Kini Guru Gugus Oenitas Siap Menulis

Wisnu Dwi Prasetyo 12 Februari 2015

Hari ini hari sabtu. Berbeda dengan akhir-akhir mingguku yang lain. Biasanya hari Sabtuku ku habiskan dengan anak kelas 6 dengan mengajar mereka IPA baik pagi maupun sore harinya. Namun hari Sabtu ini aku agak berdebar karena aku harus berbicara di depan guru-guru 3 sekolah dasar  yang tergabung dalam KKG Gugus Oenitas, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao. Sabtu, 23 November 2013 KKG Gugus Oenitas mengadakan Workshop Menulis.

Workshop ini memang usulanku dalam pertemuan KKG sebelumnya, dua minggu sebelum hari ini. Konon katanya KKG di gugus ini sudah mati sekitar 2 tahun dan baru ada kembali pada tahun ini. Saat itu aku ditunjuk masuk dalam Bidang Hubungan Masyarakat dan Kesejahteraan dan diminta untuk membuat program kerja yang berkaitan dengan bidang ini. Kupikir akan mudah saja karena perihal Hubungan Masyarakat sudah ku pelajari sewaktu aku kuliah. Aku mengusulkan program pembuatan Buletin Gugus dan Majalah Dinding, karena selama ini aku melihat sepertinya guru-guru di pulau ini perlu wadah untuk menuangkan ide-idenya dalam bentuk tulisan. Benar saja, guru-guru antusias terlebih kepala sekolahku, yang juga merupakan kepala sekolah SD Inti, menyambut baik karena selama ini guru-guru sebenarnya ingin menulis namun tidak tahu darimana dan bagaimana menulis yang baik itu.

Awalnya aku berpikir bahwa kapasitasku hanya sebatas mengusulkan saja dan workshop ini akan mengundang narasumber yang berkompeten di bidang ini dari kabupaten. Dugaanku salah, entah atas alasan apa hingga pada akhirnya aku ditunjuk sebagai narasumber.

“Pak Wisnu, untuk Workshop KKG besok pak saja ya yang jadi narasumber?”Tanya Bapak Kepala Sekolah.

“Demi apa coba aku bisa jadi narasumber?”Batinku. Dulu paling mentok aku hanya pernah jadi ketua panitia sebuah event saja. Untuk membawakan sebuah materi? Tidak pernah terbayang dalam benakku.

“Baik, Pak.”Jawabku tenang. Dulu aku pernah membawakan sebuah renungan di gereja, jadi kupikir tidak terlalu jauh bedanya dengan membawakan sebuah materi warkshop, atau paling tidak aku bisa meminta rekan pengajar muda lain untuk membantuku.

“Baik, Pak, nanti saya siapkan materinya, besok saya akan akan bawakan materinya dengan kawan saya, Pak”Sambungku bersama dengan sebuah senyuman.

“Ehmm.. Pak Wisnu bisa bawakan sendiri? Beta percaya Pak Wisnu mampu memberikan materinya sendiri. Ini KKG saya pikir dari guru untuk guru. Jadi jika ada dari rekan guru ada yang mampu kenapa tidak jadi narasumber.”Balas Bapak Kepala Sekolahku.

Demi apa lagi, materi-materi tentang integritas, keoptimisan, serta materi-materi lain yang kudapat sewaktu pelatihan menggangguku dalam menjawab pernyataan tersebut. Sambil tersenyum aneh, aku iyakan pernyataan tersebut.

Kontan 3 hari aku bolak-balik desa ke kota untuk menyiapkan materi. Koneksi internet serta peralatan workshop hanya bisa kudapatkan di sana. Begadang sampai hampir tengah malam dan bangun pagi-pagi untuk bersiap kembali mengajar di desa kujalani, hingga sampailah Sabtu yang menggembirakan ini.

Bangun pagi-pagi dan berangkat lebih cepat dari biasanya, atau lebih bisa dibilang membuat keluarga piaraku agak aneh melihatnya.

