...Bangeeeettzzz!!!
Wildan Mahendra 21 April 2011
Bagi saya proses adaptasi pada sebuah lingkungan baru ternyata tidak hanya berlaku untuk gaya hidup atau adat istiadat saja, bahasa pun juga. Hal itu baru saya sadari di minggu-minggu awal kedatangan saya di rumah baru. Tanpa sadar saya masih gemar menggunakan bahasa “Jakarta” yang ternyata sangat menjadi perhatian mereka. Saya baru tahu bahwa tampaknya ada yang berbeda ketika mamak selalu menambah kata “banget” untuk melakukan penekanan pada sesuatu. Dan saya tahu itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Salah satu contohnya ketika saya malas makan, mamak selalu merayu saya dengan kalimat “makanlah wildan, ini masakannya enak bangeeeettzzz !!!”. Penulisan kata “banget” yang sedikit lebay ini, saya tujukan untuk membantu anda memvisualisasikan nada yang digunakan mamak ketika ngomong “banget”. Untuk yang satu ini mamak memang cukup lebay. Kini, kata “banget” benar-benar sudah menempel pada diri saya. Terbukti dari pengguna kata “banget” yang mulai menyebar, tidak hanya mamak tapi juga keluarga besar hostfam. Apa-apa bangeeettzzz, sedikit-sedikit bangeettzzz. Entah berapa kali dalam sehari kata bangeettzzz pasti selalu hadir dalam rutinitas saya. Mengingat intensitas kata “banget” yang semakin tinggi, saya mencoba untuk menelusuri kronologi fenomena ini. Dan saya baru ingat bahwa “trademark” banget ini ternyata berawal dari komentar saya ketika mencicipi singkong goreng buatan mamak untuk pertama kali yang “emang enak bangettzzz !!!”
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda