Asupan Gizi

Wildan Mahendra 15 Mei 2011
Mungkin diantara para pengajar muda Bengkalis sayalah yang mengalami kegagalan program (versi saya). Badan saya makin hari makin terlihat gemuk, segar, dan katanya juga masih putih. Saya menganggap ini kegagalan. Bagi saya salah satu indikator keberhasilan program adalah susutnya berat badan yang drastis dan menghitamnya warna kulit. Pragmatis dan konyol memang. Tapi itulah tanda keprihatinan seseorang. Sebenarnya saya tidak tahu pasti apa yang membuat berat badan saya makin bertambah. Tapi yang saya rasakan saat ini adalah bahagia, bahagia, dan bahagia. Bahagia karena mendapatkan SD yang tepat. Dimana saya bisa mengurai pikiran-pikiran saya dengan bebas, mengajak anak-anak belajar dengan gembira, dan menyemai kebaikan bersama para guru-guru yang selalu bersemangat. Bahagia karena saya mendapatkan keluarga baru yang sangat amat mencintai saya. Hidup bersama mereka memberi warna lain dalam hidup saya. Setiap hari selalu ada pelajaran dan kejutan. Bahagia karena Allah memberi kesempatan saya untuk melewati sebagian kecil fase hidup ini dengan menjadi pengajar muda di daerah. Dan bahagia-bahagia lain tentunya. Selain faktor internal tersebut, bertambahnya berat badan saya bisa jadi juga karena faktor eksternal. Ya karena asupan gizi yang berlebih. Gizi memang menjadi salah satu unsur yang sangat penting dalam keluarga kami ketika memilih makanan. Sebenarnya saya tidak tahu menahu tentang hal ini, karena semua tentang menu makanan yang mengatur mamak. Meskipun makanan yang kami konsumsi setiap hari bukan makanan mewah, tapi masalah gizi sangat terpenuhi. Bagi saya, setiap hari adalah 4 sehat 5 sempurna. Bayangkan hampir setiap hari saya mengkonsumsi ikan dari berbagai macam spesies. Mulai dari selangat, lomek, malung, teri, pari, hingga hiu. Dari semuanya ini saya paling suka ikan hiu , apalagi jika digoreng dengan tepung lalu dimakan dengan sambal. Rasanya ingin tambah terus. Selain ikan kami juga rutin mengkonsumsi sayur. Mulai dari bayam, sawi, pucuk ubi (ketela), wortel, hingga buncis. Menu lain yang juga sering dihidangkan yaitu jamur. Jamur merupakan jamur kayu yang banyak terdapat di sekeliling rumah. O ya untuk masalah sayur mayur tadi ada yang sebagian yang dipetik langsung dari kebun ada juga yang dibeli dari kebun tetangga sebelah yang juga kawan guru saya. Menu tambahan yang sering disajikan yaitu telur angsa, siput, bawah tanah (sejenis kerang tapi berukuran lebih besar), kerang, dan tak ketinggalan jengkol dari kebun belakang rumah. Untuk daging dan ayam, kami mengkonsumsinya jika ada tetangga yang sedang kenduri saja. Meski tidak setiap hari makan buah, tapi setidaknya dalam satu minggu pasti ada acara makan buah. Buah yang dimakan pun dari jenis-jenis yang unik. Seperti matoa, dondong, idan, dan lain sebagainya. Tidak jarang jika musim duren tiba, sepertinya hampir tiap hari duren. Bagi saya pembenci duren, hal ini cukup membuat saya kurang nyaman. Jadi jika semua makan duren, maka saya selalu memilih untuk mengungsi. Masalahnya beberapa bulan lagi, duren di depan halaman rumah kami mulai panen. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi? Selain makanan yang kami konsumsi kebanyakan bersifat organik, mamak juga mengajak kami untuk mengurangi penggunaan vetsin dan mie instan. Jadi jika anda bertandang ke rumah kami, anda pasti tidak akan pernah menemukansatu pun mi instan. Mamak hanya bilang bahwa itu tidak baik. Meski dilarang, saya masih sering curi-curi kesempatan untuk mengkonsumsi mi instan baik di sekolah bersama guru ataupun di warung dekat pelabuhan. Untuk susu, kami masih mengkonsumsi produk malaysia karena di daerah kami tidak ada sapi perah. Selain makanan berat, mamak juga gemar membuat makanan ringan untuk bersantai. Diantara semuanya yang paling saya suka adalah pisang goreng, ubi goreng, dan koci. Koci ini terbuat dari tepung ketan yang diolah jadi adonan lalu dimasukkan kecil-kecil kedalam daun pisang dengan isian parutan kelapa yang sudah dicampur gula.  Dan hampir semua makanan tersebut dimasak menggunakan anglo yang berbahan bakar arang dan juga di atas kayu bakar. Maknyus. Saya tidak mengira meski hidup dalam keterbatasan (setidaknya dari akses), tapi gizi masih menjadi prioritas dalam keluarga kami dalam memilih makanan. Ini membuktikan bahwa gaya hidup sehat bukan terletak hanya pada biaya tapi juga kemauan untuk melakukannya. Tidak perlu mewah asal gizi terpenuhi, itu sudah cukup. Dan alam sudah menyediakan itu semua. Jadi hipotesa akhir bertambahnya berat badan saya karena: bahagia + asupan gizi yang cukup. Ayo eksplorasi alammu, jalani gaya hidup sehat mulai darisekarang!

Cerita Lainnya

Lihat Semua