info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Foto Ibu!

Veronika Virly Yuriken 5 Juni 2015

Cat air. Benda aneh yang asing digunakan anak kelas IV untuk menggambar. Setelah saya membagi mereka dalam beberapa kelompok, saya mulai membagikan cat air yang berbentuk roket. Satu untuk masing-masing kelompok. Mata mereka melebar memandangi cat air tersebut, tidak berkedip. Setelah itu, saya mulai membagikan kuas baru yang masih keras dan kering. Mata mereka semakin lebar ditambah mulut mereka ikut terbuka. Kelas masih dalam suasana hening.

“Nah! Ayo ambil air yang sudah kalian bawa masing-masing!” seru saya dengan nada mengejutkan mereka yang masih bengong. Satu per satu dari mereka mulai mengambil air di jerigen kecil yang mereka bawa. Sambil berkeliling kelas, saya menunjukan mereka cara menggunakan cat air tersebut. Anak-anak menggambar dengan muka yang sangat serius.

Setelah selesai menggambar, mereka bertanya apakah gambar tersebut dikumpulkan atau tidak. Alibi mau mengambil gambar hasil karya anak-anak, saya bilang kalau kita akan menjemur gambar-gambar tersebut di luar. Akhir-akhir ini mereka sering menolak kalau mau difoto karena Ibu Virly sudah mau pulang, katanya. Satu per satu dari mereka akhirnya keluar dan menempel hasil karya mereka di tembok depan kelas.

Saya meminta tolong Adi, bocah kelas II yang sering menolong saya untuk mengambil gambar, untuk mengambil handphone saya. Salah satu trik juga untuk tidak meminta anak kelas IV karena takut mereka kabur jika tahu akan saya foto. Membaca gerak-gerik saya, Kesya langsung berseru:

“Nahh! Ibu mau foto kotong lai!” (nah, Ibu mau foto kami lagi)

Tanpa babibu, Regina langsung mengambil handphone saya dari tangan Adi.

“Te’ Ibu ju! Son bisa lai! Sekarang gantian kotong foto Ibu.” (Ck, Ibu nih. Tidak bisa lagi. Sekarang gantian kami foto Ibu)

Karena kebetulan Adi sudah tahu bagaimana mengoperasikan handphone saya, Adi jadi kameramen suruhan anak-anak kelas IV ini. Beramai-ramai mereka mulai mengarahkan posisi dan gaya gurunya ini. Saya hanya bisa tertawa dan mengikuti instruksi mereka.

Saya tidak pernah mengajarkan mereka untuk memotret. Namun, dari situ saya belajar, bahkan dari melihat saja mereka belajar. Bahwa belajar adalah kemampuan manusia yang paling dasar yang baru akan berhenti berfungsi saat kita mati. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua