Komentator Cilik

Winda Windiana 23 Maret 2014

Namanya Rama. Andi Surya Ramadhan panjangnya. Bocah laki-laki yang duduk di kelas satu itu adalah murid saya di SDN Bajo Pulo. Ya.. saya diamanahkan menjadi wali kelas satu selama bertugas menjadi Pengajar Muda Indonesia Mengajar. Dia begitu aktif, enerjik dan cerdas. Kemampuannya memang setingkat diatas teman-temannya. Di semester dua ini saja Rama sudah lancar membaca, tulisannyapun tidak buruk dan kemampuan menghitungnya itu HEBAT!

Waktu pertama berkenalan dengannya dia sungguh menggemaskan. Siapa juga yang tidak akan tertarik melihat kepolosan dan keaktifannya. Tidak hanya itu, bocah yang menggemaskan itu sungguh patner sejatiku. Dia tidak hanya memukauku dengan keaktifannya dan prestasinya di sekolah. Tapi dia adalah seorang komentator di setiap penampilanku. Yaa.. dia akan protes kalau pakaianku menurutnya tidak rapi, tidak senada warnanya dan tidak sedap di pandang mata tentunya, hihiiii...

“bue.., bue tidak pantas pakai jilbab warna itu, tidak serasi dengan bajunya buee..”

“buee, kalau pakai baju warna itu ibu akan kelihatan tambah kecil, jelek buee”

“bue,, kalau pakai jilbab itu yang warnanya cerah, biar kita semangat..”

Itu adalah komentar Rama dari sekian banyak komentarnya untuk penampilanku. Pertama kali mendapat komentar itu, aku kaget dan hanya bisa tertawa. Aku hanya tak habis pikir seorang Rama, si “jagoan cilik” yang cerdas itu sangat memperhatikanku, sampai-sampai pakaian yang kukenakan pun dia beri komentar. Kenapa aku katakan si “jaogan cilik” ya, karena dia jagoan. Jagoan dalam berbagai hal, selain karena prestasinya yang cepat menerima pelajaran itu, dia pun jagoan dalam hal menjahili temannya. Tak sedikit anak-anak yang mengeluh dan menangis karena kejahilan bocah itu.

Eeeetttt,.. tapi tunggu dulu, sebagai guru kita tidak boleh melabel tentunya. Bagaimanapun Rama adalah Raja, Raja di kerajaan Bermain tentunya. Karena sejatinya anak-anak itu adalah Raja pada fasenya. Jadi biarlah kita selami cara berpikirnya dengan sudut pandangnya, sudut pandang anak-anak.

Setiap celotehannya aku maknai dan bahkan aku selalu menantikan setiap komentarnya itu. Ya, pokoknya kalau kata orang, setiap komentar yang terlahir dari anak kecil itu jujur. Dan memang betul, setiap komentar anak-anak itu terlahir polos dari mulut mungilnya, bukan karena mengharapkan sesuatu atau bukan untuk menjatuhkan, tapi tulus.

Aaaahhh.. Rama..Ramaa..  aku selalu tersenyum setiap kali mengingatnya.  


Cerita Lainnya

Lihat Semua