Tiang Bendera kami mengingatkan akan perjuangan
Tri Susanto 3 Oktober 2014Perjalanan ini sudah masuk bulan ketiga, bulan dimana kalau dalam usia kandungan janin sudah memperlihatkan bentuk wajahnya yang lucu dan sudah terlihat kuku imut nya, begitu juga dengan menjadi guru bantu di desa ini yang seharusnya sudah memperlihatkan kemajuan tentang apa yang dilakukan selama 3 bulan ini.
mencoba untuk melihat kan kuku dengan bergerak melihat keterbatasan yang ada di sekolah ini. terkadang awalnya saya bingung harus mulai dari mana, lama kelama saya paham apa yang harus dilakukan disini bukan hanya mengajar tapi belajar. singkat cerita SD penempatan saya baru 4 kali melakukan upacara bendera selama tahun ajaran baru, banyak sekali kendala yang ditemukan,mulai dari gurunya yang datang siang sampai tiang bendera yang patah tak tergantikan. tapi kali ini saya tidak membahas kenapa guru-guru disini datangnya siang.tapi tiang bendera yang patah tak tergantikan. sudah berkali-kali memohon agar tiang bendera segera diperbaiki tapi guru-guru sibuk dengan kegiatannya, lelah rasanya menegur dan meminta kapan tiang bendera bisa berdiri lagi, pertanyaan anak-anak yang selalu terngiang ditelinga saya saat itu adalah " Bapak kapan kita upacara??" lagi-lagi saya harus jujur "sabar nak kita tidak ada tiang bendera". ahhh andai saya punya mobil dan uang yang cukup maka akan saya usahakan tiang bendera yang layak untuk bendera negara ini. tapi apalah daya kadang menunggu orang bergerak itu ibarat menanti keong yang berjalan.... emang sih sampai tujuan tapi lamaaaaaaa........ hari itu senin entah melihat emak menjemur di bambu yang panjang terpikirkan untuk bisa upacara walau dengan bambu, "Bukankan pejuang pejuang zaman dulu memakai bambu? apa mereka protes?? kan tidak toh.." itu yang terlintas dibenak saya karena ingin memenuhi hasrat anak-anak untuk upacara. sesampai disekolah saya meminta anak kelas 6 berfikir "apakah kalian ingin upacara??" tanya saya saat menghampiri mereka didepan kelas... "mauu pak, !!! tapi gimana pak tiangnya saja patah"... "iyah bapak tau patah, lalu kalian berfikir tidak kira-kira apa yang bisa dijadikan tiang bendera untuk sementara??" tanya saya memancing "kalau pake bambu bisa pak?" jawab dudi.... "nahhh...pas sekali kita bisa pake bambu dulu, BUKANKAH DULU PARA PAHLAWAN KITA JUGA MENGIBARKAN BENDERA MEMAKAI BAMBU??" " tapi pak kalau mau ambil bambu itu harus kehutan dulu disana pak...jauh.." sahut riswandi. "hemmm.... kita pake bambu jemuran dulu sementara, dudi bantu bapak ambil bambu dirumah emak, yang lain siap-siap latihan untuk jadi petugas bendera" akhirnya saya dan dudi pulang kerumah mengambil bambu yang biasa dipakai untuk menjemur pakaian Selama perjalanan kerumah dudi bertanya " Pak apakah dulu pejuang kita mengibarkan bendera memakai bambu jemuran juga??" " Mungkin dud...jaman dahulu apa saja bisa dipakai untuk mempertahankan negara ini" langkah kaki ini semakin dipercepat untuk mempersiapkan semua nya dengan singkat berasa sedang menuju detik-detik proklamasi. " oke sudah siap semuanya??" Siapa protokolernya? " saya pak" riswandi mengacungkan tangannya " lalu pemimpin upacaranya??" " Ade pak...." jawab riswandi lagi.. " nah sekarang sudah ada bambu ayo kita dirikan bambu ini untuk menjadi tiang bendera sementara, coba di laci meja bapak ada tali pramuka pake itu dulu" Akhirnya mereka saling membantu dalam mendirikan tiang. " untuk sementara tidak ada acara pengibaran bendera karena bendera sudah berkibar diatas bambu, coba tolong kelas 1-4 disiapkan" sambil menyuruh kelas 5 untuk bisa mempersiapkan barisan masing-masing. semua sudah siap dengan ala kadarnya, jangan harap melihat pemandangan upacara dengan atribut yang lengkap, bisa sekolah saja sudah sangat bersyukur dalam hati kecil saya " dulu waktu SD tahun 98 an g seperti ini banget, sekarang udah 2014 masih ada yang lebih parah",tuhannn....memakai sendal jepit tak memakai dasi dan topi hal biasa.yang penting bisa sekolah jam sudah pukul 07.30 upacara pun dimulai setelah latihan singkat selama 10 menit,untungnya kelas 6 sudah pernah jadi petugas upacara jadi tidak terlalu pusing mengaturnya. Guru pun tak kunjung datang alhasil saya jugalah yang jadi pembina upacara pesan saya saat itu " Hari ini kita lihat bersama-sama tiang bendera kita dari bambu karena masih menanti perbaikan, dari yang kalian lihat didepan kita sudah belajar menggunakan sumber daya alam yang dapat kita pakai menjadi tiang bendera, karena bambu bisa kita ambil dihutan. lalu bambu ini mengingatkan kita akan perjuangan pahlawan pada jaman penjajahan yang berjuang menggunakan bambu untuk mengusir penjajah. nah kita sudah tidak dijajah lagi jadi bagaimana melanjutkan perjuangan pahlawan kita???" " Belajaarrrrrr....." teriakk beberapa peserta upacara nah itu bener sekali sebagai siswa siswi kalian harus giat belajar, masuk sekolah dengan rajin. "iyaaa pakkk....."
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda