Di Sekolah Ada Ujian

Veronika Virly Yuriken 22 Mei 2015

Ujian Sekolah adalah salah satu momen yang menegangkan bagi anak-anak. Hampir tiga bulan yang lalu mereka sudah melakukan pemantapan materi. Setelahpulang sekolah mereka masih tinggal di sekolah untuk pelajaran tambahan bersama guru-guru. Jadwal les sudah diatur bergantian setiap harinya. Enam hari untuk enam mata pelajaran.

Sampai pada hari pelaksanaan ujian, persiapan mereka tidak berkurang sedikitpun. Sebelas orang anak ini menginap di sekolah. Tidak hanya anak-anak yang bersiap-siap tetapi semua guru bahkan orang tua mereka. Setiap anak membawa dua ekor ayam untuk konsumsi mereka selama menginap di sekolah. Bapa mama membuat dapur alam di samping bangunan kelas untuk masak setiap harinya. Mama-mama sudah mengatur jadwal piket untuk memasak selama kurang lebih satu pekan ini.

Anak-anak mengatur satu kelas untuk kamar mereka. Meja dan kursi mereka susun sedemikian rupa. Sore itu, satu per satu mereka berdatangan membawa tas dan tikar yang terbuat dari anyaman daun lontar untuk alas tidur. Beberapa dari mereka sudah membawa matras plastik, mengikuti zaman. Senyum dengan langkah semangat mereka menghiasi sore itu. Sampai di kamar mereka mulai berisik memilih posisi tempat tidur. Anak laki-laki mengambil tempat di dekat pintu. Mereka tidur berjajar dua baris dengan posisi kepala membelakangi tembok.

Ibu Septi, wali kelas 6, tidak ketinggalan sibuk. Tentu saja Ibu Septi menginap di sekolah. Ibu Septi tinggal cukup jauh dari sekolah, di Dengka, Rote Barat Laut. Jarak dari Dengka ke Lole sekitar 15 km dengan medan yang cukup sulit. Sudah hampir tujuh tahun Ibu Septi harus menghajar jalanan berbatu kapur dengan kemiringan yang cukup terjal pulang pergi setiap hari. Ibu Septi sudah mengajar anak-anak ini dari kelas 4 sampai kelas 6. Ada perasaan haru yang tergambar di raut wajahnya.

Tidak hanya Ibu Septi yang menginap di sekolah, guru-guru lainnya dan kepala sekolah pun ikut menginap di sekolah. Termasuk saya. Ada beberapa guru yang tinggal di sekolah sampai larut malam kemudian kembali ke rumah masing-masing. Di saat seperti ini, terlihat sekali keakraban anak-anak dengan para guru. Saat guru-guru menemani anak-anak belajar, mengambilkan makanan untuk anak-anak dan berdoa bersama sebelum tidur.

Mama-mama yang piket sudah mulai datang ke sekolah pukul 4 dini hari. Mereka mulai memasak air panas dan bubur untuk sarapan. Agak siang sedikit mereka sudah mulai masak untuk makan siang anak-anak, pengawas ujian dan guru-guru. Ada juga mama yang datang dini hari untuk menemani anaknya belajar, hanya duduk di sampingnya saja. Ikutan ujian katanya.

Di sini, Ujian Sekolah memang dialami dan dijalankan oleh sekolah, semua perangkat yang ada di sekolah: murid, guru, kepala sekolah dan orang tua murid. Bukan semata-mata tentang evaluasi belajar murid tapi tentang bagaimana semua pihak yang terlibat di sekolah memiliki integritas dan totalitas dalam mempersiapkan generasi muda yang lebih baik.

Semua orang mengambil bagian ujiannya masing-masing sesuai porsinya secara adil.

Seperti mama-mama yang mengambil bagian mempersiapkan makanan untuk anak-anak, memastikan bahwa mereka sudah sarapan sebelum ujian. Karena mereka adalah mama-mama, mereka memiliki kapasitas di bidang tersebut. Ujiannya adalah meninggalkan padi yang sedang dalam masa panen, masa di mana semua orang sibuk kerja di sawah memanen padi. Mereka dengan sabar melayani anak-anaknya.

Guru-guru diuji dengan godaan-godaan yang hadir dengan kemasan “demi kebaikan anak-anak”: membantu memberikan kunci jawaban atau memperbaiki jawaban anak yang salah setelah Lembar Jawab dikumpulkan. Terutama guru kelas 6 sendiri yang memiliki tekanan tersendiri karena yang bertanggung jawab atas bimbingan tahun terakhir anak-anak dibangku Sekolah Dasar. Apakah ia akan mengorbankan moral dan kejujuran anak untuk nama baiknya saja sebagai guru yang berhasil. Semoga kita masih sama-sama sepakat bahwa keberhasilan guru bukan dinilai dari sekedar nilai ujian murid-muridnya.

Apa pula arti kelulusan seratus persen jika setengahnya tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kalau itu diperhitungkan untuk akreditasi dan kredibilitas sekolah, Kepala Sekolah pasti akan mempertimbangkan kualitas lulusannya juga, bukan? Ujian bagi Kepala Sekolah adalah menjaga kebersihan dan integritas moral sekolah membawahi guru dan murid. Tanggung jawab yang diemban pelaksanaannya semudah ikut menginap di sekolah, membantu anak-anak belajar dan review materi, menunjukan sikap tenang dan sesederhana mengatakan, “Tenang sa Ibu, anak-anak su belajar abis siang malam nah. Dong ju su les selama dua bulan ini. Ko Ibu ju to yang dampingi. Beta percaya soal-soal ini bukan apa-apa buat dong.” (“Tenang saja Ibu, anak-anak sudah belajar siang malam. Mereka juga sudah les selama dua bulan ini. Kan Ibu juga yang mendampingi. Saya percaya soal-soal ini bukan apa-apa buat mereka.”)

Ternyata, Ujian Sekolah itu bukan sekedar Nilai Angka, kan? 


Cerita Lainnya

Lihat Semua