Inspeksi Malam MTQ #2
Wildan Mahendra 21 April 2011
Masih dalam suasana yang sama, malam kedua MTQ. Setelah selesai belajar (dadakan) bersama dengan beberapa anak kelas 6, saya baru ingat bahwa lokasi untuk UAS belum disiapkan. Saya bertanya dengan guru yang tinggal di rumah tempat kami belajar tadi, dan jawabannya tepat. Lokasi ujian memang belum disiapkan. Oke, euforia MTQ ternyata membuat sekolah mengabaikan UAS murid kelas 6. God!
Dengan lampu senter pinjaman panitia MTQ, saya dan guru tersebut mengecek lokasi UAS yang sudah direncanakan dan ternyata berujung wacana. Kami menuju kelas paling ujung yang berjarak sekitar 2 meter dari panggung MTQ. Kelas itu gelap dan sangat berantakan. Meja kursi berkurang jumlahnya, letaknya tidak kakruan, buku-buku berserakan. Sangat mirip dengan gudang. Sekarang sudah jam 22.00 WIB lebih dan tidak ada waktu lagi untuk membereskan kelas apalagi untuk sekedar mengomel kepada panitia MTQ yang saya yakin adalah pelaku ini semua.
Saya memutuskan untuk meminta guru memindah lokasi ujian dari sekolah ke MDA (Madrasah Diniyah Aliyah) yang lokasinya di samping sekolah. Alhamdulillah, ruang kelas MDA masih tertata rapi. Ya, ini lokasi yang pas. Di tengah pengecekan ruangan, ada seorang anak kelas 6 yang lari menghampiri kami. Dia mengatakan bahwa si A berjantan (berjantan adalah bahasa mereka untuk mengatakan pacaran dengan laki-laki) di parkiran MDA. Dengan mengarahkan lampu senter ke parkiran, rekan guru saya tadi langsung menghampiri si A yang ternyata tidak hanya berdua tapi segerombolan. Akhirnya si A lari terbirit-birit dengan pasangannya dalam kegelapan, untung dia tidak begitu cepat sehingga saya masih bisa melihat wajahnya. Ups, ternyata si A adalah anak murid saya kelas 6 yang usianya paling tua 16 tahun. Ya tidak salah lagi dia orangnya.
Segerombolan tadi dengan tenang tetap berada di tempat. Dengan pencahayaan lampu senter yang sangat terbatas, saya bisa mengenali beberapa wajah mereka. Mereka adalah murid perempuan kelas 5 yang juga sudah “dewasa”. Saya tidak paham apa “omelan-omelan” dari rekan guru saya yang jelas akhirnya mereka pulang. Entah pulang kemana. Inspeksi malam MTQ benar-benar memberikan penguatan kepada saya untuk melakukan inspeksi lagi pada malam-malam berikutnya. Dalam hati kecil, saya berharap semoga pesan terakhir saya di pertemuan IPS Kelas 6 beberapa saat yang lalu, tidak hanya mereka pahami tapi juga lakukan: no sex before married.
*kekhawatiran saya yang berlebihan ini karena kasus penyebaran rekaman video porno baru-baru ini yang dilakukan oleh salah satu pemuda di pulau tempat saya tinggal.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda