BAPAK
Wildan Mahendra 15 Mei 2011
Sepertinya saya tidak akan pernah bosan jika harus menceritakan sosok bapak angkat saya. Saya sebenarnya kurang begitu nyaman menambahkan kata “angkat” di belakang kata “bapak”. Bagi saya tidak ada bapak angkat dan mamak angkat. Semuanya saya anggap sama dan sederajad. Alhasil, kini saya punya banyak orang tua dan punya orang banyak.
Jika ditanya siapa orang yang paling saya takuti di rumah ini? jawabnya cuman satu bapak. Meski beliau tak pernah marah, tapi sikap dan ekspresi beliau yang tegas membuat saya segan dengan beliau. Hal itu pula yang membuat hubungan kami kurang begitu dekat dan akrab. Hal semakin parah karena beliau belum pernah memanggil saya dengan sebutan nama: WILDAN. Untungnya kondisi ini berjalan hanya beberapa bulan saja di awal kedatangan saya di rumah ini. Hingga suatu waktu, saya lupa bulan apa tepatnya, bapak tiba-tiba mengajak saya untuk ngaji kitab fiqh di surau setiap setelah maghrib hingga isya. Saya yang memang dari awal kurang asupan agama, mengiyakan saja ajakan bapak. Yang membuat saya bersemangat selain karena materi yang dikaji cukup bagus, rutinitas baru itu membuat hubungan kami semakin akrab. Bapak akhirnya juga sudah hafal dengan nama saya: WILDAN.
Kini, jika bapak pergi kondangan ke desa sebelah saya lebih sering diajak. Dan hal yang paling istimewa saya dikenalkan sebagai anaknya. Bagi yang percaya beres urusannya, tapi bagi yang tidak percaya dan penasaran—karena mungkin sudah mengenal bapak dengan dekat—bapak menyerah dan mengenalkan saya sebagai pak guru baru dari Jakarta yang ngajar di SD sebelah dan tinggal di rumahnya. Bagi saya semuanya sama benarnya. Keakraban saya dengan bapak memberi kesempatan saya untuk belajar sangat banyak dari beliau. Meskipun bapak tidak pernah menasehati saya secara langsung, tapi saya dapat mengambil pelajaran dari sikap-sikap beliau. Bagaimana beliau mengambil keputusan, merespon omongan orang, hingga pandangan beliau terhadap suatu masalah.
Ada beberapa yang menonjol dari bapak, yang hingga kini menjadi pegangan baru dalam hidu saya. Bapak adalah orang yang sangat memuliakan tamu (untuk yang satu ini akan saya ceritakan pada tulisan berjudul “rumah singgah”). Bapak adalah orang yang terbuka dan mau belajar terhadap informasi baru yang masuk. Jika ada hal yang dirasa belum dimengerti (baik dalam hal ilmu agama ataupun berita umum) , tidak jarang bapak bertanya kepada orang lain bahkan yang muda sekalipun. Orangnya memang sangat rendah hati. Bapak juga seringkali mengajak saya untuk silaturahim ke rumah sanak saudara. Padahal tidak ada agenda penting yang ingin dibicarakan, bapak hanya sekedar ingin melihat kondisi dan kabar saudaranya itu. O ya untuk informasi saja, saya tinggal di dusun yang hampir semua warganya punya hubungan saudara. Bisa dibayangkan berapa rumah yang kami kunjungi? Kegiatan ini juga berlaku jika bapak sedang ada undangan di desa lain. Dan dengan cara ini juga yang akhirnya membuat saya menjadi akrab dan dikenal masyarakat. Jika soal menjenguk orang sakit, bapak yang menjadi juaranya.
Meskipun bapak merupakan orang yang cukup dituakan di kampung kami, tapi bapak tidak pernah segan untuk mengkonfirmasi kebenaran informasi yang masuk, terlebih jika informasi itu menyangkut soal keluarga kami. Saya mengenal itu dengan istilah “cover both sides”. Berbeda jauh dengan saya, ketika ada masalah bapak orang yang cukup tenang menghadapi masalah. Seakan ada kontrol dalam diri beliau yang membuat beliau selalu berpikir dengan kepala dingin. Dan sekarang saya sedang menimba ilmu itu dari bapak. Mungkin karakter itu pula yang membuat bapak mudah memaafkan orang, sejahat apapun orang itu (saya pernah melihat sendiri kondisi ini, tapi maaf saya tidak bisa menceritakannya).
Beberapa pelajaran tersebut merupakan bagian kecil dari karakter bapak yang saya kagumi. Dan tentunya masih banyak lagi ilmu hidup lain yang masih harus saya pelajari. Terlepas dari semua kehebatan tersebut, bapak pun juga masih punya kelemahan, dan itu manusiawi. Saat ini, bapak sudah masuk daftar referensi orang yang menginspirasi dalam catatan hidup saya. Saya berdoa semoga ini bukan hanya berakhir sebagai inspirasi namun juga aplikasi khususnya untu kebaikan saya kedepan. Setahun bersama bapak, seumur hidup terinspirasi.
Matur Suwun Pak Syarif
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda