Arul : Don't Judge a Book by It Cover

Veni Ari Jayanti 5 Desember 2011

Arul Nama lengkapnya Ahmad Syukri, biasa dipanggil Arul. Dia murid kelas tiga di SDN 57 Ketam Putih, Bengkalis. Umurnya 10 tahun. Pertama kali aku melihatnya adalah hari Senin, 7 November 2011. Arul langsung menarik perhatianku karena penampilannya yang berbeda. Jalannya pincang dan miring, tangannya melambai ganjil mengikuti setiap langkah kakinya yang timpang. Dari mulutnya pun air liur sering menetes tak terkontrol. Badannya pun miring ke kanan, tidak simetris.

Pertama kali melihat Arul, aku langsung merasa tertantang, ternyata ada anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah baruku ini. Langsung terlintas cara seperti apa yang harus aku gunakan untuk mengajarnya, manajemen kelas seperti apa yang harus kuterapkan (karena biasanya ABK tidak berada di kelas yang sama dengan anak lainnya). Bagaimana caraku mengatur perhatian agar merata ke setiap anak dikelasku tanpa mengabaikan kebutuhan khusus Arul. Tak sabar hatiku menanti saat – saat mengajar kelas tiga.

Hari rabu datang juga, hari aku mengajar kelas tiga. Sehari sebelumnya sudah kupersiapkan strategi untuk mengajar kelas ini. Dari rumah kuniatkan untuk tidak membedakan Arul dengan anak lainnya, aku akan berusaha memperlakukan dan memberikan perhatian yang seimbang untuk setiap anak dikelasku.

Saat aku memasuki kelas tiga untuk pertama kalinya tidak bisa kulupakan bagaimana tatapan anak – anak di kelas itu. Mereka semua menatapku dengan tatapan penuh ingin tahu, mereka semua tertarik dengan guru baru dihadapan mereka. Arul pun demikian. Aku memulai kelas dengan mengajak mereka semua bernyanyi bersama. Arul menarik perhatianku lagi karena dia bisa mengikuti setiap nyanyian dengan penuh semangat. Ekspresi senang yang terpancar dari wajah anak – anak itu menjadi bulir kebahagian yang mengalir dalam hatiku. Aku bersyukur karenanya.

Seusai menyanyi aku mengajar bahasa Indonesia, penggunaan huruf kapital yang tepat. Berkali – kali aku mengulangi penjelasan dan permainan yang aku buat, banyak anak yang belum mengerti namun aku dikagetkan lagi oleh Arul lagi, dialah anak pertama yang memahami penjelasanku dan bisa menunjukan penggunaan huruf kapital yang tepat pada flashcard yang kubuat. Arul pun tidak meminta ataupun membutuhkan perhatian khusus, dia bisa berbaur seperti layaknya anak yang lainnya. Justru yang membuatku kewalahan adalah semangatnya untuk terus mengangkat tangan dan menjawab semua pertanyaan yang kuberikan.

Hari itu juga aku menyadari kesalahanku. I judge a book by it cover.  Arul adalah anak yang cerdas yang memiliki sedikit keterbatasan fisik. Dari cerita yang kudengar dari ibunya, Arul mengalami keterbatasan fisik karena masalah yg terjadi pada saat melahirkan. Arul baru bisa berjalan pada usia lima tahun dan masuk sekolah pada umur delapan tahun. Terus terang aku kagum dengan ibu Arul. Walaupun anaknya memiliki keterbatasan fisik beliau tidak pernah memanjakannya jika Arul berbuat salah beliau langsung menegurnya dan setiap hari beliau menanamkan bahwa Arul bisa melakukan apapun.

Saat aku mengadakan seleksi untuk anak yang mengikuti Olimpiade Sains Kuark , Arul adalah salah satu anak yang rajin membaca, mengikuti materi, dan memberikan pertanyaan – pertanyaan cerdas padaku. Aku memilihnya sebagai salah satu anak yang akan mengikuti Olimpiade Sains Kuark (OSK) walau banyak guru yang kurang sependapat tapi aku percaya Arul mampu. Arul adalah bukti nyata bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk berkata tidak bisa. Setiap hari saat melihat Arul aku serasa mendengar teriakan “Aku Bisa!!!” Berkali – kali dihatiku.


Cerita Lainnya

Lihat Semua