Ok, saya pun juga baru tahu!

Wildan Mahendra 2 April 2011
Setelah Mid Semester yang lalu, hari ini merupakan pertemuan pertama saya dengan kelas 4 untuk mata pelajaran IPS. Jujur materinya cukup membuat saya ragu, mengingat ada bagian tertentu dari materi ini yang lumayan jauh dari keseharian mereka. Ya, saya harus menjelaskan mereka tentang perkembangan teknologi. Dengan segala kekuatan untuk mengabaikan stempel “gaptek” pada diri saya, saya berusaha untuk membuat materi ini menjadi sangat mudah, renyah, dan dekat dengan mereka. Untung pengalaman hidup kurang lebih 3 bulan bersama mamak dan bapak memberi bekal yang sangat bermanfaat terutama untuk menjelaskan materi ini (lebih spesifik pada bagian teknologi produksi tradisional). Saya kembalikan memori saya tentang kebiasaan mamak dan keluarga untuk mengatasi berbagai masalah di tengah keterbatasan. Beberapa diantaranya bagaimana membuat minyak goreng dari kelapa, mengendapkan air minum dari sumur yang berwarna hijau dengan rasa yang aneh (saya merinding jika harus mengingatnya), membuat kompor dari pohon pisang (istilah Jawanya ‘debog’), mencampur irisan bawang dengan minyak goreng ketika demam, termasuk menumbuk kunyit untuk mengobati kaki saya yang kadasan parah (maaf jangan dibayangkan). Contoh-contoh tersebut sangat dekat dengan mereka. Tanpa diminta mereka kemudian langsung bercerita tentang pengalamannya juga. Ok, masalah selesai. Masalah berikutnya siap di depan mata ketika saya harus menjelaskan tentang teknologi produksi modern. Mereka jauh dari pabrik. Dan saya pastikan mereka juga belum pernah masuk pabrik dan melihat bagaimana mesin-mesin raksasa bekerja secara otomatis tanpa disuruh atau dibentak-bentak. Jangan menyerah. Lagi-lagi “AHA Think” bekerja. Saya langsung mengambil contoh makanan siap saji yang sering mereka konsumsi dan tentunya juga saya. Ya, sotong (cumi-cumi) dalam kaleng dan sarden produksi Malaysia. Mereka langsung menangkap, meski saya yakin yang mereka tangkap bukan proses pembuatannya tapi lebih pada lezatnya sotong dan nikmatnya sarden. Tak apalah setidaknya mereka tahu bahwa itu merupakan hasil dari teknologi produksi modern. Materi berikutnya yang tak kalah seru adalah adalah teknologi komunikasi tradisional. Saya mengajak mereka untuk mengenal kentongan, telik sandi, kurir, dan tali pohon. Saya akan ceritakan kejadian satu per satu terkait dengan penjelasan alat komunikasi tradisional ini. Ketika saya menjelaskan kentongan tanpa sengaja saya bilang kepada mereka bahwa jika ingin lihat bentuknya, mampirlah ke surau di darat yang bentuknya sepertinya pocongan. Serentak mereka langsung kaget, dan bisa bisa ditebak apa yang langsung mereka pikirkan bukan kentongan tapi pocongan. Sebenarnya ini ekspresi jujur saya ketika melihat kentongan di surau. Dari jauh memang bentuknya seperti pocongan, berwarna putih bergelantungan dan ada kuncir di atasnya. Mungkin lain kali saya harus pandai menempatkan luapan ekspresi. Ok, seketika itu saya langsung mengalihkan pembicaraan tentang alat komunikasi tradisional berikutnya. Telik sandi. Nama yang sangat asing bagi saya dan para siswa. Setelah membaca secara teliti telik sandi itu merupakan nama lain dari mata-mata. Ok, saya pun juga baru tahu. Ada juga kurir. Yang terbayang dalam pikiran saya adalah kantor pos atau lembaga pengiriman barang. Setelah  kami baca ternyata kurir sudah ada sejak zaman dulu dengan harus melakukan penyamaran untuk menyampaikan pesan khusus. Ok, saya pun juga baru tahu. Selanjutnya, tali pohon. Apalagi ini? tidak pernah terlintas sama sekali dalam pikiran saya. Tali pohon ternyata sebuah sistem yang digunakan saat zaman penjajahan yang fungsinya sebagai alat komunikasi dari tempat pengintaian ke perkampungan. Di ujung talinya diberi kaleng atau alat yang dapat mengeluarkan bunyi-bunyian. Bila musuh datang pemantau akan menarik tali keras-keras sebagai tanda bahaya, seketika itu pula penduduk desa dapat cepat bersembunyi ke tempat yang aman. Ok, untuk kesekian kali saya pun juga baru tahu. Hari ini benar-benar hari pengetahuan bagi mereka para murid dan terntunya saya yang tidak pernah membayangkan mengenai alat-alat komunikasi tradisional selain kentongan. Minggu depan tantangannya akan jauh lebih berat karena saya harus mengajarkan kepada mereka tentang alat komunikasi modern dan teknologi transportasi baik yang tradisional maupun modern. Ok, kali ini saya harus lebih tahu. Kegembiraan mengenal teknologi produksi dan komunikasi hari ini pun ditutup  dengan permainan bisik berantai yang berlangsung seru dengan skor 3-2.

Cerita Lainnya

Lihat Semua