Paleng Bae

Veronica Turnip 24 Februari 2017

Paleng bae, kalimat ini mungkin sudah biasa terdengar oleh masyarakat Ambon. Se paleng bae merupakan judul lagu pop Ambon yang diciptakan oleh Cevin Syahailatua. Lagu ini sangat terkenal dan hampir dinyanyikan oleh berbagai kalangan umur di Kabupaten Kepulauan Yapen. Berikut sepenggal lirik lagunya :

Seng bisa bilang lae, beta paleng sayang se paskali. Dalam beta pung hati cuma pikiran setiap hari. Ada dimana sayang, jang sampai telat makang. Seng bisa bilang lai, nona / nyonge sayang. Dalam beta pung hidup cuma ale yang par bet pung hati. Beta selalu minta Tuhan mau satukan katong dua. Bahagia selamanya sampai oma opa. Seng bisa bilang lae, nona / nyonge sayang. Se paleng bae par beta sio nona / nyonge manise, paling mangarti beta pung hidop ini. Se paleng bae danke par samua yang se kasih, mau deng ale saribu taong lae.

Lirik lagunya sangat romantis dan selalu berhasil membuat kaum pemuda – pemudi Indonesia bagian Timur menjadi galau. Lagu ini berhasil menghipnotis anak – anak untuk mengingat lirik – liriknya. Lagu ini juga berhasil menghipnotis saya untuk memberikan judul cerita kali ini.Saat ini, saya akan menceritakan pengalaman kami pengajar muda bekerja bersama – sama dengan aktor – aktor lokal kabupaten Kepulauan Yapen dalam pelaksanaan Olimpiade Sains Kuark. Pengalaman yang tentunya mengajarkan kebersamaan, kepedulian, dan kerelaan hati.

25 Januari 2017, Rabu pagi itu, aku bergegas dari Ansus menuju Serui dengan perahu penumpang, karena saya telah berjanji kepada rekan pengajar muda di Sambrawai untuk mengadakan Kegiatan Belajar Bermain di tempat dia mengajar. Jam 09.00 siang, saya dan penumpang lainnya sudah sampai di Serui. Hari itu ombak cukup bersahabat dan motor perahu cukup baik, sehingga kami bisa sampai lebih cepat. Saya bawa semua barang – barang dari perahu ke atas jembatan, dan segera menuju pangkalan ojek menuju housefam pengajar muda XII di Serui, rumah keluarga Bapak Tanawani.

Ketika sampai di tempat tujuan, ternyata Amelia Fakhrun Nisa’, pengajar muda di Rondepi, Distrik Kepulauan Ambai, juga sedang menuju ke Serui, dan tiba – tiba memberikan pesan (SMS) tentang Olimpiade Sains Kuark. “Mba, ada informasi penting tentang Olimpiade Sains Kuark. Nanti kalau aku sudah sampai Serui, aku jelasin”, begitu isi pesan dari teman saya ini. “Iya, kamu ke Serui dulu deh, karena aku tidak tahu apa – apa”, balasan pesan saya.

Saat itu, saya menerka – nerka Olimpiade ini, dan masih bingung. Beberapa menit kemudian, aplikasi whatsapp saya menampilkan pesan – pesan yang sangat banyak. Maklumlah, karena sinyal di Ansus sudah dua minggu rusak, sehingga saya sangat ketinggalan informasi (kurang update), dan dari beratus – ratus pesan tersebut, ada informasi tentang olimpiade ini, jadilah saya coba menyimak serius bacaan tentang perlombaan ini.

Jam 4 sore, Amel sampai di Serui dan kami langsung berdiskusi untuk menanggapi kesempatan ini. “Gimana menurut mba Vero?”, tanya Amel. “Aku sih oke – oke saja karena ini kesempatan yang baik bagi anak – anak Yapen terutama di Serui untuk merasakan suasana persaingan olimpiade”, jawab saya. “Ya udah mba, besok kita mengurus ini di Dinas ya?”, tanya Amel lagi. “Iya toh, mel. Sekarang siapkan saja berkas – berkas yang mau diberikan ke kepala Dinas”, ajak saya. Begitulah percakapan kami. Banyak tantangan untuk mengadakan Olimpiade ini, terutama tantangan transportasi pengajar muda untuk teman – teman yang sangat jauh lokasinya. Alhasil saya menunda rencana saya ke Sambrawai dan menuliskan surat untuk teman saya tentang alasan saya menunda janji saya ini dan mengharapkan dia juga turun untuk sama – sama mengurus olimpiade ini

Pagi harinya dengan berkas – berkas yang telah disiapkan dari tadi malam, kami menuju Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Yapen dengan menggunakan motor pinjaman dari ketua pengadilan negeri Serui. Kami langsung menghubungi kepala dinas, dan diberikan waktu untuk berdiskusi dengan beliau di ruangan beliau. Kami berdua menyampaikan tujuan dari kedatangaan kami. Beliau menyambut baik olimpiade ini, dan memberikan tugas untuk menyusun kepanitiaan olimpiade ini agar diberikan surat dinas.

