info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Laskar Pelangi-ku

Trisa Melati 8 Februari 2013

 

Mungkin aku sudah pernah menceritakan di blog ini, mungkin juga belum. Aku hanya mempunyai 7 orang murid. Mungkin di antara 71 Pengajar Muda angkatan IV, akulah yang punya murid paling sedikit. Aku wali kelas 5 di kelas jauh. Secara administratif, aku bertanggung jawab mengajar 7 orang murid di kelasku, meskipun tiap hari aku hampir selalu berinteraksi juga dengan 38 anak lainnya. Dan berbeda dari Pengajar Muda sebelumku, Dimas, di masa aku mengajar sekarang guru-guru lebih rajin masuk kelas sehingga aku makin jarang mengajar kelas lain.

Entah apakah aku pantas bersyukur hanya mendapat 7 murid atau malah menggerutu tidak puas (aku yakin aku mesti bersyukur sih, hehehe). Namun ketujuh anak ini justru adalah kelompok yang begitu dinamis. Karakter mereka begitu kuat antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga semua bisa tumbuh tanpa saling menutupi. Tidak mungkin aku tidak bangga kepada mereka.

Andai nama “Laskar Pelangi” belum diambil oleh Andrea Hirata, aku ingin memanggil murid-murid kelasku dengan julukan itu. Pelangi karena mereka berjumlah 7 orang, pas sekali seperti 7 spektrum warna yang dibiaskan dari cahaya putih tersebut: Mejikuhibiniu (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu).

Juli adalah cahaya merah, begitu agresif dan dominan. Selalu ingin menonjol sendiri,  selalu ingin dilihat, selalu ingin menjadi yang pertama, cenderung suka tergesa-gesa , cepat marah, dan tidak sabaran. Tapi Juli brilian, sangat brilian. Ia sangat pas dikaitkan dengan warna yang paling cepat ditangkap mata ini.

Warna jingga yang tidak kalah menunjukkan agresivitas sangat mewakili Okta. Gadis ini begitu percaya diri. Atas inisiatifnya yang tinggi, pada semester lalu aku memberinya predikat “juara inisiatif”. Warna yang termasuk golongan warna “panas” ini juga melambangkan keaktifan gerak dan amat sesuai dengan gadis yang begitu luwes dalam kecerdasan motoriknya ini.

Bunga matahari, kupu-kupu kuning, hamparan padi yang menguniing saat musim panen; Kuning, warna pembangkit keceriaan, itulah Sefti. Tidak ada suasana kelas yang ceria tanpa kehadiran Sefti di dalamnya. Dia selalu bisa mengajak teman-temannya untuk memberikan apresiasi “hebat woosh” dan “tepuk semangat”. Dia juga yang akan mulai menyanyi ketika suasana kelas mulai dirasa membosankan. Celetukan-celetukannya yang polos selalu membuatku tertawa. Wajahnya yang selalu dihiasi senyum selalu mencerahkan hari semendung apapun. Dia juga pandai melantunkan pantun jenaka yang membuat kami terbahak-bahak.

Deri si Jago agama, dialah warna hijau. Selayaknya tumbuhan hijau yang memfasilitasi terbentuknya oksigen bagi lingkungan sekitar, Deri adalah penyejuk. Dan seperti efek warna hijau pada emosi manusia, Deri menenangkan. Dia juga yang paling “damai” dan paling menghindari konflik di antara teman-temannya. Sepertinya ketenangannya pula lah yang membuatnya paling cepat mencerna dan mengerjakan soal-soal matematika. Lagipula, bukankah “warna agama Islam” ini sangat tepat bagi seorang anak yang bercita-cita menjadi ustadz?

Tenang seperti birunya air laut dan langit yang cerah, itulah Josef. Konon, biru adalah warna kecerdasan dan intelektualitas. Bagiku, biru mengingatkanku pada kedalaman Samudera dan angkasa yang luas membentang; untuk muridku yang satu ini, biru melambangkan kedalaman emosi dan keluasan pengetahuannya. Ah ya, biru memang cocok dengan anak yang nama panjangnya seperti nama pahlawan dari Kerajaan Banjar ini.

Ria yang begitu menguasai bahasa cocok mengisi warna nila. Warna ini menunjukkan keteguhan hati dan tidak mudah menyerah. Meskipun sikapnya tidak menonjol di kelas, dia justru sering mengejutkan lewat jawaban-jawaban tak terduga ketika teman-temannya sedang buntu. Teliti adalah kelebihan terbesarnya, sehingga dia unggul dalam pelajaran bahasa Indonesia. Ia paling luput dari kesalahan penulisan ejaan dan pemilihan tanda baca.Tulisannya rapi dan tangannya sangat terampil mengolah berbagai benda dan masakan.

Ungu melambangkan sensitivitas dan keindahan.  Tidak ada yang lebih tepat menggambarkan itu selain Sinta. Perasaan gadis berusia 10 tahun ini sangat halus dan lembut. Hal-hal kecil bagi orang lain adalah hal besar bagi Sinta. Bahkan, sepertinya bagi Sinta tidak ada “hal kecil” di dunia ini. Goncangan sekecil apapun akan mebuatnya menitikkan air mata, namun ia juga piawai menangkap keindahan-keindahan mikro yang luput diperhatikan teman-temannya.

Mereka adalah para juara. Merekalah Laskar Pelangi-ku.

Ayo, Pelangi, ayo kita berlari, ayo kita sapukan kuas kita pada angkasa; ayo segera menghiasi dunia dengan karya-karya kita.

‘cause i see your true colors,

And that’s why i love you...

(True Colors - Phil Collins)


Cerita Lainnya

Lihat Semua