info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Dan lagu Indonesia Raya itu berkumandang lagi.....

Valisneria Utami 27 November 2011

 

Jujur ketika saya sekolah dulu, mengikuti upacara bendera setiap hari Senin adalah bencana buat saya. Saya benci harus berdiri tegak, berbaris rapi, dan mendengarkan amanat pembina upacara yang panjangnya bisa mengalahkan jarak rumah saya ke sekolah (oke yang ini agak berlebihan,..maaf sodara2..:D), serta menikmati sinar matahari yang kadang cukup terik sementara guru – guru berdiri di barisan teduh, L. Belum lagi hal yang disampaikan selalu sama, belajar yang rajin karena UN sudah dekat tingkatkan prestasi, patuhi nasihat guru, kerjakan PR, bla, bla, bla...Arrgghhh!!seolah – olah tidak ada satu hal baik pun dari kami para murid yang dibanggakan oleh kepala sekolah atau guru. Akibatnya saya jadi jago akting, ya jago akting sakit atau pingsan sehingga teman – teman lain heboh dan segera menggotong saya ke UKS. Singkat cerita, sukseslah saya membuat sebagian teman – teman sekelas tidak ikut upacara karena akting saya ini (dan mereka mengucapkan terima kasih dan bersorak kegirangan), hehehe...:p

Tapi itu dulu jauh sebelum saya mengenal makna dan arti dan upacara itu sendiri terlebih lagi sekarang sejak saya mengajar di SD Inp.22 Rura, tempat saya mengabdi selama satu tahun ini. Saya justru malah bersemangat bahkan bisa dibilang rela jika harus berpanas – panas ria demi mengikuti upacara bendera. Di tempat saya mengajar, upacara bendera bukanlah sebuah rutinitas. Memang bendera dinaikkan dan dikibarkan tapi yang melakukan bukanlah murid hanya beberapa orang guru atau kepala sekolah. Tidak ada acara baris – berbaris, tidak ada nyanyian Indonesia Raya dan lagu nasional lainnya, tidak ada pembacaan Pancasila dan UUD 1945, apalagi amanat dari Sang pembina upacara. Maka ketika menginjak hari ketiga saya mengajar disini, saya dan guru – guru lain mengajak anak – anak untuk kembali berlatih upacara.

“Siapa yang ingin jadi petugas upacara?” begitu teriak saya di tengah lapangan. Saya tidak bermaksud melebih – lebihkan tapi teriakan saya ini cukup menarik perhatian murid – murid yang tengah asyik bermain. Dan diluar dugaan, mereka berlari kearah saya dan mengacungkan jari telunjuknya sambil berkata, “Saya bu!! Saya bu!!” “ Saya mau jadi pemimpin bu!!” “Saya mau jadi bendera bu!!” (maksudnya pengibar bendera, tapi begitulah mereka berteriak..).. J

Saya pun menunjuk beberapa orang dan akhirnya terpilihlah beberapa orang yang menjadi petugas upacara, berikut nama murid – muridnya :

1.       Sandi Gunawan, kelas 6 : pemimpin upacara

2.       Era virawati, Febriyanti, dan Laksmi, kelas 6 dan 4 : pengibar bendera

3.       Misrandi, kelas 5 : protokol (pembaca susunan acara)

4.       Reki, kelas 6 : pembaca UUD 1945

5.       Fikram, kelas 6 : pembawa teks pancasila

6.       Supriyadi, kelas 6 : pembaca doa

Saya juga menunjuk 5 orang murid laki – laki dan perempuan dan kemudian saya latih untuk menjadi paduan suara. Ada hal lucu ketika saya mulai melatih tim paduan suara ini. Ketika saya meminta mereka untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya maka saat itu juga keluar lagu Indonesia Raya 10 versi. Setiap anak – anak mempunyai nada dan lirik masing – masing. Ada juga yang hanya menggerakkan mulutnya tanpa mengeluarkan suara. “Aduh, gimana ini ngajarinnya gusti?” tapi saya tidak patah semangat, kembali saya ulangi lagunya saya ajak kembali mereka bernyanyi, menyelaraskan nada sambil melihat kode dari tangan saya. 20 menit sudah saya menjadi guru vokal dadakan mereka, akhirnya mereka mampu mengikuti apa yang saya minta, yah walaupun saya harus beberapa kali meminta mereka untuk memperhatikan dan kembali duduk di tempatnya..hehe..:P Saya yakin ketika hari senin nanti mereka mampu bernyanyi dengan indah.

Sesudah itu saya segera menuju kearah tim pengibar bendera. Tampak beberapa guru nampak melatih tim ini bagaimana cara jalan ditempat dan berjalan dengan baik. “Here we go again!!” Saya langsung men-switch posisi saya dari guru vokal menjadi ABRI. Saya ingat kembali pelajaran baris – berbaris yang diberikan oleh para pelatih dari Rindam Jaya dan Kopassus. Setelan wajah saya pun saya rubah dari muka gembira dan penuh senyum karena bernyanyi menjadi (agak) sangar. Hahahaha. Kesulitan yang saya hadapi pun masih sama, anak – anak disini juga belum terbiasa berbaris dan berjalan dengan rapi. Tapi sungguh semangat mereka begitu kuat bahkan mengalahkan kuatnya panas matahari siang itu. “ Ayo latihan sekali lagi bu!” begitu kata mereka. Tidak ada kata yang sanggup saya ucapkan selain hanya tersenyum haru. Disudut lain saya juga mendapati petugas upacara juga berlatih bersama dengan guru – guru lain, mulai dari protokol, pembaca UUD 1945,dll. Anak – anak ini benar – benar membuat saya bangga. Hari itu entah mengapa saya merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia ini..

 

Senin, 14 November 2011

Hari yang bersejarah bagi semua murid – murid sekaligus guru – guru di SD 22 Rura. Upacara bendera pertama setelah sekian lama tidak diadakan. Saya temui semua petugas upacara satu –satu. Saya beri mereka semangat sambil mengajak mereka bertepuk semangat. Saya yakinkan mereka kalau mereka pasti bisa melaksanakan tugas dengan baik. Suasana menjadi semakin khidmat ketika sayup – sayup terdengar kumandang Indonesia Raya dari mulut – mulut mungil itu. Kumandangnya begitu indah terdengar di telinga saya, bahkan mungkin ditelinga semua guru – guru disini, dan semoga kumandangnya akan terus ada di hati dan bibir mereka. Selamanya, Tiada putus....

“Indonesia Raya merdeka, merdeka. Tanahku negriku yang kucinta”

“Indonesia Raya merdeka, merdeka. Hiduplah Indonesia Raya”

                                                      

Pkl. 13.42 WITA   16/11/2011

Dusun Rura, Desa Sambabo, Kecamatan Ulumanda, Majene.


Cerita Lainnya

Lihat Semua