Kami segera menuju ke Bapak Salmon T Wonatorei, kepala sekolah SD Negeri Anotaurei, untuk bertukar pikiran dengan beliau. Kami mengarahkan motor menuju SD Negeri Anotaurei. Tiba di SD itu, beliau langsung menyapa kami, “Anak – anakku datang, mari masuk nak!”. “Bapak sehatkah?, maaf bapak kita menganggu”, ucap Amel. “Ah tidak kok, Ada apa memang?”, jawab beliau. “Begini, pak, ada informasi tentang olimpiade dari Kuark bapak dan tadi kita sudah konsultasi dengan kepala dinas, dan beliau memberikan instruksi untuk membentuk panitia. Barangkali bapak bisa ikut bekerja bersama – sama”, ucap Amel. “Oh, nanti dulu ya. Mana informasinya ada tidak?”, tanya beliau. “Ada bapak. Ini, pak”, ucap saya sambil menyerakan file informasi Olimpiade Sains Kuark ini. Beliau membaca sebentar file tersebut. “Oh, ya sudah lebih baik bapak kepala bidang TK/SD saja yang menjadi ketua, agar hubungan menjadi lebih mudah”, saran beliau kepada kami. “Oh begitu bapak. Baik bapak, kami akan segera ke bapak Manufandu untuk membahas ini.

Singkat cerita, selama dua hari, kami bersama – sama dinas sibuk untuk menyusun kepantiaan olimpiade ini. Kepanitiaan yang terdiri dari orang – orang yang bersedia untuk tidak dibayar, untuk pelaksanaan kegiatan yang tidak diagendakan dalam rencana kegiatan kami. Kami bersama – sama membuat surat informasi Olimpiade Sains Kuark kepada 125 kepala – kepala sekolah di Kabupaten Kepulauan Yapen.

Selama hampir dua minggu, pengajar muda dari Kabupaten Kepulauan Yapen bersama – sama aktor – aktor penggerak merancang olimpiade ini agar berlangsung dengan baik. Kami pengajar muda meminta izin kepada panitia yang lain untuk kembali ke kampung dulu untuk mengajar, sebelum tanggal 18 Februari 2017 datang, dan berjanji akan kembali ke Serui tanggal 14 Februari.

Saya memutuskan kembali ke Serui tanggal 16 Februari 2017, tetapi diundur besoknya karena tidak ada perahu yang keluar. Saya agak lega karena dua orang teman sudah ada di Serui untuk mengurus daftar peserta. Jumat siang, saya tiba di Serui, dan bersama – sama teman pengajar muda lain mengurus kegiatan olimpiade besok. Rapat bersama dengan pengawas dan panitia, memasang spanduk, menata ruang kelas, dan mempersiapkan diri, kami lakukan dengan baik agar olimpiade berjalan dengan baik. Tiba – tiba bapak yang kami kenal baik, menemui kami, “Nak, nanti mama yang memasak makanan untuk panitia dan pengawas”, ucap beliau. “Memang ada danakah, bapak?”, tanyaku. “Tidak ada toh, tapi tra papa sudah”, jawab beliau dengan tersenyum. “Aih, bapak, tra papakah?, tanya Amel. “Tra papa. Ya sudah tidak usah tidak enak begitu. Tenang saja”, ucap beliau. “Ya bapak. Terimakasih bapak”, ucap kami berdua.

Sabtu, 18 Februari 2017, Olimpiade yang ditunggu – tunggu akhirnya tiba. Pagi itu, lapangan basah karena hujan yang mengguyur tanah Serui. Kondisi ini tidak mengurangi semangat anak – anak. Hari itu, peserta didik dari kampung (Distrik Kepulauan Ambai, Distrik Angkaisera, Distrik Wonawa, Distrik Yapen Barat, dan sebagainya) datang jauh – jauh ke Serui, tak mau kalah dengan peserta didik di dekat kota, ikut meramaikan olimpiade. Pengawas ruang juga berasal dari berbagai bidang pekerjaan, seperti pengadilan negeri Serui, KPPN Serui, RRI Serui, dan guru – guru pengantar peserta, bersedia menjadi pengawas dengan sukarela. Olimpiade berakhir dengan tenang dan senyuman kami.

Olimpiade saat itu diakhiri dengan foto bersama pengawas dan panitia,serta merapikan lembar jawaban peserta untuk dikirim kembali ke PT Olimpiade Sains Kuark International. Hari itu, aku teringat lagu paleng bae ini. Beberapa penggal liriknya, "Dalam beta pung hati cuma pikiran setiap hari………………" Mereka telah membuat saya memikirkan mereka setiap hari dalam hati ini. Mereka yang menurut saya yang paling baik, yang memberikan waktunya berlibur dan bersantai untuk kegiatan yang tidak memberikan uang kepada mereka. Mereka yang paling baik yang membocorkan tabungan mereka untuk kegiatan yang tidak memberikan keuntungan material bagi mereka.

Beta selalu minta Tuhan mau satukan katong dua. Bahagia selamanya sampai oma opa……Kami selalu berdoa, agar bapak, ibu, saudara – saudari yang baik ini selalu diberikan berkat yang baik, dan kekeluargaan yang baru terbentuk tidak berakhir karena jarak dan waktu. Selamanya akan menjadi teman dan keluarga sampai tua nanti. Terimakasih kepada PT Olimpiade Sains Kuark International, Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Yapen telah memfasilitasi pelaksanaan olimpiade ini. Terimakasih kepada mama, bapa, teman – teman yang secara sukarela bekerja bersama – sama dengan kami. Kalimat yang paling saya ingat adalah, “Olimpiade seperti ini bagus agar anak – anak di kampung juga ikut merasakannnya. Semoga tahun depan bisa terlaksana dengan lebih baik, dan anak – anak Kabupaten Kepulauan Yapen bisa membanggakan. Saat ini, mama – mama jual pinang, anak – anak, dan masyarakat di pasar membicarakan tentang olimpiade dan semakin semangat untuk belajar. Semoga bekerja bersama – sama bagi pendidikan negeri ini semakin banyak. Keringat kita takkan sia – sia, anak cucu kita pasti akan menuai yang lebih baik. Terimakasih……Terimakasih…….


Cerita Lainnya

Lihat Semua