info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Dari Mereka, Pengalamanku Membuat Kue

Tidar Rachmadi 25 Maret 2012

Selalu menyenangkan untuk mempunyai sebuah pengalaman baru. Apalagi untuk sebuah pengalaman yang seru. Rasanya membuat darah berdesir lebih lancar. Namun, kalau kita sedang berada dalam keterbatasan dan beribu ketidakmampuan, masih mungkinkah untuk mempunyai pengalaman baru? Jawabannya adalah sangat mungkin! Tinggal bagaimana otak ini berputar sedikit lebih keras dan hasilnya, pengalaman baru pun tercipta. Rayakan hidup dengan kreasi yang menghasilkan pengalaman baru.

Beberapa minggu yang lalu, saya membawa murid kelas 5 dan 6 SDN 2 Kebun Teluk Dalam, Pulau Bawean untuk sebuah pengalaman baru. Baik bagi mereka maupu bagi saya. Pengalaman itu ialah membuat kue. Tentu saja, bagi Farah Quinn atau Rudi Choirudin ini adalah hal yang biasa. Tapi bagi saya dan mereka, ini sesuatu yang baru. Dan tentunya patut dirayakan. Lantas, bagaimana ceritanya? Ehem, rasanya lebih lezat untuk membaca cerita dari murid saya saja ya. Kebetulan, dua hari setelah membuat kue, saat pelajaran Bahasa Indonesia saya meminta mereka menceritakan kembali pengalamannya membuat kue. Berikut akan saya cuplik beberapa paragraf yang mereka tulis.

***

Pada hari Sabtu saya dan teman-teman membuat kue. Pagi-pagi saya sudah bangun tapi saya terlambat 10 menit ke sekolah. Kelompok kami membuat bentuk orang tersenyum, bentuk bunga, bentuk love, dan bentuk kali-tambah-kurang-bagi. Dan diberi meses yang warna-warni enak sekali” – Nur Azizah, kelas 6

Saya senang bisa membuat kue. Kuenya enak... bentuknya love& bola. Kuenya dikasih minuman cantik sekali........................ dan dikasih meses begitu dicicipi dengan teman-teman begitu enak. Dan aku mencicipi punya 1. Nur Lina, 2. Nadania, 3. Farihatul, 4. Aslin. Rasa kue mereka enak bentuknya bunga, bintang laut, dan bola.” – Saemaya, kelas 5

Setelah hari Jum’at rasanya saya tidak sabar untuk membuat kue. Saya dek-dekan karena baru pertama membuat kue dan kelompok saya kalah. Meskipun kelompok saya kalah tapi saya tidak marah dan tidak mengeluh. Mungkin ini sudah takdir saya yang kalah. Setelah sampai ke rumah Ibu saya tanya dibentuk apa kuenya? Apakah kamu menang? Kata saya kue saya dibentuk hati dan bola dan lagi kelompok saya kalah, maaf bu, saya kalah. Dan Ibu minta untuk mencoba. Yani juga saya kasih. Rasanya enak sekali. Ibu pengen membuat sendiri.” – Faisah, kelas 6

Diwaktu saya membuat kue saya sangat senang karena baru pertama kali membuat kue. Dan saya membawa nampan, kalau Fari membawa saringan dan piring dan Aslin membawa sendok dan saputangan dan Aslin tugasnya meremas-remas kuenya sampai halus. Fari menjaga kebersihan. Lalu saya menyaring biskuitnya. Lalu kalau sudah selesai disaring dicampur dengan susu cokelat. Saya senang sekali dan saya mencicipi kuenya kelompok Anwar.” – Nadania, kelas 5

...dan mereka menang walaupun kita tidak menag kita semua tetap semangat. Yang punya kita kuenya sangat lengket karena kata Anwar dan Pendi disuruh kasih susu terus. Tetapi walaupun lengket tetap enak dan lezat.” – Atira, kelas 6

Saya sangat senang dan pokoknya saya ingin membuat kue lagi kapan-kapan.” – Nahdatul, kelas 6

Aku senang karena bisa membuat kue dan aku senang karena bekerja sama bersama teman-teman dan akhirnya aku kalah. Setelah aku coba milik Sanatiyah ternyata kuenya sangat enak tidak seperti milikku.. karena milik aku terlalu keras. Tapi aku senang karena ada perlombaannya.” – Nor Avila, kelas 6

 “Waktu buat kue saya rasanya gembira. Dan waktu jadi saya ingin mencicipi kuenya ternyata tidak boleh kata Pak Guru sebelum dinilai. Lalu saya makan punya Marsalina, rasanya enak tapi terlalu keras. Kapan-kapan saya akan membuatnya lagi bersama keluarga.” – Laelah, kelas 5

Saya senang sekali membuat kue tapi kuenya tidak enak karena masih kurang susunya. Kelompok saya kuenya bentuk x : + - dan bentuk bunga. Setelah selesai saya makan kuenya Atira ternyata enak sekali. Kue saya dibawa pulang mau dikasih sama adik dan ibu. Saya datang kuenya langsung dikasih sama adik dan ibu.” – Marsalina, kelas 5

Setelah kuenya selesai saya ingin mencicipinya tapi kata Pak Tidar belum boleh sebelum dinilai. Saya dan kelompok saya disuruh mencicipi punya Pendi, Anwar, Suli, dan Rasid. Kuenya enak juga tapi terlalu banyak susunya tapi lebih enak punya kelompok saya. Kelompok saya juara I dan kelompok Wasi’ah juara II. Saya sekarang ingin selalu membuatnya lagi.” – Farihatul, kelas 5

Saya sebetulnya ingin membuat bentuk mobil tapi kelompok saya susunya terlalu banyak. Saya mau membuat kue lagi karena saya keenakan. Semoga Pak Tidar mempunya rezeki lagi untuk membuat kue lagi.” – Badrul Efendi, kelas 5

Sekarang saya sudah tau bagaimana cara membuat kue bola coklat dan saya senang sekali. Saya senang bisa juara II.” – Wasi’ah, kelas 6

Meskipun tidak menang tapi saya senang karena saya punya pengalaman membuat kue. Kata Pak Guru namanya berlomba ada yang menang ada yang kalah.” – Naesah, kelas 6

...dan Pak Tidar menanyakan kepada kita semua, mencicipi atau mengumumkan juara dulu. Ternyata kami semua memilih mencicipi. Karya aku sendiri ternyata rasanya sangat mantap dan aku mencicipi punya Pendi dan gerombolannya rasanya terlalu manis, masih lebih enak punya aku. Waktu pembagian juara aku dek-dekan ‘siapa yang menang’dan kelompokku juara I. Seumpama aku tidak menang aku tetap senang karena aku mendapat pengalaman baru bersama teman-teman. Teman-temanpun pasti senang.” – Nur Lina, kelas 6

...kata Anwar cepat saya sudah kepengen makan kue itu. Kata teman saya jangan karena kata Pak Guru tidak boleh mencicipih walaupun Pak Guru tidak melihat tetapi Allah selalu melihat.” – Rasuli, kelas 5

Aku sangat bangga karena sekarang bisa membuat kue sendiri. Aku ingin membuat kue lagi-lagi bersama teman-teman atau bersama keluarga.” – Musarafa, kelas 6

***

Menyaksikan sendiri lalu kemudian membaca cerita murid-murid tentang proses kreatif pembuatan kue tersebut sukses membuat saya tersenyum lebar. Kegiatan ini rupanya mengesankan dan membanggakan sekali bagi mereka. Anak-anak Bawean ini memang benar-benar paham bagaimana cara menjalani hidup dengan riang. Pengalaman baru sesederhana apapun mereka apresiasi dengan antusiasme tinggi. Rasa dan aroma lezat yang menyelimuti ruang kelas tidak hanya hinggap pada hidung, tetapi juga pada memori otaknya.

Saya pun dikejutkan dengan hasilnya yang ternyata lezat sekali. Padahal, saat memberikan pengarahan saya hanya menjelaskan hal dasar saja. Karena memang tujuan saya ialah melihat sejauh mana mereka mampu berkreasi dengan alat dan bahan yang sederhana. Dan ternyata mereka mampu menerjemahkannya dengan baik. Berbagai bentuk rupa kue yang tidak terduga sebelumnya muncul.

Sewaktu saya mencicipi kuenya, ingatan saya terbang ke rumah, kepada Bapak, Ibu, dan Adik di Jakarta. Kue yang sudah menjadi tradisi keluarga sejak kecil ini kini saya makan bersama murid-murid kesayangan. Lidah mungil mereka juga menyukainya. Sungguh pengalaman sangat pribadi bagi saya.

Lagi-lagi, hari itu saya merasa sangat senang. Senang yang sederhana. Senang atas pengalaman baru yang berharga. Senang karena kembali menikmati hidangan favorit masa kecil. Dan senang melihat kreasi dari para murid.

Never tell the students HOW to do things. Tell them WHAT to do and they will surprise you with their ingenuity.


Cerita Lainnya

Lihat Semua