Orang-orang baik

Wildan Mahendra 21 April 2011
Saya percaya dimanapun orang baik berada pasti akan bertemu dengan orang baik. Sebuah rencana Tuhan untuk selalu menghimpun sebuah kebaikan. Dan itu yang saya alami selama kurang lebih 6 bulan bertugas di Bengkalis. Saya tidak menyatakan diri saya baik, tapi insyaAllah saat ini saya berada dalam perjalanan menempuh kebaikan. Mungkin alasan itulah yang membuat saya bertemu dengan orang-orang baik. Saya tidak memungkiri bahwa saya juga bertemu orang-orang yang tidak punya hati, tapi dalam tulisan ini saya hanya ingin menebar hikmah dari pertemuan saya dengan orang-orang baik. Bagi saya setiap orang pada dasarnya adalah baik, tapi yang membedakan kadarnya dan efeknya. Diantara begitu banyak orang baik yang saya temui, saya akan memperkenalkan anda pada 2 orang pasangan suami istri yang baru kami kenal dan akhirnya menjadi keluarga baru bagi kami pengajar muda bengkalis. Pertama, Tante Yul dan Om Syafril. Mereka adalah orang tua dari salah satu PM Halmahera Selatan, Andika Rahman. Mereka tidak hanya orang tua tapi juga inspirator dan penyemangat bagi kami. Kami banyak belajar dari mereka, tentang kekompakan, kerendah hatian, dan semangat untuk terus berbuat yang terbaik bagi sesama. Keakraban kami sebenarnya dimulai ketika masa liburan semester 1. Setelah bergelut cukup keras dengan masa adaptasi paska relokasi, liburan menjadi saat-saat yang paling dinantikan untuk meregangkan otot pikiran. Berbagai pilihan rencana liburan ditawarkan, mulai dari batam, bengkalis, padang, pekanbaru, hingga ada yang memilih untuk tetap menetap di tempat barunya dengan alasan ingin lebih dekat dengan masyarakat. Impian liburan bersama pun terpaksa dibatalkan untuk sementara. Akan tetapi, tawaran untuk liburan ke Bukittinggi datang ketika saya menghubungi tante Yul untuk mengutarakan niat bersilaturahim ke Pekanbaru. Bukittinggi? Dimana ya? Nama yang asing bagi saya. Saat itu juga saya sms teman-teman PM Bengkalis dan segera menawarkan pilihan ini. Setelah beradu pendapat terutama masalah budget, akhirnya kami sepakat untuk berlibur bersama ke Bukittinggi bersama Tante Yul dan Om Syafril, yang saya yakin kami semua belum tahu wajah dan karakternya. Ya, liburan Bukittinggi menjadi liburan paling menyenangkan bagi saya selama bertugas di Bengkalis. Saya bisa menikmati alam yang spektakuler (ngarai sianok, danau singkarak, gunung merapi, dll), budaya minang yang hangat, kuliner yang menendang lidah (es tebak, telur barendo, sate padang mak syukur, itiak lado mudo, dll), hingga berbagai kisah inspiratif dari orang-orang yang kami temui selama berlibur (seperti OmĀ  Adi (kurator seni), Wan Syukri (konsultan lingkungan), dll). Selama perjalanan liburan itu, saya baru tahu bahwa Tante Yul dan Om Syafril adalah salah dua diantara fans berat Indonesia Mengajar (ga narsis lo!). Saya tidak tahu apakah hanya karena ada Andika atau tidak. Tapi yang jelas Tante Yul dan Om Syafril tahu dan kenal secara mendalam 51 pengajar muda angkatan 1. Semuanya. Mereka juga tak ketinggalan mengikuti perkembangan kami dari hari ke hari, lewat status Facebook dan tulisan-tulisan kami di blog. Bahkan mereka juga tahu beberapa kisah dari anggota keluarga kami. Diantaranya tentang perjuangan keluarga Jun (PM Halsel) hingga sekarang atau bapak Zaki (PM Paser, Kaltim) yang ternyata ingin sekali mengikuti program Indonesia Mengajar dan berjuang di pelosok negeri. Tante dan Om juga tak ketinggalan tentunya tentang gosip-gosip terup-date diantara kami pengajar muda. Fans fanatik. Berbeda dengan Tante Yul dan Om Syafril, kali ini pasangan orang baik kedua usianya jauh lebih muda. Ya, kami kenalkan namanya Mbak Fitri dan Mas Rohmadi. Cerita pertemuan kami dengan mereka hampir tak jauh beda dari pertemuan kami dengan tante dan om. Tidak sengaja. Jadi singkat cerita mereka berdua adalah kakak kelas Agus Rachmanto (PM Rupat yang bertugas di Hutan Samak) ketika berada di sebuah organisasi pergerakan. Meski berbeda (jauh) letingnya, tapi menurut penuturan mereka hubungan antar anggota tetap solid. Saya tak perlu banyak melakukan interogasi, buktinya sudah benar-benar saya rasakan sendiri. Kini rumah mereka yang berada di dumai tepatnya di kawasan Bukit Datuk menjadi tempat transit kami setiap akhir bulan (terutama ketika mengambil uang dan belanja kebutuhan bulanan). Sama seperti Tante Yul dan Om Syafril, mereka juga mengikuti perkembangan kami melalui status Facebook dan tulisan blog. Kami juga baru tahu bahwa ternyata Mbak Fitri masih punya hubungan saudara dengan bapak angkat asrama kami, pak Sjahid. Oke, dunia memang selebar daun kelor. Mbak Fitri adalah ibu rumah tangga sekaligus bisniswoman yang aktif. Sangat ibu-ibu sekali. Berbagai kegiatan diinisisainya, mulai dari pelatihan pijat refleksi, kegiatan berkebun bersama untuk anak-anak rekan sepermainan anaknya, hingga pelatihan teater untuk ibu-ibu komplek. Ketika kami di dumai, Mbak Fitri selalu mencukupi gizi kami dengan menyediakan masakan yang jarang kami temui di pulau seperti bakwan jagung, sayur bening, buah-buahan, hingga tempe goreng yang nikmat tiada tara. Semua itu tentu tak lepas dari dukungan mas Rohmadi suami tercintanya. Saya selalu meyakini bahwa ketika seorang manusia berada dalam jalan kebaikan, berbagai pintu-pintu kebaikan lain akan secara otomatis akan terbuka. Kita tidak harus perlu mengapa ini terjadi. Yang jelas, saya percaya apa yang telah dan akan terjadi pada saya adalah anugerah terbaik dari Tuhan untuk saya. Rasa syukur ini yang membuat saya tetap bertahan hingga kini. Dan mengantar saya untuk selalu dipertemukan dengan banyak orang baik seperti diantaranya Tante Yul dan Om Syafril juga Mbak Fitri

Cerita Lainnya

Lihat Semua