Torang Tidak Takut Disuntik, Pak!
EkoAndik Saputro 22 Mei 2015
Saat mengajar di kelas 5, tiba-tiba Bu Kendang mendatangi kelas dan mengajak ke kantor. Tak pernah dia lakukan sendiri, biasanya selalu disuruhnya anak-anak. Ada apa ya? Ternyata, ada Mantri dari Puskesmas desa akan memberikan vaksin campak ke anak-anak.
Campak atau yang biasa orang Sinorang sebut sarampak adalah salah satu penyakit kulit yang menular. Ketika saya tanya ke Mantri yang bertugas, penyakit ini sudah tercatat sebagai KLB di Banggai. Untuk itu, Dinas Kesehatan melakukan tindakan preventif untuk mencegah adanya penyakit ini ke anak-anak.
Saya ditugaskan untuk membujuk anak-anak agar mau disuntik. Sedangkan Bu Kendang menemani mereka saat penyuntikan berlangsung. Kemudian skenario micro teaching saat pelatihan teringat kembali. Saya membayangkan kejadiannya akan seperti saat itu. Di mana anak-anak yang diperankan oleh kami para CPM (saat itu masih calon) begitu heboh ketakutan, termasuk saya. :D
Alhamdulillah, kejadiannya 180° berbeda. Oh ya, yang disuntik vaksin campak ini kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Mereka dibariskan di depan kantor, kemudian dipanggil satu-satu.
"Eh, torang mau disuntik." bisik salah satu anak.
Dan keributan kecil pun terjadi. Saya lalu mengambil timbangan, kemudian menenangkan mereka.
"Eh, siapa yang mau ditimbang berat badan? Nanti yang paling berat dapat juara." ujar saya.
"Torang, Pak!" jawab mereka serempak seraya mengacungkan tangan.
Anak pertama dipanggil untuk masuk kantor, Dara namanya. Kantor saya tutup setengah agar tak terlihat anak-anak yang sedang baris di depan. Dara tidak menangis dan malah tersenyum. Sengaja aku tunjukkan ke anak yang lain kalau dia tersenyum, lalu Dara kuajak ke perpustakaan (satu gedung dengan kantor) untuk membaca buku.
"Berat kamu berapa, Dara?" tanya saya seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
"15, Pak." jawab Dara dengan senyuman manisnya.
"Siapa yang berikutnya mau ditimbang?" tanya saya lagi ke anak-anak yang berbaris di depan.
"Saya, Pak!" jawab mereka serempak.
Suntik vasin campak yang dilakukan oleh Puskesmas berjalan lancar. Tidak ada anak yang lari ketakutan atau menangis histeris.
"Bagaimana tadi disuntik? Seperti digigit semut tho?" tanya saya setelah semua selesai.
"Tidak sakit, Pak. Lebih sakit digigit semut," ujar Sarah, siswa kelas 1.
"Iya, ya," mereka pun kembali gaduh dengan pembicaraan terkait disuntik yang tidak sakit.
"Masih takut sama disuntik?" saya kembali bertanya.
"Torang tidak takut disuntik, Pak!" jawab mereka bersama-sama.
*Sinorang, 22 Mei 2015
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda