Bekerja

Wildan Mahendra 21 April 2011

Desa Titi Akar, Rupat Utara 21 April 2011

Kepada: Yth. Ketua Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi di tempat Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera buat kita semua. Bangga rasanya bisa bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk kedua kali. Masih sangat lekat dalam ingatan, kerja sama pertama saya dengan lembaga ini terjalin saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) dua tahun lalu di Kabupaten Teminabuan, Sorong Selatan, Papua Barat. Bersama 22 mahasiswa dari seluruh jurusan di Universitas Gadjah Mada, kami memulai aksi menyemai budaya anti korupsi di lingkungan siswa SMP dan SMA. Selama kurang lebih dua bulan, kami mengajak para siswa untuk belajar memahami lebih dalam tentang berbagai tindak korupsi dan akibatnya melalui kegiatan-kegiatan konkret yang positif. Salah satu yang sangat saya ingat adalah perjuangan kami semua untuk mendirikan kantin kejujuran di setiap lokasi SMP dan SMA, tempat kami melaksanakan pendidikan anti korupsi. Bukan hal yang mudah untuk melatih kejujuran di kalangan anak-anak seusia mereka (siswa SMP dan SMA), butuh kerja keras, kerja cerdas, dan semangat pantang menyerah yang konsisten. Jujur, kami sangat terbantu dengan berbagai sumbangan dari KPK yang berupa kaos, pin, gelang, buku-buku, dan berbagai perangkat lainnya. Alat-alat tersebut secara tidak langsung dapat membantu para siswa untuk memvisualisasikan pemahaman tentang budaya anti korupsi. Mengenai hasil, pada prinsipnya kami percaya bahwa setiap usaha yang serius dan konsisten pasti akan membuahkan hasil. Meski tidak dapat dilihat secara langsung saat itu juga tapi kami yakin kelak ketika mereka menjadi pemimpin di lingkungan masing-masing, budaya anti korupsi menjadi salah satu prinsip yang mereka pahami dan aplikasikan. InsyaAllah. Kini, pengalaman berharga itulah yang melatar belakangi saya untuk kembali menjalin kerja sama dengan KPK untuk kedua kali dalam situasi dam kondisi yang berbeda. Saat ini saya sudah lulus dari Universitas Gadjah Mada dan sedang bergabung dengan Gerakan Indonesia Mengajar. Sebuah gerakan pertama di Indonesia yang diinisiasi oleh Anies Baswedan untuk mengirimkan para sarjana-sarjana lulusan terbaik dari berbagai universitas untuk menjadi tenaga guru membantu kekosongan guru di daerah pelosok nusantara. Dalam angkatan pertama ini, kami yang berjumlah 51 orang disebar ke 5 kabupaten di seluruh Indonesia yaitu Kabupaten Bengkalis (Riau), Kabupaten Tulang Bawang Barat (Lampung), Kabupaten Paser (Kalimantan Timur), Kabupaten Majene (Sulawesi), dan Kabupaten Halmahera Selatan (Maluku Utara). Selama kurang lebih setahun, kami diharapkan dapat menjadi pendorong bagi kemajuan pendidikan di daerah. Lebih luas lagi, bagi kemajuan Indonesia. Saya bersama 9 pengajar muda lain ditugaskan di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Untuk sekedar informasi saja, setiap pengajar muda ditempatkan di tiap desa yang berbeda. Jadi sistemnya satu desa, satu SD, dan satu pengajar muda.  