Rental Cerpen

Wildan Mahendra 15 Mei 2011
Entah kapan mulainya, yang jelas sekarang saya sangat “keranjingan” membaca. Di satu sisi saya sangat bersyukur, karena akhirnya saya cinta membaca juga. Kegiatan yang sebenarnya membosankan bagi saya dulu. Di sisi lain, sekarang saya menjadi mister “shopabookholic”, kemana saya pergi apalagi ketika belanja bulanan ke dumai rasanya kurang afdol jika tidak menyempatkan diri ke toko buku. Sayangnya di dumai hanya ada satu toko yang benar-benar menjual buku-buku yang “bagus” dan berkualitas: 171. Dari pelabuhan naik angkot sekali dan turun di depan BRI Syariah sebelum Ramayana. Itu lokasi toko buku favorit saya. Mungkin suatu saat jika anda berkunjung ke Dumai anda pasti tahu. Tokonya kecil tapi terdiri dari dua lantai. Dari kaca luar saja deretan buku sudah tertata rapi dan terasa memanggil-manggil untuk dibaca (dan tentunya dibeli). Yang membuat saya tambah nyaman berada di toko tersebut adalah konsep ruangan yang didesain khusus mirip perpustakaan. Belum lagi alunan lagu yang lembut, menambah suasana toko semakin “cozy”. Tapi ada dua hal yang membuat saya sedikit terganggu. Cukup dua saja. Pertama, toiletnya yang tidak ada lampu. Dan parahnya, saya selalu pengen pipis jika berada di toko tersebut. Saya tidak tahu apa penyebabnya. Kedua, belanja berapapun banyaknya tidak pernah ada diskon. Saya sempat memasang wajah memelas setiap berhadapan dengan kasir, tapi sayang jurus jitu itu selalu gagal.  Saya heran di Gra****a saja yang tokonya (maaf) jauh lebih besar dan terkenal, selalu memberi saya bonus (meskipun tidak diskon) 2 buku setiap pembelian diatas Rp.300.000,00. Sedangkan di toko ini, bonus pun tidak apalagi diskon. Tapi anehnya, meski kondisinya seperti itu saya tetap saja kalap jika mengunjungi toko itu. Dan bisa dipastikan budget membengkak. Kini saya menjadi manusia pecinta cerpen dan novel. Jika diperbandingkan prosentasenya. Untuk cerpen 80% dan novel cukup 20% saja. Saya punya alasan tersendiri. Dalam satu buku kumpulan cerpen, saya benar-benar bisa menjadi kaya. Kaya rasa, kaya pikir, dan pastinya kaya sensasi. Bayangkan untuk membaca satu cerita saja kita tidak perlu waktu banyak tapi apa yang kita dapat cukup bahkan sangat banyak, tergantung kepekaan kita dalam mengolah pelajaran dalam cerita tersebut. Pragmatis yang positif. Saya suka Mustofa Bisri dengan Lukisan Kaligrafinya, Kumpulan Cerpen Kompas yang berjudul Pada Suatu Hari ada Ibu dan Radian, Kumpulan Cerpen Riau Pos, dan yang terbaru saya suka  Clara Ng dengan Malaikat Jatuhnya. Dan judul-judul lain yang masih tersimpan rapi di kamar. Kegemaran baru saya ini ternyata banyak membawa kebermanfaatan tidak hanya bagi saya tapi juga bagi lingkungan sekitar. Semua bermula dari kebiasaan saya setiap istirahat tiba, saya duduk di kursi, diam, dan membaca. Intensitas yang terlalu sering itu, ternyata mengundang perhatian dari para guru lain. “Membaca apa si pak Wil, serius amat”, “dari tadi kuperhatikan rajin betul kawan kita satu ini”, “pak Wil ini minum dulu tehnya keburu dingin”. Itulah beberapa respon mereka ketika melihat kebiasaan saya itu. Lama-lama satu persatu dari mereka tertarik untuk mengetahui tentang buku-buku apa yang saya baca. Dan bisa ditebak satu demi satu akhirnya mereka meminjam buku saya. Jujur, saya senang luar biasa ketika mereka ternyata juga tertarik membaca. Apalagi membaca cerpen favorit saya. Sekarang saya menjadi pengusaha rental cerpen. Banyak guru yang mulai bergiliran meminjam kumpulan cerpen-cerpen saya. Tidak hanya ibu-ibu tapi juga bapak-bapak. Bahkan saya sering kewalahan memenuhi permintaan mereka. Ada yang sangat cepat membacanya sehingga sudah minta ganti lagi, ada juga yang laaammmaaaa sekali hingga berminggu-minggu. Bahkan ada beberapa buku yang belum saya baca tapi karena ketertarikan mereka yang tinggi akhirnya saya pinjamkan. Buat saya itu tidak masalah. Untuk informasi saja semua ini gratis, tidak ada biaya sewa atau denda. Setiap mereka mengembalikan buku, saya selalu menyempatkan diri untuk bertanya bagaimana perasaannya membaca cerita-cerita tersebut. Kadang ada beberapa dari mereka yang kurang paham di bagian cerita tertentu. Dan akhirnya kami diskusikan secara bersama, apa sebenarnya inti dari cerita tersebut. Ngrumpi Cerpen. Terus terang rental cerpen tersebut membuat saya semakin bersemangat untuk membeli buku setiap “plesir” keluar pulau. Khususnya kumpulan cerpen. Saya senang jika hobi ini ternyata juga bermanfaat bagi sekitar. Apalagi rental cerpen saya ternyata sudah terdengar di SD tetangga. Hal itu saya ketahui ketika ada seorang guru yang sama-sama sedang menunggu speed boat ke Dumai menyapa saya dan bertanya “pak ada cerpen lagi tak?”. Ok, semoga ini menjadi awal yang bagus untuk menyemai budaya membaca di kalangan para guru. Ayo siapa yang ingin mendonasikan buku kumpulan cerpennya untuk tambahan rental saya ??? Atau setidaknya menambah referensi judul buku kumpulan cerpen ???  saya tunggu. 

Cerita Lainnya

Lihat Semua