Park

Wildan Mahendra 2 April 2011
Ketika berangkat sekolah pandangan saya terpusatkan pada seorang anak SMP yang biasa mengaji setiap malam di rumah saya. Anak itu merupakan murid mengaji mamak yang paling besar. Setiap hari ia selalu melewati rumah saya terlebih jika berangkat sekolah seperti sekarang ini. Saya sering menyapa dia, dia pun sebaliknya. Konyolnya, sampai tulisan ini dibuat saya tidak tahu namanya. Oke kembali ke cerita, anak itu tiba-tiba masuk ke semak-semak depan rumah saya bersama basikalnya (di desa saya orang sering menyebut sepeda dengan basikal). Saya kemudian berhenti melangkah dan memusatkan perhatian padanya. Kira-kira apa ya yang ia lakukan di dalam? Bayangan saya mulai kemana-mana: pipis, BAB, atau jangan-jangan...Ternyata dia memarkir basikalnya dalam semak-semak itu dan nebeng temannya yang naik honda (orang di desaku menyebut motor segala merk dengan honda). Yang saya tidak habis pikir kenapa ya dia tidak berusaha menitipkan sepedanya di rumah saya atau rumah salah satu warga. Apakah karena ia sudah sangat yakin bahwa dusun ini memang sangat aman atau memang ini merupakan bentuk dari kepasrahan berlebih dari seorang hamba kepada Tuhannya. Entah apa yang ia pikirkan saat itu yang jelas kebiasaan itu ternyata juga sering dilakukan oleh anak-anak lain yang juga berangkat ke sekolah terlebih ketika musim hujan.

Cerita Lainnya

Lihat Semua