Saya  ditempatkan di SDN 8 Titi Akar, Dusun Suka Damai, Desa Titi Akar, Kecamatan Rupat Utara. Daerah ini bisa dibilang masih merupakan daerah terpencil yang sekaligus merupakan daerah perbatasan karena berhadapan langsung dengan Malaysia. Jika dihitung mungkin jarak tempuh Rupat Utara (jika diukur dari desa Kadur) ke Malaysia kurang lebih 45 menit. Latar belakang penduduk di daerah ini di dominasi oleh suku Akit, Cina, Cina Akit, dan Jawa. Di sisi lain ada Melayu, Batak, Banjar, bahkan Papua. Jadi bisa dibilang saya hidup di tengah lingkungan yang cukup multikultur. Murid di SD saya sebanyak 114 orang dengan berbagai latar belakang suku yang berbeda. Kondisi bangunan SD bisa dibilang cukup, mengingat ada bangunan (ruang kelas 1 dan 2) yang sudah berusia kurang lebih 24 tahun tetapi masih tetap digunakan. Di SD ini juga belum terdapat perpustakaan. Bagi saya perpustakaan itu penting, mengingat berawal dari perpustakaan budaya membaca (literasi) dapat disemai. Dengan membaca kita dapat membuka jendela dunia melalui pengetahuan. Latar belakang itulah yang menginspirasi saya untuk mendirikan perpustakaan mini di sudut sekolah yang saya beri nama perpustakaan “Jendela Dunia”. Karena masih baru, saat ini kami masih dalam proses pengumpulan buku-buku. Teringat pengalaman ketika KKN di Papua seperti yang telah saya ceritakan di awal surat, saya berniat untuk menjalin kerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi. Melalui salah satu teman kami yang ada di Jakarta, akhirnya bantuan dari KPK pun bisa sampai ke tangan kami. Bantuan tersebut terdiri dari kurang lebih buku saku KPK, Buku Panduan Warung Kejujuran, Buku Panduan Pelajar Terpuji, dan pin “jujur itu hebat”. Mengingat kondisi ini (tidak ada perpustakaan) hampir terjadi di daerah penempatan kami para pengajar muda, maka bantuan tadi kami bagi ke 10 SD di Kabupaten Bengkalis. Beberapa SD tersebut bertempat di Kecamatan Bantan, Kecamatan Rupat Utara, dan Kecamatan Rupat Selatan. Menurut pengamatan kami, penerimaan para siswa tentang bantuan buku-buku ini cukup baik. Para guru pun tak ketinggalan untuk ikut serta belajar memahami korupsi. Khusus di SD saya, pin “jujur itu hebat” disematkan pada para siswa yang lolos semifinal Olimpiade Sains Kuark Tingkat Nasional 2011. 17 siswa di SD saya berhasil lolos ke tahap semifinal mengalahkan ribuan anak hebat di seluruh Indonesia di babak penyisihan. Langkah mereka tinggal setahap lagi hingga bisa mencapai final di Jakarta yang diadakan sekitar bulan Juni besok. Saya berharap pin tersebut dapat memicu mereka untuk lebih bersemangat belajar dan memotivasi teman yang lain untuk juga semakin berprestasi. Bisa dibilang mereka adalah duta “kejujuran” bagi siswa lain. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan yang diberikan Komisi Pemberantasan Korupsi. Semoga buku-buku yang dikirim dapat memberikan manfaat bagi saya, para guru, para siswa, dan terlebih masyarakat untuk dapat lebih memahami korupsi. Saya berharap pemahaman ini akan menjadi bagian dari prinsip hidup kami. Tidak menutup kemungkinan jika kelak mereka menjadi pemimpin bangsa ini, kejujuran akan menjadi kunci dari setiap langkah mereka. dan Komisi Pemberantasan Korupsi tentu punya andil dalam proses pembentukan karakter sejak dini. Semoga langkah kecil kita untuk menyemai budaya anti korupsi di seluruh pelosok negeri dapat diridhoi oleh Tuhan Yang  Maha Esa. Mungkin kita tidak akan bisa menuai hasil yang kilat dan super cepat, tapi setidaknya keberhasilan itu sudah kita investasikan mulai sekarang dan saat ini. Bangsa yang bersih bukanlah mimpi, jika budaya anti korupsi kita semai sejak dini. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Lawan Korupsi! Wildan Mahendra Ramadhani Pengajar Muda Angkatan I Gerakan Indonesia Mengajar

Cerita Lainnya

Lihat Semua