Planetarium Ilahi

Wildan Mahendra 15 Mei 2011
Percaya tidak jika di dusun tempat saya tinggal ada planetarium raksasa? Ya, planetarium. Tidak jauh hebat dengan yang dilengkapi tekhnologi canggih, bahkan mungkin jauh lebih hebat. Karena Planetarium ini adalah asli buatan Ilahi. Lokasinya di halaman depan rumah saya. Planetarium itu bermana planetarium Ilahi. Tempatnya luas, sederhana, dan bersahaja. Tidak terbatas oleh ruang juga biaya. Gratis. Di planetarium Ilahi ini kita bisa menikmati keindahan taburan bintang, kecentilan bulan, hingga suara jangkrik dengan cukup hikmat dan khusyu’. Benar-benar parade alam yang sempurna. Dengan berada di planetarium ini, kita bisa belajar dan berefleksi. Belajar mengamati berbagai bentuk rasi bintang. Momen ini yang selalu mengingatkan saya tentang kisah waktu kecil ketika saya belajar bintang lewat lagunya Sherina. Dan lagu itu yang selalu saya nyanyikan jika melihat taburan bintang di langit bahkan hingga kini ketika saya berada di planetarium Ilahi. Jika tidak salah begini syairnya: Bintang-bintang di langit Menyimpan sejuta misteri Berkedip-kedip, bermain mata Seolah mengajak kita lebih dekat Bintang-bintang di langit Memiliki sejuta rahasia Membentuk gugusan bintang, menerangi langkahku Bla..bla...bla... (saya lupa) Reff: Bintang –bintang di langit, warnamu indah Canopus, Capella, Vega Pancarkanlah sinarmu, terangilah jalanku... Nah, masalahnya kini saya benar-benar lupa mana yang namanya canopus, capella, dan vega. Yang jelas ada yang bentuknya mirip layang-layang dan ada juga yang mirip kuda. Pada dasarnya apapun nama dan bentuknya, bagi saya taburan bintang-bintang di planetarium Ilahi membuat saya takjub dan nyaman. Tidak jarang di tengah proses menikmati tersebut saya seakan berada di mesin waktu. Membayangkan tentang masa dimana saya mulai merangkak, sekolah, mengenal cinta, menentukan pilihan, memutuskan sebuah kebijaksanaan, hingga menghadapi berbagai cobaan hidup. Tidak hanya itu lebih jauh lagi saya membayangkan tentang mimpi dan peran saya dalam kehidupan kedepan. Tentang saya di usia 30 tahun, 40 tahun, 50 tahun hingga bagaimana ketika saya nantinya kembali ke tempat asal untuk mempertanggung jawabkan segala apa yang telah saya lakukan. Bagi saya, Planetarium Ilahi merupakan tempat yang sesuai untuk melakukan refleksi . Planetarium Ilahi inilah salah satu yang juga membuat saya bertahan di dusun Sukadamai hingga detik ini. Tempat tersebut senantiasa menjadi dorongan untuk selalu bersyukur dalam keadaan apapun, pemicu semangat ketika mulai penat, hingga pemompa harapan ketika sudah bosan. Di sini, di planetarium Ilahi saya semakin yakin bahwa sesungguhnya apa yang sudah dan akan terjadi pada kita pada dasarnya adalah yang terbaik. Jangan pernah menyesali atau mengecam masa lalu, jangan pernah pula takut dan khawatir akan masa depan. Hadapi semua tantangan dengan tenang, hadapi masalah dengan kebijaksanaan, dan raih masa depan dengan keyakinan. Bagai taburan bintang di planetarium Ilahi yang tak lelah menerangi, saya berjanji untuk terus menjadi diri lebih baik dari waktu ke waktu. Dan semuanya itu selalu saya awali dari Planetarium Ilahi.

Cerita Lainnya

Lihat Semua