“Be mau persiapan KKG dulu, Mama.” Kataku berusaha menjelaskan. Mamaku hanya melontarkan sebuah senyuman dan sedikit anggukan tanda paham.

Sesampainya di sekolah, aku langsung sibuk menyiapkan segala peralatan. Tak beberapa lama, Bapak Kepala Sekolah datang. Memang Kepala Sekolahku selalu datang lebih dahulu dari rekan-rekan guru yang lain. Setelah aku selesai menyiapkan majalah bekas, gunting, lem, spidol, kertas buffalo, dan bermacam peralatan lainnya.

Hingga tiba saatnya aku menyampaikan materi yang sudah ku sampaikan di depan sekitar dua puluhan orang. Tak terasa 2 jam sudah aku berbicara soal tulis menulis. Tak seperti yang kubayangkan, rekan-rekan guru satu gugus masih setia duduk mendengarkan. Memang antusias mereka sudah aku rasakan sejak perencanaan akan diadakannya workshop ini.

Kini tiba saatnya rekan-rekan guru itu praktek membuat sebuah tulisan. Masing-masing ku beri tugas untuk menulis tentang pengalaman mereka selama ini mengajar di kelas. Beberapa guru ada yang memang sudah tahu apa yang ingin mereka tulis namun sebagian besar peserta masih kurang percaya diri dalam menuangkan pengalamannya dalam bentuk tulisan. Semangat dan kemauan belajar dari rekan-rekan guruku ini sangat pantas aku acungi jempol, padahal usia mereka relatif sudah tidak mudah lagi.

Kekagumanku bertambah ketika tugas kedua yang kuberikan adalah tugas kelompok untuk membuat sebuah Majalah Dinding. Kekompakan sangat terlihat dan kreatifitas masing-masing kelompok sangat menonjol. Padahal alat dan bahan yang digunakan sangat terbatas. Aku berharap setelah kegiatan ini ada karya yang dihasilkan dari rekan seperjuanganku di gugus ini. Benar saja, dua minggu setelah kegiatan ini di masing-masing sekolah sudah terpasang majalah dinding untuk dapat dibaca oleh anak-anak. Dan untuk buletin, kami menamai buletin gugus kami yaitu Buletin “Mario Cerdas”. Lebih agak terdengar seperti nama motivator, namun Mario adalah sebuah akronim dari nama 3 SD kami, yaitu SD Manggis, SD Rinalolon, dan SD Oenitas. Untuk nama cerdas sendiri, harapan kami buletin ini kelak dapat menumbuhkan semangat dan kesadaran guru agar menjadikan siswa-siswanya cerdas.

Berikut beberapa petikan tulisan dari guru-guru yang optimis dan mau belajar yang sangat membanggakanku:

 

“Habis gelap terbitlah terang. Punya keingintahuan yang besar. Ingin mencoba tanpa kenal lelah, pasti akan menggapai apa yang diharapkan, asalkan keterbukaan diri dan siap menerima masukan itu ada pada setiap pribadi. Jauhkan gengsi dan ego untuk memiliki dan meraih sebuah harapan yang didambakan.”

– Johanis Lifu, SD Inpres Rinalolon.

 

“Semoga tiga tahun ke depan ada guru dari Gugus Oenitas ini menjadi salah satu penulis di salah satu surat kabar ternama di Indonesia”

– Kelompok 2: XXX –

 

“Ketika materi ini di paparkan, sebagai seorang guru kelas, maka kami merasa penting untuk memahami materi ini dengan baik, karena sebagai seorang guru tidak hanya memiliki tugas untuk mengajar tetapi memiliki tugas untuk membimbing anak-anak dalam mengembangkan talentanya dan berkreasi sebanyak-banyaknya”

– Fonika Federika Mbate, SD Inpres Rinalolon –

 

Oenitas, 10 Desember 2013


Cerita Lainnya

Lihat Semua