladan bagi orang-orang di sekitarnya.

Saya optimis, Ferdy akan jadi pemimpin yang menggerakkan di masa depan.

"DI sekolah, kami berbagi tempat dengan ayam-ayam..."


Cerita Lainnya

Lihat Semua