Pantun ala Kelas 4 SDN 2 Kepuh Legundi, Bawean

Wahyu Setioko 27 Oktober 2012

        Aku secara administrasi adalah walikelas kelas 6, namun beberapa kali aku selalu mengisi kelas lainnya dikarenakan guru kelas tersebut berhalangan hadir lantaran sibuk mengurusi pernak-pernik dana BOS di kecamatan. Hari itu, aku mengisi jam pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 4. Kelas ini adalah kelas favoritku. Murid-muridnya kecil-kecil imut dan lucu-lucu. Mereka selalu dapat membuatku tertawa lepas.

         Pelajaran hari itu aku isi dengan membuat puisi. Semenit kemudian, murid-murid kelas 4 serentak menyerah membuat puisi. Mereka menyerukan bersama-sama dengan suara cempreng (khas anak-anak) yang membahana, “Paak, pantun saja pak pantun saja”. Aku menjadi tertarik, lantas aku kabulkan permintaan mereka. Aku memberikan waktu kepada mereka untuk menuliskan pantunnya sementara aku kembali mengajar di kelas 6. Sepuluh menit berselang, aku keluar dari kelas 6 dan mengintip kelas 4 dari balik jendela. Seperti biasa, mereka berisik. Namun mereka tetap fokus menulis pantun sambil menirukan gaya dan intonasi suaranya. Aku tersenyum dari balik jendela lalu berbalik kembali ke kelas 6.

      Jam pelajaran berakhir, kelas 6 pun aku pulangkan. Lalu aku bergegas menuju ke kelas 4, mereka sudah hampir selesai menuliskan pantunnya. Saat mereka mengumpulkan karyanya, benar saja, lagi-lagi mereka membuatku tertawa. Berikut beberapa pantun dari mereka:

Dulu delman

Sekarang dokar

Dulu teman

Sekarang pacar

 

Rumah terang

Karena lampu

Surat datang

Karena rindu

 

Anak ayam jangan dikurung

Kalau dikurung rusak bulunya

Anak perawan jangan dicium

Kalau dicium dimarahi ibunya

 

Bandung dulu

Baru Bawean

Cium dulu

Baru jadi kawan

 

Kura-kura dalam perahu

Malam minggu pakai sepatu

Pura-pura tidak tahu

Di dalam hati bilang I Love You

 

         Haha, aku bersumpah, bukan aku yang mengajari mereka berpantun gocek seperti itu. :). Aku sendiri tak tahu menahu dari mana mereka mendapat inspirasi seperti itu. Tapi walau bagaimanapun juga, aku harus tetap menghargai karya mereka dan memberikan motivasi. Ya, karena itulah tugas seorang guru. Akhirnya akupun berkata dengan agak bijak (namun gagal bijak karena menahan tawa), “Bagus sekali pantun kalian, lain kali Bapak tunggu pantun yang baik dan mendidik ya, nanti Bapak tampilkan kalian di acara perpisahan akhir tahun”. Ya, tentu saja mereka pasti akan menghibur di acara tersebut. Meski sedikit was-was, namun aku tetap penasaran menunggu kejutan lainnya dari kelas 4 yang lucu-lucu itu. :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua