Salam dari Kami, Anak-anak Bajo Pulo!
Winda Windiana 20 Maret 2014Tenun kebangsaan. Ya, kami para pengajar muda tersebar di berbagai kabupaten di Indonesia dari Sabang sampai Marauke. Karena itu kami dengan mudah melakukan tenun kebangsaan. Anak-anak kami saling berkirim surat, menceritakan tentang daerah mereka masing-masing. Anak-anak NTB bisa tahu seperti apa Papua dari cerita dalam surat anak-anak di Fak-Fak Papua, dan juga daerah-daerah lainnya. Kegiatan ini membuka wawasan mereka bahwa Indonesia ini benar-benar kaya. Kaya kebudayaan dan alam tentunya. Rasa penasaran dan tanda tanya mereka terbalaskan dari jawaban surat-surat teman mereka di luar daerah Bima. Mereka pun dengan semangat menjawab pertanyaan-pertanyaan seirama bernada penasaran terhadap daerah Bima, terutama daerah Bajo Pulo, desa yang mereka tinggali kurang lebih selama sekitar 11 tahun mereka hidup.
Dan kali ini mereka mendapat post card dari PPI Belanda. Suatu hal yang baru, mereka hanya tahu Belanda dari globe atau pun peta dunia. Sekarang mereka mendapat post card yang dihiasi gambar-gambar khas Belanda seperti: kincir angin, bunga tulip, gedung-gedung megah nan mewah. Semua itu memicu otak mereka untuk mencari tahu banyak hal tentang Belanda. Karena otak memang cepat terangsang oleh hal yang unik. Menurut mereka Belanda adalah hal yang unik tentunya, karena belum pernah sama sekali terbayangkan oleh mereka mendapat sesuatu yang datangnya dari luar negara mereka sendiri.
Banyak celoteh-celoteh yang mereka lontarkan saat menerima post card tersebut.
“Bagus koo bue Belanda ituu, saya mau ke sana ah..”
“Ma engge Belanda iru bue..?”
“Bue, ini dari orang bule, kok pake bahasa Indonesia...? “
“Bue agamanya apa orang-orang Belanda itu..? “
“Bue Belanda kan pernah menjajah Indonesia, kenapa kita terima ini...?
Banyaknya celotehan mereka membuat saya kewalahan menanggapi semua pertanyaan-pertanyaan mereka tentang Belanda. Pertanyaan dan pernyataan mereka sungguh unik membuat saya tak henti-hentinya di buat tersenyum. Rasa lelah itupun menjauh dengan sendirinya, justru gelombang semangat yang mereka transfer kepada saya. Ya guru mana yang tidak bangga melihat antusiasme anak-anaknya yang luar biasa terhadap pengetahuan. Mereka haus ilmu, haus informasi.
Setelah menjelaskan panjang lebar tentang Belanda, dan darimana datangnya post card tersebut. Tiba waktunya untuk membalas pertanyaan kakak-kakak pengirim post card tersebut. Sebelum membalas biasanya mereka kebingungan tentang apa yang ingin mereka tulis. Saya hanya memberi pancingan sekedar memberi stimulus kepada mereka, dan akhirnya jari-jari mungil mereka pun sangat lincah menari-nari di atas kertas putih, menceritakan tentang keindahan Alam Bajo Pulo. Tentang kebanggaan mereka lahir di desa kecil di tengah-tengah laut lepas. Menjadi anak suku bajo yang terkenal dengan keahliannya menyelam. Bangga karena mereka adalah anak-anak yang lahir dari bapak-bapak mereka yang tangguh menerjang ombak.
“ Assalamu’alaikum.....
Haloo kakak nama saya Lisda. Kakak baik-baik saja di Belanda? Kakak kuliah dimana? Terimakasih ya ka atas suratnya. Kakak kapan-kapan jalan-jalan ya ke NTB. Nama desa kami desa Bajo Pulo. Kakak belum lihat kan? Coba kakak kesini pasti kakak senang sekali. Kalau kakak kesini aku pasti bawa kakak jalan-jalan! Kakak... bapak kami adalah Nelayan tapi kami sangat bersyukur ka...Wasalamu’alaikum”
##
“Kak terimakasih atas suratnya. Kak, di Belanda itu indahkan pasti? Disana banyak tumbuhan dan hewan-hewan dan buah-buahannya, tapi aku tidak bisa pergi ke Belanda karena aku masih kecil. Tapi kalau sudah besar nanti aku pasti bisa pergi kesana kak. Aku pasti akan meraih cita-citaku setinggi langit ketujuh dan aku akan menembusnya karena aku akan belajar lebih giat lagi kak. Terimakasih, Aulia.
Ya, itu semua mereka tulis dengan jari-jari mungil mereka, dengan kepolosan dan ketulusan mereka tentunya. Tersirat keramahan khas Indonesia, kebanggaan terlahir di tanah Indonesia tercinta, dan Semangat yang tak pernah padam untuk meraih cita.
Salam dari kami anak-anak Bajo Pulo..
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda