The Miracle of 17 #2

Wildan Mahendra 2 April 2011
Kehebohan ketika babak penyisihan berakhir sudah. Saatnya pengumpulan semua lembar jawab dari SD-SD lain tempat pengajar muda bertugas juga menyelenggarakan babak penyisihan Olmipiade Sains Kuark. Jujur, kepala saya mulai pening melihat semua dokumen ini. Rencana untuk mengganti lembar jawab fotocopy ke lembar jawab asli pun tidak jadi terlaksana. Untungnya, setelah Rangga menelpon panitia Kuark yang di Jakarta, lembar jawab fotocopy tetap dianggap sah. Syukurlah. Oke, seiring dengan dikirimkannya lembar jawab tersebut, saya berniat menutup segala cerita babak penyisihan dan segala keributannya. Saya mencoba mengevaluasi sedikit tentang apa yang terjadi sebelum pengiriman ini. Saya baru sadar ada satu unsur yang saya abaikan hingga prediksi atas pengalaman empiris itu berakhir salah. Anda bisa menebak? Ya, tentang mimpi mereka untuk melihat ibukota: Jakarta. Tidak bisa saya pungkiri, “iming-iming” Jakarta memang mampu membius diri mereka hingga ke urat nadi. Hanya karena ingin ke Jakarta, mereka rela untuk mengorbankan segala kemalasan diri. Inilah hasil dari kerja sama saya dengan para guru dalam rangka memompa motivasi para siswa untuk bisa datang mengikuti babak penyisihan olimpiade sains Kuark. Mungkin bagi sebagian orang hal ini terkesan apatis dan banal. Tapi kondisi di lapangan menuntut kami melakukan itu. Ini tentang strategi dan saya banyak belajar dari peristiwa ini. Saya mencoba melupakan babak penyisihan meski tidak bisa sepenuhnya karena ketika jam pelajaran anak-anak masih suka bertanya “kapan pak pengumuman olimpiadenya keluar?” dan saya hanya bisa menjawab “tunggu saja ya”. Saya tidak tahu apa yang membuat mereka sangat percaya diri bertanya dan mengingat tentang olimpiade tersebut, mengingat begitu besar keluh kesah mereka. Jangan-jangan karena iming-iming Jakarta Dan akhirnya, pengumuman siapa yang masuk final pun keluar dari ketidak sengajaan membunuh kebosanan: cek FB Group Angkatan 1 Indonesia Mengajar. 17 orang dari SD kami dinyatakan lolos dan berhak mengikuti tahapan berikutnya yaitu semifinal. Anugerah yang begitu luar biasa. The Miracle of 17. Nama-nama yang keluar mengingatkan saya tentang kejadian beberapa bulan lalu bagaimana perdebatan yang terjadi diantara kami para guru untuk tentang siswa yang berhak mengikuti babak penyisihan. Sebagian guru menyarankan agar yang diikutkan anak-anak yang pintar saja, tapi sebagian guru termasuk saya justru kebalikannya. Kami beranggapan semua siswa berhak ikut dan menikmati bagaimana serunya berkompetisi tingkat nasional. Selain itu, saya yakin setiap anak berpotensi untuk bisa menang mengingat  sepemahaman saya tidak ada siswa yang bodoh di dunia ini. Dan saya tidak mau menutup akses itu. Akhirnya setelah melalui pertimbangan termasuk terkait masalah biaya yang gratis, kami mengikutkan semua anak murid yang berjumlah 114 orang. Dan akhirnya Tuhan benar-benar membuktikan apa yang saya yakini bahwa nama-nama yang keluar untuk bisa melanjutkan ke babak semifinal memang jauh dari daftar target dan prioritas kami para guru. Ketika saya membacakan nama-nama tersebut dalam forum rapat “dadakan” di sabtu pagi yang cerah, teriakan kaget, tepuk tangan, gelak tawa memenuhi ruangan. Yang membuat saya semakin bersyukur adalah ke 17 anak tersebut mempunyai komposisi yang benar-benar seimbang baik dari segi agama maupun suku: batak, jawa, melayu, akit, dan cina. Benar-benar representasi semua siswa kami. Saya semakin terharu, ketika saya baru tahu bahwa ternyata diantara ke 17 anak tersebut ada beberapa yang sudah masuk daftar tidak naik kelas, ada yang belum bisa membaca, ada yang selalu disepelekan oleh guru maupun kawan-kawannya, hingga ada yang menderita sebuah penyakit serius hingga kepalanya gundul dan terpaksa menggunakan jilbab dalam kesehariannya. Dan itulah mereka, The Miracle of 17. Meski ada salah satu guru yang masih tidak menyangka atas keputusan ini, tapi saya yakin Tuhan punya rencana atas terpilihnya ke 17 anak-anak “hebat” tersebut. Biarlah ini menjadi momentum buat kami para guru untuk lebih bersungguh-sungguh dan tidak mudah putus asa dalam mengajar siswa yang belum paham. Juga bagi masyarakat secara umum, bahwa anak-anak desa mereka itu hebat dan membanggakan. Ini semua agar mereka perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya. Mengingat setiap siswa punya potensi dan kecerdasan masing-masing, sekarang kami semakin yakin bahwa setiap siswa adalah anugerah dan prioritas. Saya benar-benar tidak sabar untuk mengumumkan The Miracle of 17 pada upacara besok pagi. Semoga kebanggaan ini dapat memacu motivasi mereka untuk kembali berjuang bersama anak-anak hebat lainnya di seluruh Indonesia di semifinal Olimpiade Sains Kuark pada 16 April mendatang. Selamat. We are proud of you: The Miracle of 17. *1 anak tambahan baru saya ketahui sehari setelah Rangga menuliskan statusnya di FB Group, kini secara resmi siswa dari bengkalis yang lolos berjumlah 100 anak.

Cerita Lainnya

Lihat Semua