Hari Minggu Pertamaku di Ketam Putih, Bengkalis

Veni Ari Jayanti 5 Desember 2011

Minggu, 21 November 2011 adalah hari minggu pertama yang kulalui di desa ketam putih, Bengkalis. Hari itu aku berjanji pada murid – muridku untuk jalan – jalan bersama berkeliling desa. Jam delapan pagi, muridku mulai berdatangan. Sambil menunggu semua murid – muridku yang lain datang aku mengajak anak – anak yang sudah datang untuk membaca bersama. Kebetulan di halaman rumah housefamku ada meja dan bangku yang biasa digunakan untuk duduk – duduk santai di sore hari. Anak – anak yang sudah datang membaca buku di sana, mereka terlihat sangat menikmati buku bacaannya.

Menjelang pukul sembilan pagi anak – anak yang lain mulai banyak berdatangan namun belum semuanya. Anak – anak itu duduk berdesak – desakan ddi meja dan bangku yang makin lama pastinya terasa semakin sempit. Dari tempat dudukku kulihat ibu Farida (Housefamku) mengangkat pot – pot bunga yang besar dan berat lalu mengeluarkan isinya. Dalam hati aku bergumam “lagi ngapain ibu?”, aku penasaran dan ingin membantu namun murid – muridku memerlukan perhatianku.

Makin lama muridku semakin banyak dan akhirnya bangku dan meja yang ada tidak muat lagi. Sebagian muridku duduk di di undakan tangga di depan rumahku ada pula yang membaca sambil berdiri, celotehan pertanyaan dari anak – anak ini juga tidak ada hentinya. Ibu Farida sudah tidak sibuk dengan pot – pot bunganya, sekarang beliau mengangkat papan – papan kayu dari gudang di belakang rumah kami. Aku berusaha melepaskan diri sebentar dari serbuan pertanyaan anak – anakku, aku penasaran. “Bu lagi ngapain ini?” tanyaku kepada beliau “inilah, ibu hendak bikinkan meja dan bangku yang baru lagi supaya anak – anak tuh bisa belajo di sini” jawab ibu dengan logat melayu yang kental. Jawaban ibu ini membuat tenggorokanku tercekat, kutahan – tahankan supaya air mata tidak keluar, aku terharu. Tanpa aku meminta ibu Farida membuatkan tempat belajar baru untuk anak – anakku.

Tak lama kemudian Nova dan Fajar, anak ibu Farida, pulang dari latihan Pramuka. Mereka langsung membantu ibu Farida membuat meja dan bangku untuk murid – muridku. Saat aku ingin membantu, ibu hanya menjawab “Usahlah kau ajo budak – budak tu saja” (tidak usahlah, kau ajar anak – anak itu saja). Jawaban ini membuatku benar – benar berusaha untuk tidak menangis karena terharu, aku pun kembali ke anak – anaku dan ternyata mereka sudah berkumpul semua. Mereka langsung mengajakku jalan – jalan, aku merasa tidak enak meninggalkan bu Farida yang sibuk membuatkan tempat belajar baru untuk muridku. Seakan bisa membaca pikiranku bu Farida berkata “sudahlah jalan – jalanlah awak besamo budak – budak tu ye, usahlah kau pikirkan ibu” (Sudahlah berangkat jalan – jalan saja kamu dan anak – anak itu ya, ga usah mikirin ibu. Aku pun berpamitan untuk mengajak anak – anakku jalan – jalan. Kucium tangan wanita yang tulus ini, aku bersyukur pada Tuhan karena Dia benar – benar memberiku keluarga yang baru di pulau bengkalis ini.  


Cerita Lainnya

Lihat Semua