Rahasia di balik semak
Wildan Mahendra 21 April 2011
Saya baru tahu tentang rahasia ini tadi ketika saya menjadi penjaga UAS kelas VI. Berawal dari ketidaksengajaan saya yang jengkel heran karena seringnya anak kelas VI ijin untuk keluar kelas di tengah berlangsungnya ujian. Saya yang dari tadi menjaga bingung sendiri, apa yang sebenarnya yang mereka lakukan? Dan kemana mereka? di depan kelas tidak ada, di belakang pun juga tidak ada. Perasaan heran saya semakin menjadi ketika, dari balik jendela saya lihat 3 anak murid perempuan saya keluar berbondong-bondong dari semak samping sekolah. Entah apakah saya tepat menyebut tempat itu sebagai semak? Saya sendiri lebih meyakini itu adalah hutan mini. Untuk sekedar informasi saja, sekolah kami memang dikelilingi hutan mini. Meski tidak begitu luas, tapi miliyaran oksigen virgin diproduksi tiap harinya. Dan itu yang membuatku semangat untuk selalu pergi ke sekolah tiap pagi.
Kembali ke pokok persoalan. Oke, tampaknya saya harus tahu jawabannya sekarang juga. Saya mencari siswa yang kira-kira sudah selesai mengerjakan soal dan langsung bertanya, “kenapa teman-teman-temanmu ke semak itu?”. Dia menjawab, “buang air kecil pak”. Sambil menahan rasa kaget, saya lanjutkan pertanyaannya, “kenapa tidak ke kamar mandi?”. Dia menjawab lagi, “malu pak”. Sambil membayangkan bentuk kamar mandi, saya menimpali “kan tertutup? Kenapa malu?”. Dia diam. Salah satu siswa lain yang sudah selesai mengerjakan dan sepertinya mendengar percakapan kami, menambahkan ”disana kotor pak banyak t*i dimana-mana”. Jujur, saya memang tidak pernah masuk ke kamar mandi tuaaaaa itu (yang menurut pengamatan jauh saya sebenarnya sudah tidak layak pakai), tapi saya selalu melihat dari kantor bagaimana para siswa keluar masuk kamar mandi itu. Tidak ada masalah serius.
Mendengar jawaban siswa lain tadi saya semakin penasaran. Bukan penasaran t*i siapa itu, tapi tentang mekanisme buang air kecil (dan buang air besar tentunya) para siswa selama ini. Ough! God! Dari penjelasan para siswa kelas VI tadi ternyata banyak anak-anak kelas rendah yang buang airnya di belakang ruang kelas yang menghadap semak. Sedangkan buat kelas tinggi rata-rata mereka melakukannya di semak-semak. Saya tidak tahu tepat dimana posisinya, yang jelas kegiatan itu dilakukan baik oleh semua siswa baik perempuan maupun laki-laki. Dan bisa dipastikan juga bahwa mereka belum mengenal bersuci apalagi tentang kesehatan organ vital. Bagi saya ini serius, mengingat sebagian dari mereka mulai mendekati masa-masa puber.
Saya membayangkan di semak tersebut tentu tidak ada pembatas antara perempuan dan laki-laki. Dan bayangan yang diamini para siswa itu yang menjawab pertanyaan saya mengapa para siswa perempuan selalu beramai-ramai jika ijin keluar kelas . Rupanya itu cara mereka untuk menciptakan rasa aman dan “nyaman” ketika melakukan “kegiatan” rutin di semak. Oke, bagi saya itu tetap tidak aman. Saya semakin penasaran, “apakah kalian juga pernah buang air besar di situ?” dan mereka menjawab dengan malu-malu “tidaklah pak, budak-budak (anak-anak kelas rendah) tu pak yang pernah” meskipun saya yakin sepertinya mereka pun juga pernah. Rahasia di balik semak ini benar-benar membuat saya kecewa, mengapa sekolah tak pernah mengungkap fakta ini kepada saya sebelumnya? Lalu bagaimana para guru selama ini mengajarkan tentang kesehatan MCK (yang saya yakin ada didalam kurikulum)? Mengapa sekolah tidak mengalokasikan dana BOS untuk membangun kamar mandi layak pakai? Saya berharap janji bupati pada rapat koordinasi kepala sekolah dan guru beberapa hari lalu untuk membangun toilet sehat di setiap sekolah di seluruh rupat benar-benar dapat diimplementasikan? Bukan janji yang tak berujung pasti.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda