info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Hari terakhir sekolah, sebelum ujian semester ganjil

Tika Listriani 22 Desember 2010
Sabtu 11 Desember 2010 Pagi ini hujan tak turun, kemungkinan setiap warga sekolah lebih bersemangat mempersiapkan harinya. Setelah sholat subuh, ngurus cucian, dan siap-siap berangkat, mbah putri menawarkan keretanya (baca:sepeda) untukku ke sekolah. Dengan senang hati kuterima tawaran mbah, aku bisa keliling desa dengan kereta mbah, pikirku. Setelah menyantap sarapan yang selalu disiapkan oleh beliau, aku pamit. Meninggalkan rumah kayu hijau (yang sudah sebulan ini aku tinggali) menuju sekolah. Iya, tempatku berjanji mengajar satu tahun ini.. Sabtu adalah hari “bebas”. Tidak selalu ada pelajaran di kelas, anak-anak terbiasa dengan kegiatan pengembangan diri setelah senam bersama. Pagi ini dengan kereta dan senyum cerah anak-anak yang mengiringinya, aku sampai di sekolah yang berjarak sekitar 400 m dari rumah. Lapangan sekolah, di belakang papan nama sekolah yang sudah hilang hampir seluruh hurufnya, seharusnya berbunyi “Sekolah Dasar Negeri 06 Bantan Tengah”, dari kejauhan tampak bapak penjaga sekolah tengah memotong rumput yang mulai meninggi. Rombongan siswa siswi mengisi setiap sudut lapangan, bersiap untuk senam.  Aku kayuh kereta sampai pada tempat parkir, ada satu motor di sana, motor bapak penjaga. Kulangkahkan kaki ke kantor guru, seorang  ibu guru duduk di kursinya sedang memeriksa pekerjaan siswa. Salam dan sapaanku bersambut senyum dan cerita pagi sang ibu guru muda itu.. 7.30 WIB kantor guru mulai ramai..sejak tadi aku bergabung dengan anak-anak di lapangan. Tak lama kemudian, peralatan senam disiapkan..senam dimulai dipimpin enam siswa yang telah dilatih untuk lomba di kabupaten beberapa waktu lalu. Tak ada yang luar biasa dalam senam kali ini kecuali bapak guru yang biasa melatih senam tidak masuk, entah, mungkin ada keperluan mendesak. Seusai senam, lapangan sekolah disulap menjadi lapangan yang bersih dan tampak asri, mereka memungut sampah yang berserakan. Sejenak mereka beristirahat.. Aku mengajak kelas VI masuk kelas saat jam ketiga, beberapa masih berhamburan di luar kelas. Belum memulai pelajaran, anak-anak itu masih dengan requestnya masing-masing..”bu, hari ini kita menggambar saja bu, nanti ditempel”. “ bu, kita baca puisi saja” dst.. aku berpikir, mungkinkah begini setiap sabtu mereka? Sabtu yang tidak pasti dengan pelajaran apa.. Program pengembanagn diri yang secara teknis terlalu longgar..Sabtu kemarin  mereka antusias dengan prosedur eksperimen perkaratan yang kita bahas. Tapi sabtu ini, jangankan bahas soal sains, aku mulai masuk intro pelajaran sains saja belum..dan semua itu terjadi.. Adu mulut.. Awalnya dua anak itu saling menatap sinis, entah kata apa yang disampaikan..hanya ada genangan bening di sudut mata salah satu anak itu..lalu masing-masing kelompok dari dua anak itu turut beradu, yang kudengar awalnya tentang ejekan “intan payung” atau anak manja sampai pada perbedaan prinsip kepercayaan mereka. Ku coba menengahi, suara dan tangisannya makin tinggi. Semakin ku coba semakin mereka “menjerit” seakan mengkatarsiskan apa yang mereka pendam selama ini.  Tentang perbedaan prinsip antar suku, yang menginternalisasi dalam diri anak-anak ini, yang menyakitkan jika dibahas. Kuputuskan untuk meninggalkan mereka, dan beberapa anak sempat berkata “bu jangan pergi dong...” aku tetap melangkah keluar kelas, mereka perlu untuk sendiri tanpaku...selanjutnya kelas yang belum penuh muridmya itu didatangi wali kelas, siswa laki-laki sejak tadi bermain bola di luar. Sejenak kulihat wali kelas memberikan penjelasan tentang perbedaan prinsip yang ada pada mereka. Anak-anak suku asli dan anak suku cina yang mualaf itu...suku jawa dan melayu di sisi yang lain.. kebanyakan suku asli dan cina menganut agama budha, suku jawa dan melayu menganut islam.. Kelas ditutup dengan pemberian jadwal ujian oleh wali kelas.. Berharap, semoga senin mereka siap ujian... *** Pulang sekolah, seperti janjiku pagi tadi kepada salah satu kelas IV, aku akan ke rumahnya..aku bilang padanya “nanti ibu ditunggu ya, ibu belum tahu jalan ke rumahmu”, dia mengangguk dan tersenyum malu, ternyata saat pulang dia sudah pulang lebih dulu, meninggalkanku yang sedang berkemas.. Ada beberapa anak yang mengantarkanku ke rumah siswa yang dimaksud..bersepeda bersama mereka, bercerita sepanjang jalan, menyusuri puluhan pohon karet, pinang dan jalanan desa.. sampai akhirnya aku sampai ke rumah kayu mereka,, tiga rumah siang ini, rumah Nina, rumah Irul dan rumah Pawit.. bertemu dengan ibu mereka..bersama mereka di pulang sekolahnya ini.. di hari terakhir sekolah sebelum ujian... Ada wajah antusias Nina untuk mengajak mampir ke rumah, wajah malu Pawit dan wajah tenang Irul...Nina kelas VB, Pawit kelas IV, anak dengan kemampuan kinestetik yang relatif tinggi sehingga dijadikan ketua kelas sejak kelas II, Irul yang sedang di bangun rumahnya.. tenang wajahnya, namun aktif pula kinestetiknya... Memang baru pertama aku ke rumah mereka, rumah anak-anak suku Jawa ini...satu potret kondisi siswaku.. siapapun mereka, yang Jawa, Cina, Melayu, maupun Asli...di hari terakhir sekolah, memiliki caranya masing-masing untuk menikmati hari-harinya... Selamat menyambut ujian anak-anak.. persiapkan dengan baik ya...ibu sangat senang,  saat bertanya “ada yang belum paham dengan materi hari ini?” dan hampir sebagian besar kalian angkat tangan.. kita bahas lagi dan lagi..lalu ibu tanya lagi “ada yang belum paham anak-anak?” dan masih ada yang mengangkat tangan.. namun jumlahnya lebih sedikit, begitu seterusnya... begitu seterusnya.. jumlah yang mengangkat tangan semakin sedikit... ibu senang nak... :) kalian mau mengakui dan mau berusaha memahami dengan cara kalian masing-masing, dengan kecerdasan kalian masing-masing... Kalian semua adalah bintang.. suku apapun itu...

Cerita Lainnya

Lihat Semua