PM=Agen Partai?

Wildan Mahendra 30 Januari 2011
Obrolan siang itu memang sangat cukup istimewa, setidaknya bagi saya. Keakraban yang semakin intim, membuat saya dan para guru semakin terbuka. Buktinya adalah obrolan siang itu. Di tengah asyiknya kami mengobrol, salah seorang guru mengungkapkan isi hatinya untuk mengenal siapa saya sebenarnya. Jangan berpikir macam-macam dulu ya, maksud guru tadi adalah saya dan Indonesia Mengajar. Pertanyaan yang menurut saya hebat dan jujur saya tunggu-tunggu. Terus terang, sejak pertama kali saya menginjakkan kaki di sekolah ini saya belum pernah dikenalkan secara resmi oleh kepala sekolah, baik kepada guru maupun siswa. Kalaupun para siswa dan para guru menyapa saya itu semata terjadi karena interaksi yang tidak langsung. Pertanyaan itu sangat saya maklumi. Mungkin jika saya di posisi guru itu saya juga akan mengungkapkan pertanyaan yang serupa. Mana ada lulusan perguruan tinggi jauh-jauh dari Jawa datang ke Pulau Rupat Utara--yang mungkin tidak banyak orang tahu keberadaannya—hanya untuk menjadi tenaga pengajar sukarela, setahun pula? Sudah begitu, setelah mengajar tujuannya tak jelas, jadi tenaga honor tidak jadi PNS pun apalagi? Apalagi ngakunya bukan dari utusan pemerintah? Jangan-jangan agen partai yang sedang mencari suara lagi??? Mungkin itulah beberapa pertanyaan yang terlontar dari guru tersebut. Dalam hati saya berpikir, wah saya beruntung bisa bekerja sama dengan guru ini, kritis, peka, dan berpikiran terbuka. Salut. Satu demi satu saya mulai menjawab pertanyaan guru tersebut, bahkan guru yang tadinya tidak memperhatikan kami jadi ikutan “nimbrung”. Poin yang perlu saya garis bawahi dari semua jawaban yang saya lontarkan adalah bahwa gerakan Indonesia Mengajar ini adalah murni sebuah gerakan perubahan untuk memajukan bangsa ini dengan landasan memenuhi janji kemerdekaan melalui pendidikan. Jika memang suatu saat terbukti bahwa gerakan ini merupakan sebuah gerakan dari partai tertentu untuk mencari suara, maka dapat dipastikan gerakan ini akan mendapat perlawanan dari berbagai pihak. Bahkan untuk semakin meyakinkan saya berinisiatif membuka laptop untuk menunjukkan para aktor pendukung Indonesia Mengajar, para pengajar muda, dan tentunya Anies Baswedan. Latar belakang mereka melakukan “interogasi” itu sebenarnya didasai oleh pengalaman empiris yang terjadi dusun Suka Damai. Alih-alih membantu masyarakat, ternyata setelah ditelusuri merupakan orang-orang partai yang sedang mencari suara. Mereka tak ingin menjadi ‘korban’ dan tertipu untuk kesekian kali. Tak terasa lonceng tanda pulang telah berbunyi, terakhir saya meyakinkan mereka bahwa jika ada hal yang masih mengganjal dan sekiranya meragukan terkait keberadaan saya dan Indonesia Mengajar di SD mereka terlebih di Dusun Suka Damai ini, jangan sungkan untuk dikomunikasikan. Saya menutup obrolan hebat siang ini dengan menyuruh mereka untuk memeriksa apakah di punggung saya ada tato partai tertentu :D

Cerita Lainnya

Lihat Semua