Salah Tempat #2

Wildan Mahendra 16 November 2010
Sama seperti sebelumnya, bel shalawat berbunyi tanda jam siswa harus masuk ke kelas tetapi karena hari ini senin jadi mereka harus melaksanakan upacara bendera terlebih dahulu. Tidak jauh beda dengan tata upacara bendera di sekolah lain, dari awal hingga akhir begitu-begitu saja. Mungkin yang menjadi pembeda dan menurut saya keistimewaan adalah upacara di SD 37 Ketam Putih ini diiringi drumband. Pemandangan yang baru pertama kali saya temui selama hidup saya, setidaknya untuk ukuran upacara bendera sekolah dasar di desa pula. Yang saya tahu selama ini upacara diiringi drumband hanya di dua tempat, pusat kota dan istana negara. Atau jangan-jangan saya yang selama ini “norak”, baru mengetahui tata upacara sekolah dasar yang baru. Entahlah, yang jelas pemandangan pagi itu membuat saya semakin takjub pada SD induk ini. Selesai upacara ternyata masih ada prosesi yang harus para murid ini jalani, yaitu menghafal perkalian jika tidak salah dari satu hingga sepuluh sambil jalan di tempat. Dalam benak saya, hanya kebingungan dan ketakjuban untuk kesekian kali. Mungkinkah ini salah satu dari bentuk aplikasi pembelajaran PAIKEM yang para guru-guru dapat dari pelatihan di kabupaten? May be yes may be no. Terlepas dari itu memang sekilas saya perhatikan guru-guru memang sudah menguasai metode belajar PAIKEM ini. Buktinya kebanyakan suasana kelas berjalan dengan sangat interaktif. Pagi tadi contohnya, saya masuk kelas 3 mata pelajaran Matematika. Bab yang dipelajari hari ini adalah tentang pengukuran. Dengan sederhana Pak Tamam mengajak mereka berkelompok dan saling mencatat tinggi serta berat badan. Gila, sesederhana itu anak langsung melaksanakan tanpa banyak bicara. Dan saya yakin “konstruk” yang diberikan pak Tamam pagi ini masuk di otak mereka dengan mudah. Selesai itu, mereka diminta untuk mengukur luas kelas dengan meteran dan mengubahnya dalam centi meter. Meskipun sedikit salah mereka sangat antusias mengikuti materi ini. Salut buat pak Tamam. Meminjam istilah betawi saya langsung “jiper” melihat aksi pak Tamam tadi. Saya semakin yakin jika memang saya salah ditempatkan. Menurut saya SD 37 Ketam Putih ini sudah benar-benar ideal setidaknya dalam kacamata saya. Perasaan itu yang mungkin membuat saya sering mengintrogasi pak Tamam tanpa ia sadari di sela-sela jam pelajaran tentang kondisi SD-SD lain di sekitar Ketam Putih bahkan Bengkalis termasuk pulau Rupat. Sayang pak Tamam tidak begitu tahu tentang kondisi SD lain, kecuali untuk SD anggota gugus KKG dimana ia menjadi ketuanya. Yah, seperti kata pak Amping “tapi tidak apa-apa” mungkin saya harus melakukan asesmen sendiri dengan banyak informan lain termasuk teman-teman satu tim pulau. Berharap mendapat informasi yang lebih lengkap. Ditulis ditengah membaca tentang liputan khusus Riau POS tentang daerah Kampar Kiri Hulu sambil bersms ria mengucapkan selamat idul adha kepada sanak kerabat... Di tempat yang sama, 16 November 2010, 22:29

Cerita Lainnya

Lihat Semua