Seandainya Indonesia Jadi Penjajah

TheodosiusMoses Manabung 31 Oktober 2015

“Anak soleh....!!! (siap... siap grak...)

Mari teman – teman sebelum kita belajar kita berdoa,

Berdoa mulai................

Beri hormat....!!! (selamat siang pak...)

            Itulah pemandangan yang selalu didapat ketika masuk dalam kelas, dengan spontan ketua kelas akan memimpin “ritual” itu, hari ini saya mengajar bahasa inggris di kelas 5. Saya membuka pelajaran dengan mengajak anak – anak bernyanyi sebuah lagu dalam bahasa inggris, dengan sedikit gerakan – gerakan kecil mengiringi lagu canda tawa anak – anakpun ikut meramaikan suasana saat itu.

            Sampai akhirnya kami mambahas materi, kali ini kami belajar melatih keterampilan membaca teks dalam bahasa inggris. Saya memberi instruksi untuk mengikuti apa yang saya baca, maka sebuah paragraf pendek berisi 4 baris kalimat saya baca perlahan sambil diikuti oleh anak – anak, sayapun mengulangnya beberapa kali supaya mereka semakin lancar.

            Setelah mereka beberapa kali berlatih dengan saya, saya membuat permainan dengan membagi kelas menjadi 4 kelompok. Tiap kelompok mendapat satu baris kalimat dalam paragraf yang nantinya akan mereka baca sesuai urutan baris dalam paragraf tersebut dan mereka harus membacanya dengan suara nyaring, tidak perduli nanti penyebutannya keliru atau tidak karena bila keliru saya pasti akan membantu membenahinya tambah saya meyakinkan mereka. Kelaspun menjadi riuh dengan suara setengah teriak dari 4 - 5 anak dalam satu kelompok. Hehe saya tetap mendampingi mereka dan coba membenahi penyebutan kata yang keliru dibaca mereka. Reli membaca secara berurutan kelompok itu kami lakoni beberapa kali sambil sesekali urutan kelompok dan baris kalimatnya saya tukar agar semua kelompok mendapat bagian membaca semua baris kalimat.

            Merasa mereka cukup percaya diri dengan bacaan mereka, sayapun mengundi seorang dari tiap kelompok mewakili kelompoknya membaca, ada beberapa yang berhasil adapula yang tiba – tiba menjadi seperti azis gagap namun berusaha untuk dapat menyelesaikan kalimatnya. Bagi saya itu tidak masalah, saya hanya ingin mengajarkan kepada mereka keberanian untuk mencoba.

            Sebelum jam pelajaran usai, saya melemparkan pertanyaan kepada anak –anak sekedar ingin mendengar respon mereka tenyang pelajaran bahasa inggris hari ini. Ada satu jawaban yang langsung mendapat perhatian dari saya, irvan dengan lantang berteriak “penat pak otaknya... bahasa inggris susah“ teriak irvan, keget saya mendengar jawaban tersebut sebab menurut saya irvan sudah cukup baik membaca walaupun masih ada kekeliruan dalam penyebutan beberapa kata, sayapun memberi pertanyaan susulan kepadanya “ susahnya bagaimana pan?” jawabnya : “susahlah cakap macam bapak erlerelerl (sambil menirukan saya mengucapkan kata yang ada huruf  R nya.” Sayapun tertawa menanggapi jawaban jujur irvan tersebut.

            Sayapun menjelaskan kepada anak – anak di kelas bahwa bahasa Inggris penting saat ini, karena bahasa inggris adalahbahasa penghubung. Contohnya orang Arab bahasanya apa? (bahasa Arab..!!!! jawab mereka), orang Cina bahasanya apa? (bahasa Cina...!! jawab mereka lagi) nahh.. bayangkan bagaimana kalau orang Arab dengan orang Cina cakap satu sama lain saling paham tak??? Seketika irvanpun menirukan bahasa Cina asal, dan kelaspun tertawa. Saya lalu melanjutkan ; nahh...itulah guna bahasa Inggris, jadi orang Arab dan orang Cina bisa saling mengerti dengan perantaraan bahasa Inggris. Jadi, bahasa Inggris mempermudah kita untuk berkomunikasi dengan orang – orang dari lain dengan bahasa yang berbeda.

            Jam kelas bahasa Inggrispun selesai, saya berpesan kepada anak – anak untuk dapat mengulang dan melatih lagi di rumah pelajaran hari ini.

“ anak soleh...... (siap..... siap grak...)

Mari teman – teman sebelum kita pulang kita membaca doa, doa mulai................................

Beri hormat..... (selamat siang pak)

Merekapun berbaris untuk memberi salim dan lalu pulang.

            Sepulangnya anak – anak kelas 5 berarti sepilah sekolah, saya kembali ke ruang guru untuk melakukan “ritual” terakhir mengajar yang saya berusaha lakukan tiap hari. Menulis jurnal mengajar kelas, dimana di dalamnya berisi rekam jejak kegiatan belajar – mengajar yang saya lakukan. Hal itu menjadi pengingat saya tentang segala kejadian dan aktifitas anak saat proses belajar – mengajar berlangsung.

            Sambil menulis, sayapun teringat tingkah lucu Irvan di kelas tadi. Pikiran “Nakalpun” mulai  bermain – main dalam benak “ mengapa harus belajar bahasa inggris?” saya mencari jawaban lain yang lain dalam benak, apakah karena bahasa Inggris merupakan bahasa ibu di hampir 60 negara, padahal Indonesia dengan 5 pulau besar dan 33 provinsi di dalamnya memiliki kekayaan bahasa daerah yang mungkin saat ini tidak lagi banyak orangmengerti tuturnya. Barang kali adalah kasus dimana seorang anak mampu menguasai 2 – 3 bahasa asing tetapi tidak bisa mengerti bahasa daerahnya sendiri, tragis juga menurut saya. Lalu siapa yang bertanggung  jawab menjaga keabadian kearifan lokal lewat tutur dan bahasa daerah yang ditinggalkan para leluhur?? (hayyyooooo.....siapa...?? hehe) adalah tanggung jawab kita semua menjaga kearifan lokal yang ditinggal leluhur di tanah yang kita pijak masing- masing. Dan belajar bahasa Inggris tidak lantas membuat kita melupakan lokalitas  kita sendiri.

            Bahasa Inggris sudah menjadi bahasa internasional saat ini dan sebagai negara berkembang, Indonesia dan orang – orangnya perlu dibekali dengan keterampilan berbahasa Inggris yang merupakan modal komunikasi kita sebagai masyarakat dunia. Yahh... seandainya Indonesia yang menjajah dan menaklukan hampir 90 negara di dunia seperti layaknya bangsa inggris, mungkin bahasa indonesialah yang akan menjadi bahasa ibu dari hampir 60 negara di dunia saat ini.. hehe

            Ahhh... sudahlah.... cukup dengan segala pikiran liar saat ini... satu hal yang penting saat ini... Teruslah berkembang anak- anakku...!!!

 

Pangkalan Nyirih, 12 Januari 2015


Cerita Lainnya

Lihat Semua