Rumah Hijau dan Sekolah Orange

Tika Listriani 22 Desember 2010
Dua hal baru ini akan mendominasi kehidupanku selama satu tahun ke depan.. rumah hijau dan sekolah orange.. hijau dengan kesegarannya dan orange dengan keceriaannya.. Rumah tempatku tinggal, dan sekolah tempat ku mengajar.. Rumah hijau yang di depan jalannya ada parit dengan sungai hitam (seperti air teh), air ini segar.. setiap pagi terjamin sarapan dari mbah putri, di samping tumpukan  buah pinang kering yang siap dikupas..rumah hijau dengan mbah kakung yang baik dan suka mengajak diskusi tentang panjang jarak tempuh antar desa serta jalanan di pulau ini, bersamaan dengan beliau mengasah piranti norehnya...kalau waktu di pelatihan survival bersama Rindam dibekali golok untuk bertahan hidup  di hutan selama 2 hari 2 malam itu, piranti untuk noreh dan mengupas  pinang ini lebih panjang ... jadi agak ngeri lihatnya pas diasah.. tajam sekali... Rumah ini berada di sekitar hutan karet bersama rumah lainnya,, bersebelahan dengan rumah bapak kepala desa dan kantor desa..keunikan fisiknya jalan sudah aspal (seadanya), namun di sekelilingnya masih banyak pohon karet, tepatnya di belakang rumah sampai jarak yang cukup jauh.. selain itu jarak antar rumah relatif dekat.. semacam sekumpulan rumah di tepi hutan,, atau hutan di sekitar rumah? Ah apapun lah.. yang pasti nyamuk di sini akan meninggalkan bekas gigitan yang sangat terlihat, dan gatal banget.. Sekolah orange.. 242 siswa, 19 guru, 9 rombongan belajar, ada 7 lokal/kelas di sana..70 siswanya suku asli...diantara 19 guru 11 diantaranya PNS, sisanya honorer. Perbandingan jumlah guru dan siswa yang bisa dibilang cukup,, namun coba kita tengok lebih lanjut apakah yang menyebabkan sekolah orange ini menjadi salah satu sekolah yang dipilih Indonesia Mengajar... anak-anak di sini begitu berbinar matanya saat membahas getah karet, entah apakah sudah terinternalisasi bahwa getah karet yang banyak menjadi jalan terpenuhinya kebutuhan mereka itu, ataukah mereka memiliki role model yang sukses dengan getah karet (orang tuanya).. kita lihat lebih lanjut, dan mata anak-anak sudah “puas” dengan getah karet seakan tidak perlu lagi informasi di luar pulau mereka, toh dengan itu semua mereka mampu menjalani hidup dengan cukup.. padahal mereka berhak untuk tahu banyak dunia di luar mereka.. walau tetap dengan sepenuh penghargaan atas apa yang sudah banyak dilakukan oleh getah karet di hutannya masing-masing.. Semakin ke sini semakin aku tahu bahwa bukan karena kekurangan guru secara kuantitas, namun banyak hal yang bersifat soft seperti pembentukan karakter, nilai dan sikap belajar siswa...kemudian budaya kerja serta value sang pendidik...mungkin ini salah satu pertimbangan kontrak Indonesia Mengajar dengan daerah penempatan dan sekolah terkait selama 5 tahun dengan 5 pengajar muda yang mungkin berbeda..karena perubahan karakter yang dituju.. karakter dan kualitas pembelajaran. Teruslah peka dan  berkarya.. -rumah hijau, sekelompok kera melompat-lompat pada  pohon depan rumah-

Cerita Lainnya

Lihat Semua