“Pelukan Tuhan untuk Maryanti”

Syarifah Hanim 28 September 2012

Gadis cilik ini menatap aku, hanya menatap saja, tapi pandangan itu jauh menusuk ke dalam, dalam sekali. Sambil menahan butiran air mata yang siap turun kapan saja, kugenggam tangannya, bercerita tentang banyak hal yang telah kita lalui bersama hampir setahun ini. Berterimakasih atas baik budinya yang selalu setia mengantarku kapan saja, kapan pun aku butuh mencari sinyal/jaringan telepon di gunung manapun. Setia bersamaku berjalan dari dusun ke dusun membagikan buku, alat tulis, mengajar al-qur’an dan iqra’. Sudi memegang tanganku ketika aku takut untuk menuruni jalan yang terjal dan licin.

Dia adalah pelita sesungguhnya yang menerangi hatiku disini Tuhan… Dia gadis kecilku yang sudah tak berayah ini sedang berada dalam keadaan tak berdaya, tak mengerti kenapa ini harus terjadi padanya, separuh badannya tidak bisa digerakkan, bahkan ketika ku tahu tubuhnya basah, dia menangis seraya bayi yang tak berdaya, bagaimana air kencing itu bisa keluar dengan sendirinya, dia tak merasakannya sama sekali. Dia Maryanti, gadis cilik kelas V SDN No.50 Talongga.

Sabtu 22/09/12, aku sudah mulai gelisah ketika mengajar matematika, Maryanti sudah hampir seminggu tidak masuk sekolah, terakhir kali aku bertemu dengannya, ia meminta ijin pulang karena badannya benar-benar tidak enak. Kusuruh dia pulang dan beristirahat. Tapi ini sudah 5 hari sejak kejadian itu. Hari ini aku bertekad untuk mengunjungi rumah Maryanti bersama teman-teman kelas 5 nya. Maryanti terbaring, dengan badan yang jauh lebih kurus, dia mencoba senyum kepadaku, dan mencoba meraih tanganku untuk bersalaman. Aku mendekati dan mengecek suhu badannya yang ternyata sangat tinggi, dan kakinya sangat dingin.

“Panasnya tidak pernah turun ya? Tanyaku pada salah seorang kakaknya.

“Tidak bu guru”

“Sudah pernah dibawa ke puskesmas?” Tanyaku lebih lanjut

“Belum bu guru, emm, andiang doik (tidak ada uang) bu guru, tidak punya askes.” Jawab kakanya lagi.

“Besok kalau masih panas begini, bawa ke puskesmas ya, bilang ke saya, nanti saya coba bilang ke pak dusun agar bias diurus.”

Senin 24/09/12. Gadis cilik ini kejang-kejang sampai hampir membiru, dia hanya bisa menggeram, sambil menitikkan air mata, suhu tubuhnya tinggi sekali. Maryanti dibawa ke puskesmas, tanpa perlu peduli askes. Secepatnya aku menyusul, dan melobi dokter agar dicarikan jamkesmas pinjaman. Setelah kutanya dokter bagaimana keadaanya, dokter belum bisa menjawab, “tunggu hasil cek darahnya dulu bu guru.” Keadaan Maryanti semakin tidak baik, badannya yang kurus kering, seperti tulang yang hanya dilapisi oleh kulit. Sama sekali tidak bisa makan, dan  merintih kesakitan.

Maryanti adalah anak terakhir dari 7 bersaudara, keadaan ekonomi yang tidak baik semakin diperparah karena ayahnya yang sudah meninggal 4 tahun yang lalu. Empat orang kakaknya hanya mengenyam pendidikan sampai bangku SD, satu orang kakaknya yang bernama “Hadija” adalah ranking pertama kelulusan SMPN 7 Sendana, tetapi Hadija tidak bisa lagi melanjutkan ke bangku SMA/SMK dan memilih kerja di Mamuju, ibukota propinsi Sulawesi Barat. Kakak ke-6 nya “Azkia” sekarang masih belajar di kelas 2 SMP, dan selalu mendapat peringkat teratas dikelasnya. Maryanti sendiri adalah salah satu muridku yang jago matematika.

Rabu, 26/09/12. Dokter puskesmas sudah tidak sanggup, disarankan untuk rujuk ke Polewali (Kabupaten tetangga dengan Majene, banyak orang berkata pelayanan diPolewali lebih baik). Tapi untuk kali ini kakak-kakak Maryanti tidak setuju, karena pasti membutuhkan biaya yang besar untuk pergi kesana, dan memilih pasrah. Aku meminta untuk meminjam jamkesmas anak yang seumuran dengan Maryanti. Setelah dapat Jamkesmas, keluarganya mau untuk dibawa ke RSUD tapi tetap hanya di Majene. Sekarang Maryanti sedang dirawat di RSUD Majene, tanpa selimut yang hangat karena memang tidak punya selimut, tanpa makanan yang enak, karena tak sanggup ia mengunyah makanan, tanpa belaian seorang ayah, dan tak bisa menggerakkan bagian kanan tubuhnya. Tuhan, Jika memang Engkau sedang memeluk Maryanti, peluklah dengan pelukan paling hangat sebagai pengganti selimutnya, jika memang inilah sakit yang sakit, janganlah ia merasakan sakit, karena sudah cukup banyak rasa sakit kehilangannya.

Dipandangannya yang kosong hanya terlihat pancaran binary-binar entah artinya apa  ketika aku membacakan cerita Princess dan membantunya membacakan bacaan solat. Save Maryanti Ya Allah, Peluklah dan segera kembalikan senyum wajah cerianya.

Terimakasih untuk teman-teman dan sahabat yang mengulurkan tangan Tuhan untuk Maryanti. InsyaAllah Tuhan akan mempermudah jalan kita menuju kebaikan.

 

Majene pilu, 28 September 2012, koridor RSUD Majene Sulawesi Barat


Cerita Lainnya

Lihat Semua