Ular, Pohon Raksasa dan Kuburan tak bertuan

Syarifah Hanim 7 Januari 2012

Demi Tuhan aku tidak akan menuruti kemauan Khilmi kalo tidak kepepet. Masih ingat kan tentang waktu pendaftaran peserta OSK berakhir akhir tahun ini. Waktu itu aku tidak sengaja bertemu dengan Khilmi di satu-satunya Bank yang ada di kota kita, kebetulan sekali dia terlihat cemas sekaligus panik bahwa uang sebesar itu harus bisa dikimkan hari itu juga. Tidak teringat juga bahwa saat itu adalah akhir tahun, semua kegiatan transfer tunai sudah ditutup. Tersebutlah bahwa uang itu harus disetor ke rekeningku, karena hanya aku yang membawa buku tabungan.

Dan pagi-pagi buta di hari sabtu aku harus bergegas kembali ke kota terdekat mencari mesin yang disebut ATM, karena hari itu adalah hari pembagian raport bagi siswa. Aku harus pergi cepat agar pulang cepat dan bisa menyaksikan wajah anak-anakku menerima hasil nilai mereka belajar selama satu semester. Perjalanan kurang lebih satu jam sudah kuperkirakan, belum mandi, masih gelap, dan ditemani sisa-sisa hujan tadi malam. sehabis subuh persis aku berangkat meminjam motor bapak angkat yang alah makkk, susahnya di starter (maaf ya bapak).

Sedikit mengebut dan lampu motor yang redup, aku menarawang jalan berliku, berbatu, berlubang, dan berharap segera bertemu jalan mulus. Tapi hupppssssss, motor aku rem cepat dan kuat, udara dingin yang masih menusuk dada kini bertambah dingin terasa. Aku melihat ular melintang, dan dengan santai lemah gemulai ia berliuk-liuk di depan ban motorku.

Seketika, teringat ketika di pelatihan, bahwa jika kita diam, ular pun tidak akan bereaksi, aku diam tak bergerak sambil mengerem, menahan motor agar tidak bergerak sewaktu berhenti pas sesudah jalan menurun, sekuat tenaga aku pencet rem tangan dan rem kaki. Ayooo ular segeralah lewat, jangan ganggu aku, please (gumamku dalam hati)......

Astaghfirullah si ular malah berhenti, menegakkan kepalanya, seakan berkata “oh tidak, aku mau berhenti dulu” bagus sepertinya aku akan lebih lama disini.

Sedikit pasrah, dan masih berdoa dalam hati, aku melihat ke sisi kiri dan kanan, mencari jalan yang sekiranya bisa kulewati. Sambil menepuk jidat, aku makin gemetar. Oke, aku berhenti tepat di sebelah kiri adalah pohon raksasa yang mengerikan, dan sebelah kanan beberapa kuburan tak bertuan. Kenapa harus ditempat ini ?? sambil terus mengucapkan jampi-jampi, aku merasakan angin bertiup dingin, dan hujan rintik-rintik semakin deras, membuat matahari terlambat untuk memberi cahaya. Baiklah, aku hanya bisa duduk memandangi ular yang masih melingkar-lingkar di depan.

Perlahan-lahan aku mencari cara. Aku mencoba menstandarkan motor yang hanya bisa di standarkan di tengah ini, tapi ketika kau bergerak sedikit, kepala ular kembali tegak. OMG, bagaimana ini aku harus cepat. Tiba-tiba terdengar suara seperti benda jatuh dari atas, suara itu terdengar darisisi sebelah kiri, pohon raksasa, kaget minta ampun, ular kembali menegakkan kepalanya, dan menggerakkan badannya, aduhhh sudah cukup Tuhan aku ditemani ular, pohon raksasa, dan kuburan, jangan datang lagi makhluk lainnya. Ternyata suara itu adalah dahan dari pohon itu yang patah, dan ular kembali melingkar terdiam ditengah-tengah jalan. Tak lama kemudian suara krusak krusuk, astaghfirullah apalagi ini, sekarang suara itu berasal dari sisi sebelah kanan, kuburan.

Suara itu tiba-tiba berhenti, huhuuuu, perlahan aku menenggelamkan kepala, menutup mata, sambil menunggu kejutan selanjutnya, aku berdoaaa, terus berdoa, ayat kursi, dan doa-doa lainnya kupanjatkan. Keluarlah dari arah kuburan, ular kembali berjingkat, melihat, tetapi reaksinya kini berbeda, rupanya dia segera menyerbu apa yang dilihatnya. Aku seakan melihat atraksi di taman safari tengah malam. Sesuatu yang keluar dari kuburan itu segera berlari diikuti ular yang ikut mengejarnya, aku menegakkan kepala, tegang, takut, tapi juga gembira.

Biawak itu menyelamatkan aku, ia keluar dari arah kuburan, dan membuat ular mengejarnya. Sesaat matahari juga semakin cerah, aku bergegas menstarter motor, tapi motor masih enggan hidup, berulang kali aku mengengkol, dan hiduplah mesin motor, dan aku bergegas mengebut.

Alhamdulillah selamat juga, kulirik jam ditangan kiriku, sudah jam 5.15 berati tadi aku berhenti hampir 45 menit. Sambil masih melihat jalan yang semakin rusak, sepanjang jalan otakku berputar-putar tentang kejadian tadi. Lain kali, aku pikirkan untuk pergi pagi-pagi buta sendirian. Sekarang setiap melewati jalan itu, aku ngebut tak karuan.. hehehee, berharap tidak ada lagi ular melintang, dan hal-hal lain yang terjadi secara tidak terduga.


Cerita Lainnya

Lihat Semua