Waktu Yang Tepat Untuk Bercerita

Trista Yudhitia Bintoro 20 Mei 2014

 

Terkadang saya merasa salut kepada para Pengajar Muda lainnya yang bisa berdedikasi dalam menuliskan pengalaman-pengalaman mereka di dunia maya seperti blog ini. Ketika di kota, saya melihat cerita-cerita seru dan inspiratif dari teman-teman di titik-titik Indonesia.  Menikmati -itu adalah kata yang pas ketika saya membaca cerita-cerita mereka.   

Kalau sudah begitu,  saya, sambil bercanda dengan teman-teman sepenempatan, selalu hanya saling bertanya dan mengingatkan untuk mengabadikan momentum pengalaman kami ke dalam bentuk blog.  Awal-awal bulan, kami hanya tertawa-tawa, melemparkan segala macam alasan dari baterai laptop yang hanya tahan 1 jam karena diesel yang tidak bersahabat, sibuk piknik dengan anak-anak, sibuk mengurusi RPP dan membantu administrasi, writer’s block, mengisi borang, koordinir program kerja, dan lainnya.  Kalau didengar orang luar, mungkin mereka akan merasa bahwa PM ini terlalu banyak alasan.  Saya pun merasa kami banyak alasan, walaupun sebenarnya kami melontarkan itu dalam lingkup candaan kami saja.  Tidak serius. Tidak sama sekali.  Sampai akhirnya, terlalu sering bertanya tentang tulisan, kami semua sepakat membalas dengan sunggingan senyum.  Maklum.

Saya mencari alasan mengapa komitmen menulis bisa menjadi bumerang bagi saya.  Padahal, menjadi tugas Pengajar Muda tidak sulit.  Kami tidak diberikan target kerja.  Semua program kerja (walaupun saya kurang menyukai kata ‘program’) dipercayakan kepada Pengajar Muda.  Nah, jadi, apa susahnya mengirim borang laporan tepat waktu setahun dua kali? Apa susahnya menyempatkan menulis di kala senggang? Sebegitu memberatkan kah tugas PM yang diminta pusat?

Sebenarnya sih, tidak.  Banyak saja kok, waktu, jika memang mau.  Namun, ketika saya mencoba menuliskan sesuatu yang tidak bersangkutan dengan anak-anak atau guru, ada saja yang membuat saya menekan keypad backspace dan memilih untuk tidak mengatakannya.  Ada juga saat ketika saya merampungkan semua tulisan-tulisan, namun masih saja setia berada di disk D/:  folder document.

Entah kenapa, bukannya mau membuat suatu alasan, tetapi saya selalu percaya bahwa ada kalanya hal terbaik yang kita lakukan bagi orang lain adalah menahan lidah kita. Ada kalanya kita diam dan mempersilahkan orang lain terlebih dahulu.Ada kalanya juga kita melihat situasi dan mengangkat semangat orang lain. Ada kalanya kita memilih tidak berkata apa-apa, jika yang keluar adalah pesimisme, hal negatif, atau pamer. Ada kalanya, hal yang terbaik yang kita lakukan bukan hanya berkata dengan tepat, tetapi mengetahui waktu yang tepat untuk mengatakannya. 

Saya juga manusia.  Semoga ada kalanya waktu saya akan tepat untuk bercerita.  Untuk berbagi optimisme, kenyataan, kekaguman, apresiasi, dan belajar kembali arti komitmen berbagi cerita di hal yang terkecil ini.

 

Segera.

 

Sampai saat ini, salam  saja dulu dari Bumi Sriwijaya.  Di kala Ujian Sekolah Utama SD dan saya masih berharap para anak lelaki kelas 6 yang berkeliaran bermain sampai maghrib tadi, akhirnya belajar matematika malam ini.


Cerita Lainnya

Lihat Semua