Hari Guru

Tika Listriani 22 Desember 2010
Tri Cantika Sari dan Tika Dewi Listiarini. Dua nama ini dipanggil mewakili SD N 06 Bantan Tengah, ketika Upacara Hari Guru se-kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Tri Cantika Sari, Juara Harapan II Lomba mengarang siswa se Kecamatan Bantan dengan judul  “Aku Ingin Jadi Anak Pintar”. Satu setengah halaman folio ia rangkai kata , di tengah perlombaan bersama siswa siswi sekolah lain. “Dengan Semangat HUT PGRI ke-65 Kita Tingkatkan Kompetensi Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar”. Tema inilah yang saya dapatkan,  diundi saat kegiatan lomba berlangsung. Lomba mengarang naskah pidato, guru SD sampai SMA se-kecamatan Bantan. Berbekal peralatan tulis seadanya dan 8 halaman kertas folio yang dibagikan oleh panitia, naskah itu ditulis. Awalnya saya bingung hendak menuliskan apa. Saya, yang baru beberapa hari ini, belum genap dua minggu belajar menjadi seorang guru. Pena mulai menari dengan pembukaan layaknya naskah pidato, segala syukur, shalawat dan penghormatan selesai dituliskan. Hampir memenuhi separo halaman folio itu, dalam hati tersenyum gembira, tulisan mulai banyak. Selanjutnya mulai mengawali pidato dengan tema di atas. Berawal dari menuangkan keresahan, bagaimana potret sebagian pendidikan di tanah air. Berkaitan dengan kompetensi guru, pendidikan guru yang mempengaruhi kompetensi, khususnya di daerah-daerah yang masih sulit dijangkau.  Ada guru yang lulusan SMA, ada guru yang mengajar mata pelajaran berbeda dengan apa yang dipelajari saat di bangku kuliah keguruannya. Atau bahkan profesi guru yang dijadikan pilihan terakhir setelah proses mencari pekerjaan mapan itu sulit, sehingga mempengaruhi pada hadirnya hati dalam ruh mendidik siswa serta kesadaran untuk meningkatkan kompetensi dari waktu ke waktu. Sejatinya guru harus memiliki kompetensi-kompetensi berikut (Marjohan, 2009):
  1. Kompetensi pengolahan pembelajaran dan wawasan kependidikan
Empat poin yang berkaitan dengan kompetensi pengolahan pembelajaran, yaitu menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai prestasi belajar, dan melaksanakan tindak lanjut hasil belajar. Namun beberapa guru ada yang kurang mengaplikasikan metode pembelajaran yang sesuai, mengajar tanpa menggunakan media pembelajaran, membuka pelajaran dengan ceramah dan marah-marah, miskin sumber pembelajaran, motivasi yang kurang membangkitkan semangat belajar siswa, menjaga jarak sehingga minim komunikasi dengan anak didik, melakukan penilaian tanpa memperhatikan indikator, dan malas untuk memeriksa ujian secara terperinci. Wawasan pendidikan terdiri atas enam sub poin, yaitu memahami landasan kependidikan, memahami pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, menerapkan kerja sama dalam pekerjaan, serta memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pendidikan.
  1. Kompetensi akademis/ vokasional
Kompetensi ini mencakup penguasaan keilmuan dan keterampilan sesuai materi pembelajaran. Kompetensi pengembangan profesi menuntut kecakapan guru dalam menulis dan menganalisis. Namun, selama guru terjebak dalam budaya oral-senang mengobrol, bergosip, alergi membaca ataupun menulis- maka menulis adalah pekerjaan yang sukar.
  1. Kompetensi pengembangan diri
Begitu memutuskan menjadi guru, maka harus selalu mengembangkan diri, memelihara idealisme sebagai guru, menjunjung tinggi slogan long life education, memahami dan menerapkan atau menyempurnakan kompetensi sebagai guru serta memberikan pelayanan yang prima kepada anak didik. Ditutup dengan harapan bahwa semoga ada semangat 65 tahun yang dapat menjadi evaluasi bagi setiap pribadi sang pengajar, 65 tahun jika diasosiasikan dengan usia manusia maka 65 adalah usia senja, usia dimana seseorang memiliki dua pilihan. Pilihan puas atas kesuksesan puncak aktualisasi karyanya di masa sebelumnya atau penyesalan atas kegagalan masa muda. 65 tahun adalah usia senja yang sudah sangat terlambat jika penyesalan baru hadir. Bahkan 65 tahun melampaui usia manusia terbaik sepanjang sejarah (Muhammad SAW), dengan capaian terbaiknya mengubah masyarakat arab dari awalnya jahil menjadi bangsa yang memiliki peradaban tinggi, dari kegelapan menuju cahaya. Dan bahkan memberikan pengaruh cahaya pada hampir sepertiga bagian dunia.  Yang pengaruhnya sangat terasa melompati ruang dan waktu, sampai saat ini, yang berjarak 1432 tahun. Oleh karenanya, bicara evaluasi diri, jika didasarkan pada semangat ulang tahun PGRI ke-65, evaluasi ini adalah evaluasi besar, evaluasi yang mengantisipasi penyesalan panjang. Maka marilah membangun kesadaran mengevaluasi performa mengajar dan mendidik kita. Kembali menengok ke belakang, hari ini dan masa depan... ada peran yang sedang kita mainkan untuk masa depan bangsa. Entah lebih mirip dengan berbagi keresahan atau cukup bisa disebut naskah pidato, tulisan yang saya susun waktu itu. Beberapa minggu setelahnya upacara hari guru di kecamatan, dan dipanggil sebagai terbaik ketiga, terbaik pertama diraih oleh guru Aliyah, terbaik kedua oleh guru muda salah satu SD di kecamatan ini. Hari guru di kelas IV Ibu wali kelas IV masuk ke kantor guru dengan bening tergenang di sudut matanya. Anak didiknya sekelas memberikan hadiah untuk beliau di hari guru. Hadiah yang tidak seberapa tetapi sangat mengagetkan beliau..puisi dan lagu hymne guru yang nadanya masih ke sana ke mari, dinyanyikan bersama-sama di kelas. Anak-anak belajar lagu itu H-1 sebelum hari guru..mereka meminta pada saya untuk belajar menyanyi sepulang sekolah..mereka yang katanya kelas paling sulit diajar..mungkin benar, namun mereka masih dapat dikondisikan dengan banyak lobi dan energi yang lebih, poinnya adalah apakah ada yang mau menyediakan energi lebih itu, untuk hasil yang lebih pula dari mereka...bintang SD ini, di hari guru... Dan saya rasa di hari-hari selanjutnya...

Cerita Lainnya

Lihat Semua